Original Title: Flower and Prongs

Author: teenage . tragedy [remove space]

Cover Image: georgiaj0718 (Pinterest)

Based on Harry Potter series by J.K. Rowling.


BAB 1 SURAT
.

Dia terbangun karena bunyi bip keras dari salah satu sudut kamarnya. APA itu? Dia melambaikan tangannya di udara seolah-olah menyuruhnya untuk berhenti atau pergi, tapi suara itu tetap berlanjut.

"UH!"

Dia duduk; rambut merah gelapnya acak-acakan, dan memandang berkeliling mencari sumber suara. Itu dia, di dekat pintu ada jam beker. Berapa kali dia harus mengatakan pada semua orang di rumah agar jangan pernah menaruh jam beker di kamarnya? Apa belum cukup buruk bahwa dia setiap hari harus bangun paling pagi dan meninggalkan tempat tidur yang nyaman?

Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke tempat jam beker tersebut, sedikit limbung karena baru bangun. Diambilnya jam beker itu dan diperhatikannya. Jam 5 pagi.

"Kau BERCANDA?" dengkingnya, lalu mengambil baterai jam beker itu. Dia membuka pintu dan memandang koridor. Masih gelap. Bagus, pikirnya, bahkan matahari belum terbit.

Dengan marah dia menyusuri lorong menuju kamar Petunia dan membuka pintu sedemikian kuatnya sehingga pintu itu memantul di tembok dan menuju kembli ke arahnya, menghantam wajahnya. Meskipun demikian, sembari mengusap hidungnya yang sakit, dia mendekati tempat tidur Petunia tanpa repot-repot memelankan suara.

"Apa-apaan ini?" katanya pada Petunia yang masih tidur dan tidak terusik sedikit pun.

Kesal, dia menyentakkan selimut Petunia. Petunia terbangun, memandang berkeliling.

"Lily! Apa yang kau LAKUKAN?" erang Petunia, mendorong adiknya. Lily bergeming.

"Kenapa ada jam beker di kamarku?" tanya Lily lagi.

"Mana kutahu?" tukas Petunia, turun dari tempat tidur, "Itu kan cuma jam, Lily, keluar!"

Berkata begitu, Petunia menarik rambut adiknya dan mendorongnya keluar kamar. Pintu terbanting menutup di belakangnya dan dia berdiri di sana, dalam lorong yang gelap, sakit hati.

"Terserahlah, aku mau tidur," kata Lily, melangkah kembali ke kamarnya.

Mata Lily terbuka dan dia merasakan tusukan menyakitkan di lehernya. Dia memandang berkeliling. Dia masih di lorong di luar kamar Petunia. Dia pasti tertidur dalam sebelum sampai ke kamarnya. Dia berdiri, merasa ada sesuatu yang berat di bahunya. Kepalanya menoleh, dan menjerit ketika merasakan tiupan kecil di telinganya.

Di bahunya ada burung hantu yang sedang memandangnya. Memandang berkeliling, memastikan tak ada orang lain di situ, dia pergi ke kamarnya dan menurunkan si burung hantu di mejanya, kemudian mengambil surat dari kakinya. Burung hantu itu melayang keluar jendela, tapi Lily tidak memperhatikan. Mendadak dia terbangun sepenuhnya. Surat itu ternyata dari Hogwarts.

Gembira, Lily duduk di tempat tidurnya, tak peduli saat itu masih pukul 7 pagi, dan membuka segel amplopnya. Dia menarik sebuah perkamen berat dari dalamnya dan membaca.

.

Miss Evans yang terhormat,

Berikut terlampir daftar buku yang akan Anda butuhkan di tahun ketujuh Anda di Sekolah Sihir Hogwarts.

Hormat saya,

Minerva McGonagall

Wakil Kepala Sekolah

Sekolah Sihir Hogwarts

.

Senyum Lily sedikit goyah. Dia sudah memasuki tahun ketujuh di sekolah, tetapi dia belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus dari Hogwarts. Semua orang yang dia kenal sudah tahu apa yang akan mereka lakukan. Sahabatnya, Alice, Gwenog dan Hestia sudah memutuskan akan menjadi apa setelah lulus dari Hogwarts. Alice akan menjadi Auror, Gwenog memilih menjadi pemain Quidditch, dan Hestia ingin bekerja untuk Daily Prophet.

Dia menghela napas dan menggeleng. Dia akan memikirkannya lagi nanti. Dilemparkannya amplop itu ke samping, mendarat di lantai dengan suara berdebum. Aneh. Bukankah seharusnya kosong? Dia membungkuk di atas tempat tidurnya, mengambil amplop dari lantai, membaliknya, dan jatuhlah sebuah lencana emas dan selembar surat.

Dia mengambil suratnya terlebih dahulu pertama, mengenali tulisan kurus miring Dumbledore, merasakan kegairahan saat membukanya.

.

Lily,

Selamat, kau terpilih sebagai Ketua Murid!

.

