Aku menjilati darah yang mengalir dari tubuh gadis itu. Menyesapnya. Menikmati setiap kengerian yang tadinya dirasakan gadis itu. Lewat darahnya. Yang mengalir. Keluar dari leher yang kugorok tiga menit yang lalu. Apa? Aku hanya membantunya.

Tou Thanátou

.

Klarusifogia Hega

(THGbukanpunyasaya)

Anak bodoh. Dia pikir dia punya harapan. Satu-satunya harapan Katniss seharusnya tidak pernah dilahirkan. Dia pikir dengan menang, dia bisa bebas? Meronta-ronta seperti anak bayi. Seperti punya masa depan saja.

Wajah Peeta tiba-tiba berubah seperti patung batu saat mendengar rengekan Katniss. Hahaha... Katniss tidak akan mencintaimu, Peeta. Buat apa kau berharap? Kusarankan kau mati saja waktu di arena. Kau akan lebih berharga saat kau berupa sekumpulan tulang.

Sementara Haymitch, sampah itu, mengatakan kebohongan lagi. Mencoba menenangkan Katniss agar mengikuti peraturan yang ada. Mereka. Tidak. Punya. Masa. Depan. Kita semua tidak punya masa depan!

Kenapa orang-orang tidak memberontak sebelum 'mockingjay' dungu itu lahir? Karena mereka tahu mereka tidak punya harapan. Dan Katniss, secara tidak sengaja memberikan harapan palsu itu. Merubah semua pemikiran logika menjadi imajinasi. Sampai kapanpun, seekor burung tidak akan pernah memadamkan api! Burung yang memadamkan api hanya ada dalam dongeng. Dan dalam kenyataan, burung yang berusaha memadamkan akan ikut terbakar.

Jika saja aku bisa mengatakan hal itu pada mereka. Tidak.

Apa peduliku? Aku berharap pin milikku dibakar setelah aku mati! Jadi aku tidak perlu terikat dengan anak perempuan sok berani itu.

Aku berharap Madge tidak memberikan pin kepunyaanku itu pada Katniss! Tidak, tidak. Aku harap dia tidak lahir! Penderitaan saudari tercintaku bertambah sejak dia datang. Madge hanya lelucon. Dan dengan konyolnya dia memberikan pin mockingjayku untuk Katniss?! HAH! Pin kebanggaanku untuk si gadis sok berani? Yang benar saja! Keparat!

Bagian favoritku dari kesialan ini hanyalah Prim. Ya, adik Katniss. Dia mirip dengan ibunya, sahabatku. Ibunya yang dulu tentu saja. Penolong yang manis. Ya, darah penyembuh mengalir di tubuh Prim. Dan darah pembunuh mengalir di tubuh Katniss. Keluarga yang lengkap. Sudah kukatakan berkali-kali, dia tidak pantas menikahi seorang pemburu dan pekerja tambang. Itu akan menghancurkannya. Dan memang benar, iyakan?

Aku hanya peduli pada mereka. Saudariku, sahabatku. Dan Haymitch, tadinya. Tapi sekarang dia hanya onggokan sampah! Tidak lebih! Aku sangat amat bahagia saat mengetahui pacar sialannya itu mati. Haha! Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu dan aku baru mengetahuinya, tetap saja itu kabar baik!

Jika aku tidak bahagia, lebih baik seorang pun tidak.

...

"Katniss, kau baik-baik saja?" Tanya pria tampan itu. Dan si gadis dungu pun (pastinya) akan menjawab, "tidak, tidak apa-apa." Lalu setelah itu mereka membicarakan tentang hal-hal yang sama sekali tidak penting, berciuman, memerangkap beberapa hewan, atau memandangi hutan. Dan sialnya aku terperangkap disini. Lebih sialnya lagi, tanpa dia mengenakan pin milikku pun aku masih tetap terikat dengannya. Aku sudah tidak punya fisik nyata dan terikat dengan gadis idiot yang sekarang sedang melumat bibir pria tampan. Benar-benar hebat!

Si idiot dan si tampan, ya, namanya Gale. Mereka menuju Hob. Menukar beberapa barang dengan kesepakatan yang di luar akal sehat. Bahkan wajah tampan jaman sekarang tidak mempengaruhi otak.

Ya, kuakui ini bukan jamanku. Lagipula seharusnya aku sudah mati. Aku secara resmi hanyalah mantan penduduk dari dunia cacat ini.

Siapa yang peduli juga denganku? Walaupun aku bersikap (berpura-pura) manis dan baik dulu, semua orang juga melakukan hal yang sama. Berpura-pura ramah dan peduli.

Mereka, semua orang tidak pernah membuatku merasa bebas. Mereka menekan sisi kejeniusanku. Menekan sisi logisku. Menekan sisi gelapku yang haus akan darah...

