Hello minna! (bow*) wah ini pertama kalinya aku kolaborasi dengan saudaraku. Hehehe.
Akhirnya chapter satu selesai juga…. Ini akan campuran dengan cerita ku yang suka adventure dengan cerita Teru-nee yang sangat suka romence. Semoga kalian menyukainya! Selamat membaca!
Fairy Tail © Hiro Mashima Sensei
..
Battle Of Future by Sagara Ai & Shinigami Teru-chan
..
Warning: OOC, typo(s), AU, GaJe, Semi Canon
"Don't Like. Don't Read"
...
Gelap.
Sesak.
Panas.
Jeritan dan tangisan terdengar dari kejauhan menusuk relung hati. Langit yang biasanya diterangi bintang –bintang, malam itu gelap tanpa satu cahaya pun, hanya diselimuti oleh asap tebal yang berasal dari kobaran api. Hampir seluruh bangunan di Fiore dilalap api. Pelan-pelan Charle bergerak menuju puing-puing bangunan, yang dulunya adalah sebuah bangunan megah tempat Guilt terbesar di Fiore berkumpul―Fairy Tail.
Sesosok tubuh yang tidak asing bagi Charle tergeletak di tanah. Sekujur tubuhnya penuh luka lebam dan terlumuri darah. Charle dengan ragu-ragu mendekati tubuh itu.
"Lucy…?!" Jerit Charle setelah mengenali sosok tersebut, namun jeritannya dikalahkan oleh suara gemuruh yang berasal dari langit. Charle melihat ke atas, seekor naga dengan sisik biru kehitaman terbang diatasnya. Sayap yang kuat dan mata merahnya sangat cocok dengan warna kulit gelapnya. Tangan dan kakinya sangat kokoh dalam menopang badannya yang besar serta ekornya yang panjang membuat dirinya anggun setiap kali bergerak. Naga itu berputar di langit dan berbelok ke arah Charle.
"Kyaaaaah…..!" Charle berteriak sambil memejamkan mata. Tiba-tiba Charle terbangun dari mimpi buruknya.
"Mimpi atau―?" gumam Charle. Keringat membasahi dahinya. Sudah hampir satu minggu ia bermimpi seperti itu. Mimpi yang alur ceritanya selalu sama. Memang benar jika ia memiliki kekuatan untuk melihat masa depan, dan setiap yang dilihatnya akan menjadi kenyataan. Mendadak tubuhnya menggigil―takut membayangkan apa yang aka terjadi dengan Lucy dan Fairy Tail.
'Ada aura kegelapan yang mendekat ke arah Fairy Tail' bisiknya dalam hati.
.
.
.
.
.
Matahari yang bersinar dengan teriknya menemani Romeo yang sedang berjalan menuju Guilt tercintanya. Fairy Tail. Saat ini ia berada di sebuah pasar yang berada di pusat kota Fiore. Di samping kiri dan kanannya banyak penjual yang berlomba-lomba untuk menjajakan barang dagangannya. Romeo menggunakan baju berwarna merah marun dangan celana yang senada dengan warna rambutnya. Kedua tangannya dililit oleh perban yang menutupi hampir seperempat lengannya. Romeo dengan susah payah melewati kerumunan pasar itu. Tanpa sengaja Romeo bertabrakan dengan sesosok pemuda yang mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Sosok itu sedang mendekap makhluk yang tak asing bagi Romeo.
"Aduh,"kata Romeo sambil memegang bahu.
"Maaf.. apa kamu tidak apa-apa?" tanya pemuda itu sambil membalikkan badan. Mata Romeo langsung tertuju pada sesosok putih bergetar yang didekap oleh pemuda itu.
"I..iya, Bukankah itu Plue?" tanya Romeo sambil menunjuk makhluk putih bergetar itu. Seketika pemuda misterius itu lari meninggalkan Romeo yang masih terpaku melihat Plue ada pada pemuda itu. Romeo yang menyadari pemuda itu kabur, segera mengejarnya. Namun, Romeo tidak berhasil mengejarnya karena dihalangi oleh keramaian pasar.
"Sial!" maki Romeo sambil menghela nafas dan akhirnya Romeo melanjutkan perjalanan menuju Guilt Fairy Tail.
.
.
.
.
.
Seperti biasa suasana Fairy Tail penuh dengan kekacauan, dimana Natsu, Gray, Gajeel, dan anggota Fairy Tail lainnya sedang bertarung. Beberapa anggota Fairy Tail lainnya sedang melihat papan informasi pekerjaan. Di salah satu meja terdapat sosok gadis yang hanya memakai bikini dan celana panjang. Gadis itu―Cana sedang mabuk berat.
