Cryssan and Tomato
Pair :
-Sasuke Uchiha & Hinata Hyuuga
-Naruto Uzumaki & Sakura Haruno
-(Dan satu karakter tambahan disini)
Rate : T
Genre :
-Misteri & Romance
-Humor & Horror
Disclamer : Mashashi Kshimoto
Author : Cindilta
Summary : " Hinata Hyuuga seorang dokter, penyayang dan juga cerdas sedangkan Sahabatnya Sakura Haruno yang juga seorang dokter cantik nan ulet , menjadi patner yang ikut dalam sebuah Ekspedisi [] Sasuke uchiha dan Naruto Uzumaki yang merupakan detektif meminta keduanya untuk menjadi patnernya dalam menyelidiki kasus Key-Death yaitu kasus yang membuat populasi di Negara itu menurun hingga 50% [] Disadari oleh sosok lain bahwa seseorang yang dicintainya akan merasa tergores lagi [] Sasuke tak percaya bila hal yang sebesar itu disembunyikan oleh ia sendiriaan selama ini.."
:
: HAPPY READING MINNA!
:
Pagi itu tak biasanya bagi Sakura, ketika melihat sahabatnya tampak mengenakan jaket yang cukup panjang dan menutupi tubuhnya hingga ke lutut. Bahkan setelah itu ia masih menggunakan celana panjang longgar.
"Ada apa Sakura..?" kata Hinata saat menyadari tatapan aneh dari Sakura. Yang ditanya hanya mengangkat bahu, ia mengenakan celana selutut dan jaket yang cukup ketat. Tren saat ini sih, yah meskipun didalam tasnya bersemayam alat-alat kedokteran.
"Kuharap aku dibonceng oleh Sasuke-kun..!" doanya riang,mencoba mengalihkan pembicaraan. Langkah cepat menuju halaman rumah Hinata yang dipenuhi oleh bunga-bunga dan pepohonan rimbun. " Sebentar lagi musim salju kan Hinata..?" ujar Sakura pendek.
"Lalu..?"
"Bunga-bunga ini bagaimana?"
"Biar Ka- ah! Maksudku Kaha-kun yang akan membantuku…" Sakura sempat menatap bingung, 'Kaha'?.
Hinata sempat tersenyum penuh arti, namun sebelum Sakura menyela dengan argumentnya terdegar suara klakson dari jalanan, itulah mobil para detektif itu.
Sosok kuning membuka jendela dan melambaikan tangan, senyumnya cerah dan ia juga sangat ramah. Sedangkan yang berada di bagian kemudi hanya melirik saja.
"Ini foto-foto tempat yang dicurigai sebagai sarang mereka.."
Hinata melirik kearah pemuda kuning yang sibuk menjelaskan tentang foto-foto yang beserakan diatas meja, Sakura hanya bisa melongo pada pemuda yang terlihat bosan sambil menyilangkan tangannya dan bersender dipintu.
Hinata sangat kagum, ia meraih beberapa foto yang dikenalinya. Dan menaruhnya kembali saat Naruto Uzumaki yang tiba-tiba menyodorkan minuman kepadanya. "Ah Domo…".
"Bagaimana Hinata-chan.. apa perlu Observasi…?" Naruto menanyakan disela oleh suara lain.
"Tak perlu, itu saja cukup..!" Jawab pemuda raven dengan nada bosan,
"Tapi Sas-!" Pemuda itu berjalan menuju foto-foto itu dan melirik Hinata lama. " Na- maksudku Hinata! Kau seharusnya bisa langsung menyimpulkan.."
"Jujur.. aku tak mengerti…" Ucap Hinata, bernada lembut tapi terlihat tak acuh dengan kehadiran pemuda itu.
Naruto tersenyum dan menarik tangan Hinata sehingga Hinata sekarang lebih memusatkan perhatiannya pada Naruto. " ini tentang grup psikopat bernama ; Immortal patner, yah memang menjadi misteri…" Hinata masih menunggu kelanjutan cerita Naruto, sekan tahu alurnya Hinata berbalik dan menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Lalu kau ingin kami apa..? membantu kalian mengungkap kasus ini..?" Ujar Sakura pedas, dia tidak terlalu suka Naruto yang hobi pamer gusi.
"That Right! Benar sekali Miss..!"
Ugh, Sakura benar-benar emosi. Perempatan didahinya muncul sambil terus mendengus sakura membuka mulutnya untuk menyanggah Naruto .Sasuke Uchiha-nama lelaki yang sejak tadi menyender, langsung menyela.
