Iseng, a T-rated ItaKyuu fanfiction writen by Akuel The Akuma Angel and beta-readered by ChocolateAlbino

Masashi Kishimoto is the respective owner of Naruto. We don't take any profit from this fanfiction.

Kalo nggak ada ItaKyuu nggak rame, kan?

Start!

Bosan.

Cuma kata itu yang terus menerus terngiang di otak Kyuubi selama beberapa hari terakhir.

Bagaimana tidak, coba? Pertama, dia bosan karena selama liburan panjang kenaikan kelas XII, tidak ada hal menarik yang bisa dikerjakannya. Maka—dalam kasus ini—dia mengutuk para guru dan pihak sekolah yang menyelenggarakan libur disaat yang tidak tepat—dan menyebabkan dia dilanda kebosanan stadium akhir.

Kedua, dia bosan karena kekasih tercintanya—yang tidak pernah dia akui, tentu (apalagi yang bagian 'tercinta' itu)—si Uchiha Itachi, sibuk dengan pekerjaannya sebagai direktur di salah satu perusahaan keluarga Uchiha yang ada di Iwagakure. Dia berusaha maklum, walau dalam hati dia berjanji untuk segera membunuh si Sulung Uchiha setelah dia kembali dari Iwagakure.

Ketiga, dia bosan—sekaligus dongkol setengah mampus—karena adiknya—Naruto—malah pergi berlibur bersama pacarnya—Sasukecap—dan teman-temannya, sedangkan ke-2 orangtuanya juga sedang berlibur ke Prancis sejak seminggu yang lalu, dan baru akan kembali 2 minggu lagi.

Seriusan, Kyuubi dongkol sedongkol-dongkolnya. Apa cuma dia yang tidak punya kerjaan di sini? Apa cuma dia yang tidak diajak liburan oleh teman-temannya atau kekasihnya atau—paling tidak—punya kerjaan segunung buat diselesaikan? Apa memang hanya dia yang ditakdirkan jadi forever alone?

Dia mendengus.

Kyuubi benar-benar nyaris mati bosan di rumah sendirian sejak 3 hari terakhir ini. Dia butuh sesuatu yang bisa menghiburnya. Sesuatu yang menarik, sesuatu yang membuatnya penasaran. Dan mencari hal yang berhasil membuatnya penasaran dan tertarik itu sulit. Menyebalkan.

Anak pertama dari keluarga Namikaze itu menghela nafas.

Biasanya, kalau dia mati bosan seperti ini, Itachi akan menjadi sasaran keisengannya. Namun, karena sekarang Itachi sedang sibuk dengan perusahaannya, maka Itachi—yang diam-diam dirindukan Kyuubi—tidak pernah lagi mampir ke rumah Kyuu untuk mengunjungi kekasih tercintanya, belahan jiwanya, pasangan sehidup sematinya—ah, apa lagi, ya? Yah, pokoknya orang yang paling dicintai Itachi, deh.

Dan hari ini, kesabaran Kyuubi sudah mencapai batasnya. Dia sangat teramat malas bahkan untuk melakukan rutinitas pengisi waktu luangnya—membajak situs pemerintahan (tidak, kau tidak perlu repot-repot terkejut. Kenyataannya, dia memang seorang hacker—atau cracker, apapun kau menyebutnyalah—yang sangat handal diusianya sekarang ini). Dia butuh sesuatu—sesuatu yang menyenangkan yang bisa mengusir kebosanannya. Tapi, for God's sake, apa? Hal apa yang bisa membuatnya senang, please?

Dengan malas—dan frustasi—akhirnya Kyuubi kembali ke dalam kamarnya. Termenung di depan televisi seharian hanya untuk menyadari bahwa ternyata memelototi televisi malah berefek menambah rasa bosannya.

Akhirnya, dia memutuskan untuk mematikan televisinya dan berguling-guling di atas kasur tanpa tahu apa yang akan dilakukannya. Entah aura madesu—masa depan suram—itu memang bawaan dari lahir atau sudah mengalir turun-temurun di keluarga mereka.

Dia mengalihkan atensi ke atas meja belajar—dengan malas-malasan—dan mendapati ponselnya menganggur dengan damai (dia penasaran, apa di balik kedamaian tersebut si Ponsel juga bosan?).

Eh, tunggu—

Apa dia mendengar suara desiran angin barusan?

Ah. Senyum tidak simetris Kyuu keluar lagi. Berarti, mungkin setan baru saja lewat di sampingnya, karena sebuah ide jahil hinggap secara tiba-tiba di otaknya.

Kyuubi mengambil telepon genggamnya, melihat daftar kontak yang ada di dalamnya, dan melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya—heh, dan kebetulan jam dindingnya menunjukkan pukul 22.30.

Dan akhirnya setelah seharian ini ditunggu, seringai jahil Kyuubi akhirnya keluar juga.

.

.

.

.