"Miraa~ bawakan aku segelas bir lagi…," kata Cana setengah sadar. Sambil menghela nafas, Mirajane memberikan satu gelas Bir lagi ke Cana.
"Cana-chan, sudah berapa gelas yang telah kau habiskan?"desah Mirajane.
"Hehehe.. hik* belum sebanyak kemarin kok Mira.., " kata Cana sambil cengengesan. Mira hanya sweat drop melihat kelakuan temannya.
"Cana! Seorang gadis tidak boleh minum bir banyak-banyak." Cetus Lucy yang duduk di meja bar. Ia menggunakan baju seperti biasanya tapi hari ini gaya rambutnya berubah menjadi diikat dua di belakang telinganya.
"Hey.. Luce kamu tidak tahu rasanya bir itu gimana…enak taugh! Mau Coba?" ajak Cana sambil memberikan segelas bir. Lucy langsung mengangkat kedua tangannya sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Terima ka―" belum selesai Lucy menolak tawaran Cana. Terdengar suara Romeo memanggilnya.
"Lucyyy!" teriak Romeo sambil membuka pintu guilt. Seisi ruangan langsung hening dan pandangan mereka langsung menuju Romeo. Romeo langsung menghampiri Lucy dengan nafas yang tersengal-tersengal.
"Lucy-nee, Apakah mungkin kunci perak bisa memiliki jenis yang sama? Seperti aku mungkin bisa punya Plue tapi beda kunci." Tanya Romeo sambil duduk di kursi bar. Seketika semua aktivitas yang tadi telah terhenti karena kedatangan Romeo kembali lagi seperti sedia kala.
"Itu tidak mungkin. Informasi yang telah aku dapat bahwa disetiap plosok bumi hanya ada satu jenis kunci. Jadi tidak mungkin ada kunci yang ganda." Jelas Lucy sambil tersenyum kepada Romeo. Romeo mengerutkan keningnya dan menggigit kuku jarinya.
"Terus tadi yang kulihat apa?"gumam Romeo sambil menggaruk rambutnya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Mirajane sambil sibuk mengelap gelas. "Kamu mau minum sesuatu Romeo? Kamu terlihat lelah sekali." Lanjut Mirajane sambil mengganti gelas yang telah dilap dengan gelas yang lain.
"Buk―bukan apa-apa." Kata Romeo terbata-bata.
"Luce! Ayo cari kerjaan. Aku bosan~" panggil Natsu sambil menendang Gray. Gray mengelak dan membalas dengan sihirnya. Tapi meleset dan menyebabkan dua meja membeku.
"Kamu tahukan! Gara-gara kemarin kamu menghancurkan beberapa rumah, misi kita gagal dan yang menanggung biaya kerusakan adalah guilt kita," kata Lucy sambil mengingat misi terakhirnya bersama Natsu, Gray, dan Erza. Sebenarnya itu hanya sebuah misi yang mudah. Misinya adalah menjaga sebuah benda keramat milik sebuah desa terpencil, namun sekelompok musuh ingin mencurinya hingga akhirnya Natsu dan lainnya harus melawannya. Sayangnya sihir api milik Natsu dan es milik Gray menghacurkan seluruh bangunan desa. Alhasil, kepala desa meminta ganti rugi kepada mereka.
"dan aku juga lagi ingin santai sedikit, Natsu. Bermainlah dengan Gray sana!" tambah Lucy sambil menggigit sendok.
"Kamu mau main?! Nih rasakan!" teriak Gray sambil bersiap-siap mengeluarkan jurusnya. "Ice Make, Lancer!" lanjut Gray. Natsu langsung menghindar, ternyata dibelakang terdapat Erza yang sedang menikmati strauberry shortcake-nya. Dengan cepat, Erza langsung mengeluarkan pedangnya dan membelah Es yang berbentuk Lancer.
"Kalian!" teriak Erza dengan wajah yang dan Natsu langsung berwajah pucat dan berkeringatan dingin. "Kalian mau merasakan permainan yang sangat menyenangkan?!" teriak Erza sambil tertawa jahat. Natsu dan Gray langsung berpelukan dan menggeleng-geleng.
"Erza maafkan aku." Kata Natsu dan Gray serempak.
"Tidak akan aku ma―" Suara ledakan besar menghentikan ucapan Erza. Tembok yang terbuat dari batu langsung berlubang karena ledakan itu. Dari lubang itu muncul lima orang yang berdiri sejajar.
"Halo, Fairy Tail." sapa salah satu dari lima orang itu. Wajah Erza, Natsu dan Gray langsung berubah menjadi serius.