"Haruno-san bisakah anda berkerja sama dengan kami untuk sementara..?" Sakura mendongak, lelaki itu tersenyum evil sedikit, membuat pipinya memerah. Hinata memandang mereka dengan senyuman aneh lalu berbalik memandang Naruto. Yang dipandang ternyata cemberut.
"Ekhm… Jadi bagaimana..?" sela Naruto pedas, Sasuke memandang Naruto malas dan Sakura mendeathglarenya.
"Oke, kami akan membantu… benar kan Hinata-chan..?"
"…"
Sasuke melirik Hinata lama, Hinata hanya diam memandangnya balik. Gadis manis itu mengalihkan mata kearah Sakura dan menggangguk mantap.
"Baiklah…"
"Datang pada jam 07:00 pagi di Café yang berada didepan pohon Cemara kering, Syéflzen, kami menunggumu disana. Jangan telat hanya karena Krisan dan Lavender!. Cepatlah!.
By : Kaha"
Hinata menekan tombol 'exit' pada Handphonenya untuk membalas e-mail, rasa senang muncul juga pada hatinya. Sudah lama sejak seminggu Kaha tak pernah lagi mengabari keadaannya di kota sebelah.
" Aku akan datang, mungkin lama karena aku harus menghubungi yang lain..? .Hahaha.. . aku tak ingin keluar. Flu datang disaat yang tidak tepat. Lagipula siapa yang akan menculik Krisan dan Lavender? Mereka aman, aku tunggu di dalam rumahku..
By : Hinata"
e-mail telah terkirim, hingga Hinata tinggal menunggu dia datang. Memang benar ia sedang flu lagipula dia juga sendirian. Bila ia datang ke rumah sakit. Sakura akan mengamuk dan menyuruhnya istirahat total selama 1 bulan.
"Ha..? kau flu? Tunggulah.. Oh ya.. Aku baru saja selesai berburu! Apa kau mau..?
By : Kaha"
'Buruan?, ah! dia ternyata mengingatku' Hinata membatin senang. Ditekannya keypad secara acak dan menekan tombol 'send'. Sebuah balasan membuat handphone Hinata berdering pelan.
" Entahlah, aku bertaruh mereka akan mendapatkan jarum! . Oh ya aku sekarang didepan rumahmu,..
By : Kaha"
Hinata segera melompat dari tempat tidur dan berlari menuju pintu. Saat daun pintu ungu terbuka, terlihat seseorang dengan rambutnya yang acak-acakan memasuki rumah. Ditangannya terdapat sekeranjang buah segar dan seburket bunga mawar hitam,putih dan juga lavender.
"Ugh, kau selalu manis…" ujarnya memuji, tentu pujiannya membuat pipi Hinata memerah. Mereka mengobrol dengan asyik hingga ingatan Hinata mengambang saat sakura menanyakan sesuatu.
"Kaha-kun.."
"Hm..?" ujarnya sembari menaruh cangkir yang tinggal setengah ketempatnya. Mata Onyxnya memandang Hinata penuh tanda Tanya, sedangkan yang dipandang malah salah tingkah.
"Mau kah kau…."
"Ya..?,"
"Membantuku, mengangkat bunga didepan?..."
"…"
Terlihat perubahan di wajahnya, Hinata menjadi bingung. Namun ia tetap memandangnya dengan penuh harapan. Tentu ia tak bisa menolak Hinata, karena Hinata bukan gadis yang bisa ia cuekin begitu saja.
" Apapun untukmu.."
Hinata tersenyum manis, mendesirkan dada setiap orang yang melihatnya termasuk dia. Mereka beranjak dan membuka pintu, Hinata sempat bercerita tentang musim dingin tahun lalu. Saat Hinata da ia masih bersama satu atap. Mereka menyalakan pemanas, kepala Hinata menyender padanya dengan selimut yang menempel pada tubuh keduanya.
Hinata dan dia mengangkat sebuah pot yang tertanam diatasnya bunga krisan putih kesukaan Kaha, memindahkannya menuju kedalam rumah dibawah jendela, sehingga Hinata akan selalu ingat. Bahwa jika nanti musim semi sudah datang, ia tak lupa menyiram bunga itu.
Mereka terlalu asyik berdua, hingga tak sadar mendung telah menggelayut dan tepat titik hujan pertama, saat mereka dibawah pohon Oak yang agak jauh dari rumah Hinata. Kaha langsung melepas jaketnya dan menyelimuti tubuh Hinata, ia menggendong tubuh mungil sang lavender dan membawanya berlari.