"Itachi-sama, ini data dari rapat tadi," Konan—sekertaris Itachi—menghampiri atasannya yang sedang bergalau ria sembari menelungkupkan wajahnya di atas meja. Alasannya sudah bisa ditebak, kan?

Yup. Kenapa lagi kalau bukan karena seharian ini Itachi tidak bisa melihat wajah belahan hati sehidup sematinya?

Itachi mengangkat wajahnya—sebentar, hanya untuk melirik Konan. Gumaman 'hn' monotonnya meluncur mulus dengan nada malas sebelum sang empunya suara kembali menjatuhkan wajahnya ke atas meja.

Konan—yang menjadi saksi bisu (bukan karena dia makhluk mati, tapi karena dia tidak punya hak bicara) kelakuan labil Itachi selama tiga hari belakangan—hanya bisa menghela nafas.

Sudah menjadi rahasia umum kalau satu-satunya orang yang bisa membuat Sang Tuan Muda Uchiha Itachi menjadi seperti ini hanyalah kekasihnya—Uchiha-Namikaze Kyuubi. Peretas yang sudah membobol banyak situs ternama dan situs-situs milik instansi pemerintahan—walikota Konohagakure, Nona Tsunade, sekaligus 'nenek' Kyuubi sendiri, sampai bingung menghadapi ulahnya.

Tapi entah karena kesambet atau mungkin dipelet atau panahnya cupid yang salah sasaran, Itachi jatuh cinta secinta-cintanya pada pemuda bermata merah itu. Setiap hari setelah mereka jadian, ruangan Itachi—yang otomatis ruangannya Konan juga—dipenuhi gambar hati berwarna pink dan backsound lagu-lagu tentang cinta. Konan yang perempuan saja sampai eneg.

Perempuan berambut biru tua tersebut jadi bosan sendiri karena yang akan jadi pelampiasan kegalauan Itachi—karena tidak bisa bertemu Kyuubi—pasti dia. Ingin rasanya Konan meneriakkan 'oh, God, why?' dari gunung paling tinggi.

"Hei konan," tuh, tuh. Yang dia bilang barusan kejadian sungguhan, kan? Sekarang dia harus siap-siap untuk mendengarkan curhat tidak mutu dari bosnya ini lagi, deh.

"Aku kangen Kyuu-chan—" Terus, Konan harus bilang 'wow' gitu?

"—Kapan aku bisa pulang dan menemui Kyuu-chan lagi—?" Setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu, Itachi.

"—Apa Kyuu-chan sekarang sedang memikirkanku juga ya—?" Uh-huh. I wonder. Bukankah seharusnya dia sedang membobol sebuah situs ternama sekarang?

"—Menurutmu, Kyuu-chan sekarang sudah makan belum—?" Ada kau pun dia belum tentu mau makan, kan?

"Konan, jawab pertanyaanku—!" Konan menjawabnya, Itachi. Tapi dalam pikiran.

"Kalau dia belum makan bagaimana? Sekarang kan dia di rumah sendirian! Kalau sampai dia sakit lalu tiba-tiba pingsan, bagaimana?" Memangnya Konan sekurang kerjaan itu sampai-sampai memikirkan Kyuubi, hah? Itachi idiot.

"Konan, kita harus cepat ke rumah Kyuu-chan! Kyuu-chan—" Konan sudah tak peduli pada ocehan Itachi yang 99,99%-nya berisi curhat colongan dan memilih duduk santai di sofa sembari menikmati secangkir ocha—yang seharusnya berakhir di perut Itachi—sebelum dia mengoceh tak karuan, tentunya.

Tiba-tiba—tak ada angin, tak ada hujan—tahu-tahu Itachi mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja kerja.

"Konan," nadanya serius. Membuat Konan yang mendengarnya jadi was-was mendadak saja, "Ayo ke rumah Kyuu-chan!"

Konan baru sadar akan salah satu tugasnya sebagai sekretaris yang terlupakan, yaitu menghentikan Itachi saat kegilaannya sudah mencapai batas seperti sekarang ini.

Buru-buru Konan meletakkan ochanya ke atas meja dan menyambar gulungan koran yang ada di sana sebelum kemudian menghampiri Itachi yang sudah memegang kenop pintu. Muntab, wanita cantik pemilik hiasan origami di rambutnya itu langsung menghantam kepala Itachi menggunakan gulungan kertas koran yang ada di genggaman tangannya.

"Kau pikir Kyuubi itu anak-anak yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri, hah?" Konan berkacak pinggang.

"Aw! Sakit tahu, Konan! Lagipula, aku kan hanya khawatir pada pacarku! Memangnya aku tidak boleh khawatir pada Kyuu? Ha, maaf saja Konan, tapi aku ini pacar yang perhatian! Tidak seperti Pein yang—bahkan—saat kau sakit pun, dia hanya menelpon tanpa ada niatan menjengukmu!" Itachi berteriak pada Konan sambil memegangi kepalanya yang baru saja dihantam oleh Konan.

