disclaimer: castle © fox; i do not own castle and the characters
warning: pwp, castle centric and i do not gain any financial profit from this fic...
Lelaki itu menekan tombol di atas laptop, matanya memandang lurus ke arah layar, dimana di depan layarnya tergambar jelas kata-kata yang tersusun rapi. Matanya setengah memejam, ia menerka-nerka apapun yang berseliweran di dalam otaknya.
Pikirannya terhenti di ambang batas. Lelaki ini menderita writer's block.
Oh damn.
Lelaki ini butuh Alexis ataupun ibunya ataupun wanita siapapun yang mampu meredam panas yang berkecamuk dalam dadanya. Sayang sekali Alexis sibuk kuliah dan ibunya berada dalam operet ternama; beliau pada akhirnya dapat peran utama.
Rumah Castle kini sepi.
Lelaki itu mengurut dahi. Menghela napasnya sejenak.
Pikirannya benar-benar diombang-ambing oleh Kate dan ia sungguh bingung dengan wanita seperti dia. Sungguh, tidak ada satupun wanita yang lebih rumit daripada Kate. Bukan mantan istrinya, bukan juga mantan pacarnya (yang baru).
Mulanya, Castle pikir wanita adalah perkara gampang; keglamoran dan kerlap-kerlip yang ada di belakang namanya mempermudahnya dalam menjaring tiap lekuk wanita yang ia sukai.. ya, semua wanita yang ia sukai... kecuali.. Kate Beckett.
Castle bukan lagi menyukainya.
Ia jatuh cinta padanya.
Pria itu masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dimana sendu yang beratap duka bernaung dalam otaknya. Castle yang tengah gundah tak mampu mengoreksi kata-kata dalam otaknya, semua yang telah tercetak dalam microsoft word akan terasa salah kalimat.
Maka dari itu, akhir-akhir ini tombol backspace menjadi tempat telunjuknya bersinggah.
Castle sungguh tak tahu lagi. Perasaannya hampa.
Ia sudah patah. Pikirannya berhamburan dan begitu sulit untuk dipungut.
Pria itu melepaskan tangannya dari wajah dan menoleh ke arah smartphone yang tergeletak di atas meja kerja; lelaki itu menekan layar sentuhnya dan menatap kontak yang tersedia dalam ponselnya, dan matanya berhenti di satu nama.
Setelah terdiam beberapa detik, ia menekan tombol berwarna hijau.
Suara tuuut tuut tuuut terdengar begitu panjang sebelum sebuah kata menyapanya, "Halo?"
Castle tersenyum pahit, menatap layar laptopnya yang berisi microsoft word yang kosong.
"Hai Beckett." Lirihnya. "Sedang apa?"
"Kebetulan sekali, ada kasus baru. Kau mau datang?" Suara di seberang menyahut.
Castle memejamkan matanya sejenak dan mengambil mantel yang tergantung rapi.
Ia mengiringi Kate Beckett sebagai penulis ahli, namun ia mencintainya sebagai psikopati.
jangan tanya saya gegara saya pakai kata 'psikopati'! saya jatuh cinta sama kata itu! bzzzzz!
nulis fiksi -abal- ini entah kenapa, perasaanku tersampaikan orz. castle adalah penulis ahli (dan aku bukan, ingat itu) dan ia mencintai seseorang sebagai psikopati.
DAAMMMN THAT'S SO TRUE FOR MEEEHHH ;A; saya author yang terkapar dan saya adalah psikopat sejati ;w;
tapi fiksi ini hancur sumpaaahhhhh maaf aku telah menistakanmu castle-senseeeiiii ;A;