Aku pernah melakukannya sebelum Hunger Games. Membunuh. Membuat celah agar darah segar bisa mengalir dengan deras. Membantu mengakhiri dengan cepat. Awalnya kumulai dengan yang mudah dulu. Dengan hewan malang yang lewat di depan rumahku. Biasanya sih, kucing. Yang kelaparan. Jadi aku berniat menolongnya. Jika kuberi makan, beberapa hari lagi ia akan kelaparan. Satu-satunya jalan terbaik yang ada di otakku adalah membunuhnya. Bagian favoritku adalah leher. Jadi kugorok lehernya. Setelah itu mayatnya kulempar ke dalam hutan.

Pembunuhan keduaku, kali ini manusia. Anak laki-laki itu kelaparan. Badannya kurus kering. Dan aku ingin membunuhnya. Aku mengajaknya ke belakang rumahku. Aku memberinya permen dan kue kering. Setelah itu kukatakan padanya, aku akan menolongnya. Anak kecil itu tersenyum, masih tetap tersenyum. Aku mengabadikan senyum itu dengan ranting pohon yang ku tancapkan di senyumnya. Dan mayatnya kubuang ke hutan. Mudah sekali.

Kalau saja tidak ada Hunger Games, aku bisa menolong lebih banyak jiwa lagi. Sayangnya aku terpaksa mati konyol karena burung rendahan dan sekarang dengan terpaksa terikat dengan gadis miskin sok berani.

Sekarang yang kubutuhkan adalah waktu. Waktu untuk mengembaikan segalah hal ke posisi yang semula.

Juga kekuatan, aku harus mengumpulkannya.


Katniss melangkahkan kakinya melewati pagar-yang seharusnya-dialiri listrik. Membawa hasil buruannya yang hanya dua ekor untuk disumbangkan ke keluarga Gale. Ia melewati daerah dengan puluhan rumah kumuh yang dulunya menjadi tempat dirinya tinggal.

Kalau dipikir lagi, Katniss bisa merasakan kalau kehidupannya lebih baik setelah Hunger Games. Ehm, lebih tepatnya kehidupan keluarganya.

Hubungan Katniss dan ibunya mulai membaik. Prim sekarang bisa makan kue yang tadinya hanya bisa dipandanginya dari luar toko roti Peeta. Membaik secara materi, sisanya sih, sama saja.

Sementara Peeta, perubahan yang dapat dirasakannya hanya kuas, kaleng cat, dan kanvas-kanvas.

Dan jarak rumahnya dengan rumah Katniss yang hanya beberapa langkah.

Haymitch, jangan tanya. Dia masih pemabuk-level-tinggi-yang-tidak-pedulian.

Katniss melangkahkan kaki menuju Hob, entah bagaimana dia lupa caranya.

Bukan cara melangkahkan kakinya, tapi bagaimana caranya masuk ke Hob dengan sekantung logam berat di kantungnya tanpa banyak orang yang memperhatikan.

...

Peeta menghentikan tangannya yang sedang menggores kanvas dengan cat. Kali ini ia mencoba melukis matahari terbenam. Dengan dramatis, tentu saja.

Ia membuka jendelanya agar bisa mendapat inspirasi. Tapi karena membuka jendela, ia malah teringat sesuatu.

Dia akan pergi untuk membeli methamphetamina, agar ia bisa menggambar sampai beberapa hari ke depan.

Tidak seorang pun tau tentang kecanduannya ini, kecuali penjualnya, yang sangat bisa dipercaya. Keluarganya tidak tahu, Katniss pun tidak tahu. Kayak mereka peduli saja.

Peeta keluar dari rumahnya, menuju rumah Haymitch untuk melihat persediaan alkoholnya. Ya, sekali-kali ia ingin membelikan Haymitch alkohol. Apalagi sekarang Peeta tahu rasanya memakai atau meminum hal-hal seperti itu. Juga rasanya saat persedian habis.

Rumah Haymitch yang seperti kapal pecah itu memberikan aroma keputus-asaan. Maksudnya, siapa sih, yang tidak bisa mencium bau alkohol dalam jarak tiga meter? Dan walaupun Peeta sudah sering memakai methamphetamina, tetap saja, rumah Haymitch lebih baik dihindari.

Persediaan alkohol Haymitch masih banyak. Jadi sepertinya Peeta tidak perlu membelikan cairan bening itu untuk Haymitch.

Kitney sudah menunggunya di belakang toko obat. Wanita tua itu memegang barang pesanan Peeta dengan dua tangan. Peeta memberikan uangnya dan mengambil barangnya itu. Transaksi cepat, mereka berdua sama-sama tidak ingin ada yang tahu tentang hal ini.

Sayangnya, kali ini ada yang melihat transaksi singkat itu.

...

Primrose Everdeen. Dia melihat transaksi Peeta dan Kitney, yang ia ketahui sebagai pemilik toko obat kecil di ujung jalan. Awalnya ia tidak bisa menangkap kejadian itu. Tapi otaknya tiba-tiba menjelaskan bahwa Peeta sedang membeli 'obat'. Yang terlarang.

Ia tahu 'obat' itu tidak cukup untuk menghilangkan nyawa manusia, tapi insting penyembuhnya mengatakan bahwa ia harus melakukan sesuatu. Prim akan melakukan sesuatu.

TBC