Saat setiap detik bulir-bulir hujan menururni bumi, tampak dari jauh, dibawah pohon cemara yang rimbun hingga menutupi bagian bawahnya juga. Sepasang mata mengintainya dengan geraman kasar.
Pagi yang cerah, uap-uap menyembul dari dalam coffe yang panas. Seakan minta diminum, narut menurutinya. Ia meminum Coffenya sambil meniup-niup meletakkannya keatas meja.
"Oke… aku akan memulai…" ujarnya sambil mengeluarka pupen dan juga peta, lalu beberapa foto yang disebarnya kemarin.
"Berhubungankan..? iya-kan?,," Ia meminta kepastian.
"Hm.. ya.." kataku asal, ada e-mail dari Kaha-kun sehinggaaku tak terlalu memperhatikannya. Dia bilang ; karena dia pulang dengan keadaan basah, dia jadi agak demam. Aku sempat merasa bersalah.
"HINATA..!"
Hinata terlonjak kaget, suara baritone yang membentaknya berasal dari pemuda raven, Sasuke. Hinata memandangnya bingung, sedangkan Naruto dan Sakura sempat kaget ikut bertanya ada apa.
"Perhatikan dan bawa kemari handphonemu!" Wajah Sasuke menyuarakan ketidaksukaannya dengan terang-terangan. Hinata menolak keras, Sasuke menyodorkan tangannya. Hinata merasa tidak suka, ia berdiri.
"Apa hak mu!" Suara Hinata pelan namun menusuk, tak pernah Sakura melihat Hinata semarah ini, artinya Sasuke sangat tidak disukai Hinata. Karena setau Sakura ,Hinata adalah orang yang sangat sabar.
Sasuke berdiri,aura ketidaksukaannya menguar. "Terus saja kau dengan lelaki itu!" ujarnya dengan nada sakartis. Jelas membuat emosi Hinata meninggi.
"Untuk apa kau peduli!, bukankah kau senang dengan gadis bermata empat itu! Terus saja berselingkuh!" Ujar Hinata tak mau kalah,wajahnya memerah karena emosinya yang tertahan.
"Kau…! Dasar wanita jalang..!" Geraham Sasuke beradu, ia memandang benci Hinata.
"Brengsek!, bila aku jalang!, kemana saja kau saat aku hamil bahkan saat aku keguguran! Dasar tak bertanggung jawab!" ujar Hinata sengit, tak sadar dikalimat terakhirnya. Hinata meneteskan air mata.
"….." Sasuke terdiam, ia terduduk dan mengalihkan pandangannya. Sedangkan Hinata menarik tasnya dan beranjak pergi. Suara sepatunya menggema di dalam Café, tak diperdulikannya berpasang-pasang mata yang memperhatikannya.
Lama Sasuke terdiam, ia pun berdiri, berlari mengejar. Dan saat ia membuka pintu Café ia melangkah menuju jalanan , saat berbalik kearah lain ia mengeram.
Hinata dan lelaki itu lagi, lelaki itu menggendong Hinata dipunggungnya. Sasuke memandang mereka benci, terutama pada lelaki berambut acak-acakan itu.
"Sialan!"
Sasuke langsung menyalakan motor besarnya dan melaju pergi. Meninggalkan Naruto dan juga Sakura, mereka sempat terdiam beberapa saat hingga Sakura mengatakan sesuatu. "Lama sejak aku dan Hinata berteman , aku baru tahu hal ini…". Naruto memandang pintu keluar dan beralih ke coffenya, ia mengangkat wajahnya dan mengatakan hal yang membuat Sakura menjitaknya.
"Kau bayar coffenya Hinata-chan ya?"
BLETAKK!
"Di saat-saat seperti ini Narutoo! Kau!"
.
.
.
.
.
"Kaha-kun… Hiks… Hiks.." Isak Hinata dalam gendongan Kaha. Lelaki itu sempat melihat Hinata menangis, memang di e-mailnya ia berbohong karena ia tahu Hinata dimana saat itu. Ia tak ingin Hinata semakin sedih jika melihat si bajingan itu.
"Sudahlah.. Hinata.. lebih baik kau ikut denganku,.." Ujar Kaha tenang, jaket tebalnya dipakaikan ke Hinata lagi, karena udara mulai mendingin. "Di rumahku… , bunga Krisan yang kau punya bisa kita bawa sekalian.." Kaha sempat tersenyum pada Hinata, membuat tenang di hatinya lagi.
"Lama sudah.. kau mau mengunjungi sang Lavender lagi..?" Tanya Kaha dengan pelan, Hinata mengangguk membuat mereka harus memutar untuk menuju kesana.
.
.
.
Bersambung...