Alis Konan berkedut.

"JANGAN BAWA-BAWA NAMA PACARKU, BRENGSEK! KAU PIKIR, GARA-GARA SIAPA DIA TIDAK MAU MENEMUIKU WAKTU ITU, HA?"

Itachi langsung ciut nyalinya ketika teriakan Konan menggetarkan seluruh penjuru kantor setelah dia mengungkit-ungkit masalah tersebut. Bukannya masalah besar atau bagaimana, kok. Cuma masalah kelewat sensitive untuk Konan yang menyangkut pacarnya—dan dia, sebagai biang keladi. Dan dia sering—mendekati selalu—lupa untuk berhenti mengungkit-ungkit masalah itu di depan Konan.

Sepertinya, otak genius milik Itachi perlu memori tambahan baru.

Ngomong soal waktu itu, memang benar sebagian besar adalah salahnya. Dia yang mengajak Pein bertaruh untuk memenangkan sebuah tender yang tidak begitu besar. Tanpa hadiah, tapi dengan hukuman. Yaitu: yang kalah tidak boleh menemui pujaan hatinya selama sebulan.

Pein sadar akan peluang menangnya yang kecil, namun dia bersikeras untuk ikut dan berusaha optimis. Hasilnya? Sayang sekali, Pein kalah dan Itachi menang.

Seminggu berselang setelah kejadian taruhan itu, Konan—yang berarti pacar Pein sekaligus orang yang tak boleh ditemui Pein selama sebulan kedepan—jatuh sakit dan hanya mau dirawat oleh Pein.

Dengan lembut, Pein menyampaikan alasan mengapa dia tidak bisa mampir ke Iwagakure pada sang pacar. Konan marah besar. Murka. Celakalah Itachi. Dewi Fortuna memusuhinya saat itu.

Konan menolak berangkat kerja selama 2 bulan.

Imbasnya? Keadaan Itachi saat itu menjadi kacau balau karena tidak ada yang mengatur jadwal hariannya—sehingga secara otomatis memaksa Itachi untuk menyusun jadwalnya sendiri. Dan kita semua tahu bahwa Itachi tidak berbakat menyusun jadwalnya sendiri.

Itachi dongkol juga sebenarnya. Tapi, mau pecat Konan juga tidak tega, karena dia sendiri yang membuat konan sampai marah besar seperti itu.

Sampai sekarang, dia berjanji untuk tidak akan mengusik masalah ini lagi. Namun apa daya, otaknya yang genius itu sama sekali tidak mau diajak kerja sama. Otaknya lupa. Dasar.

"G-gomen, Konan-chan. Gomen, aku tidak bermaksud untuk—"

Konan mengangkat tangannya ke depan wajah itachi—tanda untuk berhenti. Itachi tidak suka diperintah, memang. Tapi dia tak mau membuat Konan lebih marah dari ini.

"Aku mengerti, aku mengerti. Tapi, palimg tidak—" Konan menunjuk meja Itachi yang saat ini penuh dengan dokumen-dokumen yang menggunung, "—selesaikan dulu semua tugasmu yang menggunung itu, baru kau boleh pulang ke Konoha untuk menemui Kyuubimu."

Itachi siap melayangkan protes kepada Konan, namun Konan lebih dulu mengancam, "Kerjakan atau aku akan bilang kepada Fugaku-sama agar kau tidak bisa pulang ke Konoha sampai akhir tahun ini berakhir!"

Akhirnya, Itachi hanya bisa diam seribu bahasa sambil berjalan perlahan kembali ke mejanya untuk segera menyelesaikan dokumennya yang menggunung tersebut.

Setelah Konan puas melihat Itachi duduk tenang di balik mejanya sambil mengerjakan dokumen, Konan segera berbalik menuju pintu keluar—tidak mau mengganggu bosnya.

Setelah Itachi mendengar suara pintu ditutup, dia kangsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja—lagi.

"Kyuu, aku rindu padamu"

.

.

.

.

Sementara itu, Kyuubi di kamarnya masih asik mengobrak-abrik lemarinya—setelah tadi dia puas mengerjai adiknya yang sedang di*ehem-ehem* oleh Sasuke-pantat-ayam-teme-bodoh-masuk-neraka-saja-sana lewat telepon. Dan sekarang saatnya mengerjai Itachi-keriput-mesum-pedopil-ngga-pantes-masuk-sur ga.

Heh. Kyuubi menyeringai lagi.

Sebenarnya apa yang dipikirkan dan akan dilakukan oleh Kyuubi? Kenapa dia harus sibuk mengobrak-abrik isi lemarinya hanya untuk mengerjai sang seme tercintanya?

Ah, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

TBC

a/n
aku ngga pinter untuk buat authornote.
fic pertama yang aku publish, itakyuu 2shoot, big thanks to ChocolateAlbino yang mau jadi editorku.
akhir kata RnR please.