Ramen Flavor

Disclaimer : All of character by Masashi Kishimoto

Story by Kuroi Sora18

Pair : SasuNaru

Rated : T

Genre : Romance / Drama

.

.

Warning!

Fic ini mengandung unsur BL/ Shounen-ai / Yaoi , alur cerita gaje, update siput, typo berceceran, OOC, cerita mainstream dan unsur gaje yang lainnya. Bagi kalian yang merasa tidak suka, dilarang spam di kotak review saya dengan flame tidak bermutu. Tinggalkan jejak dengan sopan, karena saya hanya akan menerima kritik dan saran yang baik dan membangun. Salam damai... v^^v

.

Kuroi Sora18 proudly present...

RAMEN FLAVOR

CHAPTER 1 : ESCAPE

.

.

.

" Hosh...hosh...hosh..."

Sesosok remaja bertudung jaket berwarna hitam itu berlari membelah kerumunan orang di kota Konoha.

" Chotto matte, Naruto-sama!" teriak sosok laki-laki berjas hitam di belakangnya. Tak lama lima orang dengan pakaian serupa mengekor di belakangnya. Sementara yang menjadi sasaran pengejaran orang - orang tadi hanya mendengus keras sambil terus memacu kaki-kaki jenjangnya berlari menyusuri Hokage Big Street. Sudah sebegitu jauh ia berlari namun enam orang di belakangnya tidak juga menunjukan gelagat akan menyerah.

BRUK!

" Kuso!"

" Hei, pakai matamu! Dasar anak nakal!" umpat seorang lelaki paruh baya yang remaja itu tabrak. Tudung jaketnya tersingkap menampilkan surai pirang keemasan si remaja manis serta dua manik berwarna biru cerah di kedua matanya. Dia- Namikaze Naruto, sang pewaris utama perusahaan besar nan sukses milik suatu keluarga konglomerat di Uzushio yaitu Namikaze Corp.

( Sebelumnya...)

" Aku. Tidak. Mau!"

Tiga kata. Singkat padat dan jelas. Naruto tidak mau di kirim ke Inggris. Bahkan suaranya terdengar sumbang. Bisa diamati jika dia sedang mencoba untuk tidak mewek saat ini.

" Naruto..." sosok lain berkimono biru itu perlahan bangkit dari tempatnya duduk. Lalu berjalan menghampiri anak semata wayangnya yang masih berdiri dengan mata menahan tangis di ambang pintu. Rupanya anaknya mendengar semua perbincangannnya dengan Mito - mertuanya perihal pemindahan Naruto ke Inggris untuk belajar politik dan bisnis. Ya wajar sih sebagai pewaris keluarga konglomerat sekelas Namikaze. Belajar macam-macam sampai melupakan masa mudanya. Hell no! Naruto itu baru saja genap 18 tahun dan baru saja kemarin dia lulus SMA dan dia malah akan diberangkatkan ke Inggris dan meninggalkan segala kehidupan normalnya di Uzushio untuk dicekoki segala tetek bengek berbau politik dan bisnis. Apa semua orang dewasa hanya memikirkan uang dan kekuasaan saja!

" Otou-sama akan mengirimku ke Inggris kan?"

" Itu baru rencana, Naruto." Minato, kepala keluarga Namikaze itu mencoba mendinginkan kepala anaknya.

" Meskipun baru rencana, aku tidak akan mau. Bagaimana dengan pendidikanku di Uzushio? Lalu Kyuubi, siapa yang akan memberi dia makan dan membuang kotorannya jika aku pergi?"

Minato sweatdrop mendengar kata-kata anaknya.

" Kau berlebihan Naruto. Soal pendidikan, kau akan kuliah di perguruan tinggi terbaik di Inggris. Lalu untuk Kyuubi, nanti akan kusewakan dokter hewan terbaik untuk merawat rubah kesayanganmu itu."

" Demo~ Otou-sama..."

" Tidak ada kata 'tapi' Naruto!" Suara Mito Uzumaki- nenek Naruto menghentikan segala ocehan absurd cucunya. " - mau tidak mau kau harus berangkat ke Inggris minggu depan. Kau sudah dewasa dan kau adalah pewaris tunggal keluarga ini. Kau yang nanti akan melanjutkan bisnis ayahmu. Kami melakukan ini demi kebaikanmu juga."

" Mito-baachan... a-aku tidak- "

" Aku tidak mendengar keluhanmu, Naruto!"

" Okaa-sama apakah tidak sebaiknya kita tunda saja pemberangkatannya? Sepertinya Naruto belum siap." ujar Minato mencoba membujuk mertuanya. Dia merasa kasihan dengan anaknya yang sepertinya sedang tertekan itu.