Lily membeku. Terpilih sebagai apa? Cepat-cepat dia mencari di tempat tidurnya dan menemukan lencananya. Bernapas dalam-dalam, dia membalik lencana itu, melihat huruf KM di atas lencana merah bergambar singa Gryffindor. Masih membeku, dipandanginya lencana itu. Dia Ketua Murid? Dia, Lily Evans, si kelahiran-Muggle, Ketua Murid? Senyum lebar menghiasi wajahnya. YA AMPUN, AKU KETUA MURID! Dia berteriak dan melompat-lompat di atas tempat tidurnya. Tak bisa dipercaya! Dia tak pernah mengharapkan akan menerima jabatan bergengsi seperti Ketua Murid. Meski tak mau mengakuinya, dia tak menyangka karena statusnya yang kelahiran-Muggle. Menggelengkan kepala, senyum di wajahnya masih terpeta, dan dia kembali membaca.

.

Lily,

Selamat, kau terpilih sebagai Ketua Murid!

Aku dengan senang hati menyatakan bahwa kau adalah salah satu murid dengan pemikiran terbaik di Hogwarts dan layak mendapatkan jabatan bergengsi ini.

Di Hogwarts Express, kau dan Ketua Murid Laki-Laki akan bertemu di kompartemen Prefek di awal perjalanan untuk mendiskusikan rencana selama setahun ke depan. Selanjutnya kalian harus mengarahkan para Prefek sebelum kembali ke kompartemenmu sendiri.

Aku menunggumu di Hogwarts dalam keadaan baik.

Selamat menikmati musim panas,

Albus Dumbledore.

.

Lily menjerit lagi. Ibunya menghambur masuk ke kamarnya sambil memegang wajan.

"Apa yang terjadi?" tanyanya keras.

Lily menatap ibunya—yang masih mengenakan kimono berbulu merah mudanya, dengan sandal berbulu sewarna, mengangkat wajan ke atas kepalanya—dan meledak tertawa.

Jane Evans, menyadari tidak adanya bahaya, menurunkan senjatanya dan memandang anaknya. "Tidak lucu, Lily. Kupikir kau diserang!" dia menghela napas lega, dan duduk di samping Lily. "Kenapa kau berteriak seperti itu?"

Sebetulnya, Jane Evans, seperti juga Lily, membenci pagi hari, dan karena Lily berteriak, dia berlari ke atas untuk menolong anak perempuannya ini.

Alih-alih mengatakan sesuatu, Lily menyerahkan surat itu kepada ibunya dan tersenyum lebar. Lily mendapati mata ibunya melebar dan senyum menghiasi wajahnya.

"OH LILY!" dia menjerit, menarik putrinya ke dalam pelukan. "Aku sangat bangga padamu! Selamat! Oh, dan menyenangkan sekali kabar gembira ini datang pada hari ulang tahunmu!"

Lily terkejut. Ini hari ulang tahunnya? Bagaimana mungkin dia bisa lupa? Dia tujuh belas tahun hari ini. Dia sudah akil balig. Dia bisa melakukan sihir di rumah. Senyumnya, kalau mungkin, semakin lebar. Ibunya belum menyadari apa yang Lily sadari dan memekik sekali lagi. Lily berbalik untuk memandang ibunya dan menggenggam lencana Ketua Murid-nya.

"Oh, Lily-pie, aku senang sekali! Aku harus memberi tahu ayahmu!" pekiknya lagi dan bergegas keluar kamardengan membawa surat dan lencana Lily.

Lily masih duduk di tempat tidurnya, tersenyum pada diri sendiri. Dia berbalik, menyingkirkan bantalnya, dan menarik tongkatnya. Dia mengacungkan tongkatnya ke pintu yang ditinggalkan terbuka oleh ibunya, dan menutupnya. Dia tertawa sendiri, betapa menyenangkan bisa melakukan sihir di rumah.

Dia memutuskan untuk melakukan semuanya dengan sihir hari itu. Dia membuat sarapan dengan sihir (Petunia tidak setuju dan menolak sarapan), melakukan pekerjaannya dengan sihir, dan bahkan berpakaian dengan sihir. Saat makan siang, dia mengubah baju ayahnya menjadi merah muda cerah, dan mengubah mie yang dimakan kakaknya menjadi cacing lalu kembali menjadi mie, menyebabkan Petunia tersinggung dan meninggalkan meja makan, tetapi bahkan kakaknya tidak bisa memecahkan kebahagiaannya hari ini.

Seekor burung hantu terbang masuk melalui jendela dan menjatuhkan surat di pangkuan Lily. Dirobeknya surat itu, sama sekali tak mengenali tulisan tangannya, dan membaca:

.

Lily,

Selamat ulang tahun! Tujuh belas... Wow! Itu... sesuatu yang… besar! Selamat. Yah, kukira aku cuma mau bilang selamat ulang tahun dan sampai ketemu di Hogwarts Express.

Dari Ketua Murid Laki-Laki,

James Potter.

.

Lily masih terkejut beberapa saat, lalu mulai meracau.