He

By Vira D Ace

Bungou Strau Dogs by Asagiri Kafka and Harukawa Sango

DLDR

~o~

Sebuah langkah kaki terdengar samar di area pemakaman yang sepi. Manik ungu kekuningan Atsushi memperhatikan setiap nama yang terukir di batu nisan. Tangannya menggenggam sebuket bunga lili.

Langkah pemuda itu terhenti ketika maniknya menemukan makam yang ia tuju. Atsushi menghadap pada makam itu, kemudian bersimpuh dan meletakan buket bunga yang ia bawa di depan batu nisan. Sejenak, ia menangkup kedua tangan di depan dada sembari menutup mata, lalu berdoa.

"Lama tidak bertemu ..." langit sejenak ditatap. Atsushi menutup matanya sebentar. "... kan, Kepala Panti?"

Manik pemuda itu membuka perlahan tak lama setelahnya. Atsushi menghela napas. Netranya lurus pada makam di hadapannya. Untuk beberapa saat, Atsushi tidak tahu kenapa dirinya pergi kemari.

"Padahal aku membencimu ..." Atsushi menggumam lagi. "Tapi kenapa aku ke sini ...?"

Pertanyaannya diarahkan entah pada siapa. Atsushi mendesah sambil terus menatap makam di depannya. Makam milik kepala panti, orang yang sudah menyiksanya sejak dulu.

Angin laut berhembus, seirama dengan Atsushi yang kembali menghela napas. Maniknya kembali menutup untuk sementara. Dalam gelap, kenangan buruk tentang masa kecilnya melintas sebentar. Tatapan penuh kebencian dari orang itu ketika menatapnya dari balik jeruji masih Atsushi ingat sampai sekarang. Atsushi meringis, serta merta membuka matanya dan menatap sendu.

"Neraka itu ... aku masih bisa mengingatnya ..." gumamnya, "kenapa ...?"

Masa kecilnya jelas bukan hal yang bagus untuk diingat. Sekali lagi Atsushi ingin tahu kenapa ia berziarah ke makam salah satu 'iblis' yang turut menyiksanya dulu. Sungguh, ia ingin tahu.

"Tapi, neraka itu pula yang sudah membesarkanmu dengan baik ..."

Kata-kata Dazai Osamu melintas dalam benak Atsushi. Tepat ketika ia membayangkannya, tahu-tahu sesuatu yang hangat telah mengaliri pipinya bersamaan dengan pandangannya yang sedikit memburam.

"Aku ... tidak mengerti ..." gumamnya pelan. "Padahal aku sangat senang saat tahu kau mati waktu itu ..."

"Aku hanya ingin mengatakan ini. Ketika seorang ayah meninggal, anaknya akan menangis, lho."

"Kenapa ..." bibir bawah sedikit digigit. Atsushi menunduk sembari menggeleng pelan. "Aku ... membencimu. Kau juga ... tapi kenapa ..."

Agak lama ia bertahan di posisinya, hingga angin laut berhembus lagi. Atsushi mengusap matanya perlahan, lalu pelan-pelan berdiri. "Aku pamit ..." gumamnya. Sejenak maniknya kembali menatap lurus pada makam itu. "Terima kasih ..."

Orang itu mungkin memang selalu menyiksanya dulu, namun juga melakukannya untuk Atsushi sendiri. Rasa sayangnya ditunjukan dengan cara tersendiri walau tidak bisa termaafkan. Atsushi tidak tahu apa suatu hari nanti ia akan memaafkan orang itu atau tidak, namun satu hal yang ia temukan, ia juga menyayangi orang itu, meski tidak terlalu kentara karena tertutup benci dan dendam.

Angin laut lagi-lagi berhembus. Atsushi menghela napas pelan, lalu melangkahkan kakinya menjauhi makam itu.

~end~

Haha, ini apa hah, APA?! (/seseorang tolong pukul dia biar gilanya gak kumat lagi /g)

Auk ah. Dari kemaren ngebet pen bikin ff berdasarkan refrensi astuti ama bapak kepala panti ini, tapi ga pernah kesampean dan begitu kesampean hasilnya gaje abis asdfghjkl-AAAAA (/kumat lagi gilanya, yang minat mukul silahkan /g (2)

Itu aja kayaknya. Berhubung takutnya ini orang tambah absurd, kita cukupkan duiu di sini. Oyasuminasai, jaa ne.