" Siap tidak siap, dia adalah putramu dan anakku. Dia yang akan menentukan nasib keluarga Namikaze dan Uzumaki kedepannya. Dia harus belajar sedari dini jika ingin berhasil."

Setelah mengatakan itu, Mito pun berjalan meninggalkan sepasang ayah anak itu di ruangan pribadi Minato.

" Lihat, bahkan Tou-san tidak bisa melawan Baa-chanmu, Naruto."

Naruto hanya tertunduk lesu. Dia sudah muak diatur-atur kalau boleh jujur. Tidak adakah orang yang mengerti dirinya? Dia hanya ingin hidup normal seperti remaja pada umumnya. Dia bahkan tidak pernah merasakan apa itu cinta yang sesungguhnya.

( flashback end )

Melihat sebuah gang sempit di dekat jalan utama, Naruto pun memutuskan untuk pergi kesana dan bersembunyi dari para bodyguard yang mengejarnya.

" Naruto-sama!"

Suara orang berhas hitam itu semakin lama semakin terdengar jelas.

' Shit! Jalan buntu ' batinnya mengumpat kesal. Semakin lengkap saja penderitaannya. Mata birunya menelusuri setiap penjuru jalan tak ada apapun selain sebuah mobil pick up butut berwarna biru terparkir apik di dekat tong sampah.

' Tak ada pilihan lain!'

.

.

.

.

.

It's getting hot in the club. I can see they want some more

I will give you more. I'm your number one

Once I get up I'll be rock. Never stop you can be sure

Yeah, you can be sure...

I'm your number one

( BigBang - Number One )

Suara musik berdentum- dentum keras di sebuah diskotik di Kota Konoha. Puluhan muda mudi nampak terhanyut oleh musik dengan mengerakan anggota tubuh mereka mengikuti alunan musik yang semakin lama semakin menggila iramanya. Bau keringat dan alkohol tercium dimana-mana.

BRAK! BRAK! BRAK!

Bunyi debuman berpack-pack minuman keras dengan lantai membuat Suigetsu bartender di diskotik itu menjerit alay melihat kurir minuman setan temannya itu datang dengan ekspresi ogah-ogahan menjalani profesinya.

" Sasuke, kau bisa memecahkan 'anak-anakku!"

Mata onyx itu memicing tajam kearah Suigetsu yang berdiri bersandar di meja counter.

" Hn." sahut Sasuke singkat.

Pria bersurai keperakan itu mendengus melihat kejudesan temannya itu.

" Huh, kau selalu saja bersikap dingin."

" Berisik. Carilah kesibukan lain sana. Sepertinya bau alkohol membuat otakmu sedikit -ahh banyak membuat syaraf di otakmu kongslet."

" Wow." Suigetsu mengangkat kedua tangannya. " Barusan itu kalimat terpanjang yang pernah aku dengar, Sasuke! Dan mengenai kesibukanku ini, aku cukup menikmatinya."

" Terserah." tanggap Sasuke cuek. Dia lalu merain dua pack botol minuman keras yang sudak kosong untuk di bawa kembali.

" Sudahan? Kau buru-buru sekali! Tidak mau minum satu atau dua gelas bersamaku?" tanya Suigetsu yang dihadiahi deathglare super mematikan dari Sasuke.

" O-oke hati-hati di jalan. Jangan ngebut oke?"

Lagi-lagi guyonan Suigetsu hanya ditanggapi dengusan dari Sasuke. Menanggapi sikap konyol sahabatnya itu hanya membuang-buang waktu. Dia risih berlama-lama berada di tempat itu. Tidak tahu apa jika sejak tadi banyak wanita-wanita berpakaian kurang bahan itu terus menggerling genit kearahnya? Benar-benar menjengkelkan. Tanpa mengulur - ulur waktu lagi, Sasuke langsung meninggalkan diskotik itu melalui pintu belakang.

.

.

.

" Naruto-sama!"

Umino Iruka - kepala pelayan Namikaze itu terus berteriak -teriak memanggil tuan mudanya.

" Cepat sekali anak itu larinya." Keluh Iruka. Ia sudah mencari-cari keberadaan Naruto sejak tadi. Namun sama sekali tidak membuahkan hasil.

" Bagaimana ini, Iruka-san? Mito -sama pasti akan memarahi kita jika tidak berhasil menemukan Naruto-sama."

Iruka memijit keningnya keras-keras.