"Wah.. wah tempat ini sangat berbeda ya, Link!" kata seorang gadis sambil merangkul lelaki disampingnya. Wajahnya sangat cantik dengan rambut biru saphire. Ia mengenakan baju seperti Ninja. Pemuda yang ia panggil Link berwajah sangat seram. Wajahnya pucat pasi dan mengenakan baju yang yang ribet. Ia memakai jubah hitam dan kaus putih. Celananya yang panjang sangat menambah kegarangannya yang ditambah dengan gambar kobaran api putih diujung celana tersebut.
"Itu kah Lucy?" tanya Link sambil menunjuk kearah Lucy. Dengan cepat mereka tertawa melihat Lucy. "Dia sangat jelek ya?"
"Apa maksudmu?!" teriak Lucy.
"Bukan apa-apa kok, Lucy sayang." Kata Link sambil tersenyum. Natsu langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat. Erza melihat wajah Natsu yang marah tapi ia langsung saja memfokuskan ke lima orang yang tiba-tiba saja menghancurkan dinding guilt.
"Ne…ne…ne, itu Titania! Dan itu Gray! Wahhh… dan ini dia Natsu!" kata gadis rambut biru Shapire itu sambil menunjuk mereka.
"Oh, mereka juga ada disini ya? Lakukan seperti misi ya~" kata Link sambil meloncat turun dengan santai.
"Siapa kalian?!" teriak Natsu sambil menatap tajam Link.
"Kalau kamu mau tahu," kata Link sambil berjalan dengan pelan dan secepat kilat berada didepan Natsu. Natsu tersentak dan terpental karena pukulan Link. "Kalian harus mengalahkan kami." lanjutnya sambil memamerkan lambang guilt di dadanya. Lambang bulan sabit berwarna hitam tertera di dadanya.
"Natsu!" teriak Lucy sambil mengahampiri Natsu yang terpental.
"Lambang apa itu?" tanya Erza.
"Jika kamu bisa membuatku kagum dengan kekuatanmu akan kukatakan." Jawab Link.
"Sebaiknya jangan, Link." Tiba-tiba sesosok pemuda bersandar di dindin sambil tersenyum. Ia melepaskan tudung kepalanya dan memasang wajah tidak senang. Rambutnya pirang dan matanya berwarna onyx menambah ketampanannya.
'Bukankah itu pemuda yang tidak sengaja aku tabrak tadi?' tanya Romeo dalam hati.
"Wah..wah… tamu tidak diundang datang juga." Desah Link sambil mengangkat alis kanannya.
"Pergi dari sini!" Bentak pemuda itu.
"Sayangnya aku ada urusan dengan Natsu bukan kamu, Lucas. Haha―"
"Butuh seribu tahun untuk berurusan dengannya, Link!" teriak Lucas sambil memukul Link hingga membuat dirinya jatuh ke lantai.
"Kamu tidak Mengerti,Lucas! Kamu tidak mengerti! Aku akan mengubah semuanya! Lihat ini! Shine of The Black Moon, Curse!" seru Link sambil mengangkat kedua tangannya mengarah ke Natsu. Bayangan hitam melesat kearah Natsu.
"Natsu, Awas!" teriak Lucy sambil mendorong Natsu jauh-jauh. Lucy terkena jurus itu dan langsung rubuh hingga tidak bergerak sedikitpun.
"Lucy!" teriak seluruh anggota Fairy Tail.
"Beraninya kamu melukainya! Beraninya!" Teriak Lucas. Sekujur tubuh Lucas merasa panas. Percikan api biru dan aura gelap mengelilingi dirinya. Erza langsung merasa takut karena aura itu.
"Link lebih baik kita pergi dulu." Kata salah satu teman Link yang paling tinggi. Link hanya bisa berdecak dan menatap Lucas.
"Oh iya. Kami dari Black Moon guilt. Jaa-neee!" kata gadis berambut saphire dan akhirnya mereka menghilang entah kemana.
"Lucy bangun! Lucy…. Lucy!" teriak Natsu sambil mengguncang-guncang tubuh Lucy yang tidak sadarkan diri.
TBC
Wah, terimakasih telah membaca!
Gimana? Aneh?
RnR please…
Natsu : "Kok aku lemah banget sih?! Itu bukan karakterku!"
Ai : "Maaf….."
Lucy : "Aku kena kutukan?!"
Ai : "Maaf…..."
Charle : "Author, Kenapa milihin aku yang bermimpi buruk sih"
Ai : "Maaf….."
Teru-nee : "Maaf-Maaf aja kerjaannya."
Ai : "Auk ah!" (Kabur*)
Teru-nee :"Terimakasih udah membaca, Bye!"