" Sebaiknya kita cari di tempat lain. Naruto-sama tidak ada disini." Suruh Iruka dan ditanggapi oleh anggukan dari rekannya. Setelah mereka semua pergi, menyembulah kepala pirang dari balik tong sampah . Ternyata itu adalah Naruto yang bersembunyi dengan tong sampah dan mobil pick up butut sebagai tamengnya.

" Huah... akhirnya mereka pergi juga. Aku hampir mati kebauan berada disini."

" Siapa kau?"

Naruto terlonjak kaget mendapati seorang pemuda berambut - guhh, Naruto hampir saja tertawa melihatnya- apa itu? Pantat ayam?

" Kutanya siapa kau!?"

" E-eh aku ini..."

Naruto garuk-garuk kepalanya. Apa dia harus mengatakan namanya yang sebernarnya? Nanti kalau dia ketahuan terus orang itu melapor bagaimana?Bisa habis nanti dia!

" Kau gelandangan ya?"

DOENG!

Naruto merengut tidak suka. Namun kemuadian dia memandangi Sasuke dari atas sampai bawah. Pipinya merona hebat.

' Meskipun cuma kurir, dia tampan juga.'

Namun menyadari orang tampan di depannya itu telah menghinanya, Naruto mengeleng-gelengkan kepalanya membuang image 'tampan' Sasuke di kepalanya.

" Enak saja mengataiku gelandangan. Aku ini pe-" secepat kilat Naruto segera membungkam kedua bibirnya. Hampir saja dia keceplosan.

" Kau apa?" tanya Sasuke dengan nada malas. Sampai kapan gelandangan pirang yang Sasuke akui sedikit agak manis itu menghalangi jalannya.

" Bukan apa-apa."

" Ck, dasar dobe." ejek Sasuke. Dia beranjak kearah bagian belakang mobil dan meletakan dua pack botol kosong itu disana.

" Apa kau bilang teme?Dasar kurir pantat ayam!"

Mata onyx Sasuke menatap tajam kearah Naruto yang sedang memasang seringai menyebalkannya.

" Terserah apa katamu, gadis bar-bar!"

WHUTT? Gadis? Apa katanya? GADIS?!

" Aku laki-laki, bodoh! Matamu buta ya?!" sembur Naruto dengan efek hujan badai yang keluar dari mulutnya. Jiwa kelelakiannya merasa terhina, men! Sedangkan Sasuke hanya bisa terdiam sambil mengedip-ngedipkan matanya. Bocah berandal di depannya ini seorang laki-laki? Tapi penampilanya - mana ada laki-laki bertubuh seramping itu? Lalu wajahnya , bagian tubuh satu itu adalah bagian yang paling meragukan. Wajah mirip barbie itu memangnya wajah seorang laki-laki? Gah, kalau Sasuke tidak punya malu, rasanya ingin tertawa saja dia.

" Kenapa kau melotot-melotot begitu hah? Baru lihat cowok tampan sepertiku?" ujarnya narsis.

" Terserah apa katamu. Sekarang kau minggir dobe!"

" Eh?" Naruto mendongkam memandang kurir tampan yang berdiri menjulang di hadapannya.

" Jangan hanya berkata 'eh'. Gerakan kaki pendekmu dan minggir dari pintu mobilku. Aku harus pergi."

Meski kesal setengah mati, Naruto akhirnya mengeser tubuhnya meski dengan ogah-ogahan dan membiarkan Sasuke masuk kedalam mobil. Dia terlalu malas mencari keribuatan di saat genting seperti ini.

BRUMM! BRUMM! Kepulan asap hitam yang keluar dari knalpot mobil bobrok Sasuke membumbung tinggi memenuhi jalanan. Mobil itu pun melaju dengan cepat diikuti oleh teriakan bertema vulgar dari Naruto yang hampir mati karena menghirup asap beracun itu.

.

.

.

.

Namikaze's Manshion, Kota Uzushio.

Iruka hanya bisa menunduk. Tak berani menatap langsung kearah Uzumaki Mito yang tak lain adalah nenek Naruto yang sudah seperti ratu di manshion itu. Iruka baru saja sampai di manshion dan langsung disambut dengan tatapan kejam dari wanita yang hampir berusia 59 tahun namun masih terlihat cantik dan awet muda.

" Sumimasen..." Iruka kembali membungkuk dengan terus mengucapkan kata maaf ketika Mito kembali menghujamnya dengan tatapan tajamnya.

" Kenapa masalahnya jadi rumit begini?" Minato memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia sangat pusing memikirkan putranya kabur dari kediaman utama dan sekarang tidak di ketahui keberadaannya.

" Itu karena kau selalu memanjakannya, Minato."

" Maafkan aku, Okaa-sama. Aku hanya berusaha membahagiakan Naruto meski Kushi-chan sudah tidak ada disisinya lagi."

" Aku tahu! Tapi jika sudah terjadi seperti ini, ini akan merepotkan banyak orang dan memusingkan. Sifat keras kepalanya itu memang mirip dengan Kushina."

" Maka dari itu... tolong Okaa-sama- "

" Temukan Naruto secepatnya. Panggil bala bantuan dan segera hubungi kepolisian terdekat. Jika kau bertemu dengan Naruto, bujuk dia kembali. Bukankah diantara semua penghuni manshion ini kaulah yang paling dekat dengannya?"

" Itu karena saya telah menganggap Naruto-sama seperti adik saya sendiri." Kepala Iruka semakin rertunduk dalam. Merasa telah lancang menganggap seorang pewaris keluarga terhormat seperti adiknya yang merupakan seorang pelayan itu.

" Arigatou, Iruka. Maaf karena Naruto selalu merepotkanmu."

"Tidak sama sekali. Karena itu adalah tugas saya sebagai pelayan pribadi Naruto-sama."

Minato tersenyum tipis mendengar ketulusan Iruka.

" Iruka, temukanlah anakku. Dia satu-satunya alasanku hidup di dunia ini."

Irukan pun mengangguk patuh.

" Ha'i wakarimashita."

.

.

.

.

Klontang...

Naruto berjalan tak tentu arah. Sesekali kaki berbalut jins berwarna hitam itu menendangi setiap kaleng minuman yang dia temui di jalan sempit yang dilaluinya untuk melampiaskan kekesalannya. Sekarang perkataan 'kurir' itu ada benarnya juga. Dia jadi gelandangan sekarang.

" Aku harus kemana?!" Teriaknya frustasi. Memikirkan dimana dia tidur? Bagaimana dia bisa mandi? Lalu yang paling penting, bagaimana dia bisa makan?

Klontang...

" Ouch..ittai!"

Naruto menatap horror kearah segerombolan preman di depannya.

" Hei kau tidak apa-apa, Pein?" tanya Hidan -pria berambut klimis yang berdiri di samping pria berambut orange yang sedang mengelus-elus belakang kepalanya yang terasa sakit. Pein pun memalingkan wajahnya kebelakang, menatap nyalang Naruto yang berdiri kaku di belakangnya.

" Hei kau! Kau yang menendang kaleng ini ya?" tanyanya sambil menunjukan kaleng minuman yang tadi sempat mendarat di kepalanya. Naruto bergidik ngeri ketika pria dengan wajah penuh tindikan itu menghancurkan kaleng itu dengan sekali remas.

" Maafkan aku. A-aku tidak sengaja."

" Maaf, eh? "

DEG! Naruto merasakan hembusan nafas di tengkuknya. Cepat-cepat dia mengambil jarak dari para pria itu.

" Kau pikir dengan kata 'maaf' bisa mengurangi sakit di kepalaku?"

" L-lalu apa yang kau inginkan dariku? Kau ingin uang?"

Pein tertawa. " Memangnya kau siapa?Anak orang kaya? Kau seperti gadis yang -ngomong untuk ukuran seorang gadis kau tomboy juga ya?"

" Aku ini laki-laki! Kau tidak lihat ya!"

" Laki-laki?" Pein dan rekannya saling berpandangan dengan raut wajah menahan tawa.

" Bwahahahaha..."

Urat-urat nampak menonjol di kening Naruto. Tidak hanya satu kali dia merasa dilecehkan. Tapi dua kali. DUA KALI! Laki-laki mana yang tidak kesal jika gendernya dipertanyakan!

" Hei, bukankah lebih baik kita buktikan saja ucapannya?" seruan laki-laki bernama Zetsu membuat mata biru Naruto melotot horror.

" Ah... sepertinya ide yang menarik." Pein menyeringai melihat raut wajah Naruto yang ketakutan.

" Apa yang kalian lakukan?! Lepasakan aku!"

Naruto meronta-ronta ketika Hidan dan Zetsu tiba-tiba memegangi kedua tangannya.

" Lepaskan aku! Onegai!"

" Hei diam saja. Kami hanya ingin sedikit bersenang-senang denganmu."

Air mata nampak menggenang dipelupuk mata Naruto. Dia meronta sekuat tenaga namun hasilnya nihil. Dia nampak kewalahan menghadapi Hidan juga Zetsu yang tubuhnya jauh lebih besar darinya.

" Dareka tasukete..."

.

.

..

.

.

..

.

Sasuke berdecak kesal sambil memelototi kertas di tangannya. Bibir tipisnya terus mengumpat betapa bodohnya sahabatnya yang bekerja di diskotik sialan itu - si Suigetsu. Si pegawai diskotik berisik itu telah membuatnya membuang-buang waktu untuk datang ke diskotik itu untuk meminta stempel di faktur pengiriman minuman keras yang baru saja di antarnya. Padahal jika dipikir-pikir kenapa Sasuke tidak meminta saja stempelnya tadi? Oh- itu sih karena Sasuke tidak ingin disalahkan dan poin pentingnya sih karena dia juga lupa untuk meminta stempel. Ah...orang tampan mah suka-suka sajalah.

Namun di pertengahan jalan menunju diskotik, dia malah melihat kegiatan seru preman-preman yang sering mangkal disitu. Tapi bukan itu yang menyita perhatianya melainkan sesosok gelandangan manis berambut pirang yang nampak sedang di grepe-grepe oleh Pein dkk.

" Jangan sentuh aku, brengsek!"

Naruto berteriak keras sambil meronta keras. Kini penampilannya benar-benar kacau. Jaket dan kaos oblongnya telah tersingkap sampai dada dan kini tangan Hidan sedang berusaha melepas ikat pinggang Naruto.

" Oh, ii ne~ meski kau laki-laki tubuhmu cukup menggiurkan juga ya?"

Pein menyeringai ketika anak di depannya sudah tidak menunjukan gelagat untuk melawan.

" Baiklah, kalau begitu aku yang pert- "

CTAK! CTAK! CTAK!

Munculah benjolan di kepala Pein, Zetsu dan juga Hidan.

" O-omae?" Pein menoleh dengan wajah angker kearah pelaku penempelengan kepalanya yang sangat berharga itu.

" Sepertinya kalian cukup bersenang-senang ya?"

Seketika nyali mereka menyusut seperti permen kapas ketika mendapati sosok Uchiha Sasuke ada di belakang mereka.

" AMPUNI KAMI, BOSS!"

.

.

.

Naruto menghapus air mata yang sudah mengalir deras di kedua sisi pipinya. Tubuhnya masih bergetar samar . Dia menatap sosok Sasuke yang berdiri di hadapannya sambil memasang wajah poker face.

" A-arigatou..." ucap Naruto lirih.

" Kenapa kau masih berada disini?Memangnya kau tidak tahu kalau disini adalah Kawasan Hitam Konoha?!"

" Maafkan aku.. tapi aku memang tidak tahu err.."

" Sasuke. Uchiha Sasuke itu namaku."

Naruto mengangguk. Menyimpan nama itu di memorinya yang berkapasitas 1 Kb itu.

" Sebenarnya apa yang kau lakukan disini? Kau bukan orang sini ya?"

Naruto kian menciut ketika Sasuke tiba-tiba mengeluarkan deathglarenya.

" Y-ya begitulah." Naruto bangkit dan merapihkan pakaiannya yang berantakan. Dia merasa super duper malu ketika Sasuke mendapati dirinya sedang tidak berdaya seperti itu. Padahal dia itu laki-laki. Harusnya dia bisa melawan dong!

" Namaku Uzumaki Naruto."

Naruto mengulurkan tangannya, namun Sasuke tidak membalasnya melaikan menarik tangan pemuda manis itu dan mencium bibirnya paksa.

Sontak saja Naruto merasa terkejut. Dan dia langsung melancarkan seribu jotosan no jutsu kearah Sasuke. Puji kerang ajaib, untung saja Sasuke bisa mengelak dengan senyuman mengembang di bibirnya.

" Konoyarou..."

" Itu kuanggap sebagai imbalan karena aku telah menolongmu dari mereka."

" Dasar kau pantat ayam, mesum! Aku ingin muntah dicium olehmu!"

" Benarkah? Kau tampak menikmatinya tadi."

Sasuke kian terkikik senang ketika wajah Naruto berubah menjadi semerah tomat. Uap asap imager juga nampak mengepul di atas kepalanya sebagai indikator bom emosinya akan meledak sebentar lagi.

.

.

.

BUAGH!

BUAGH!

.

.

.

Kini Sasuke telah tiba di apartemen kecil yang dia sewa bersama kakaknya enam bulan lalu. Ia menyerngit mendapati Itachi - kakaknya sedang menonton serial anime favoritnya di ruang tengah. Sasuke tiba-tiba terlonjak kaget ketika telinganya disambangi oleh suara tawa nista milik Itachi.

" Bwahahahaha..."

" Ck, Crayon Shin-chan?"

Sasuke tidak habis pikir dengan kakaknya yang seorang Uchiha menonton anime yang menceritakan tentang kehidupan seorang bocah TK mesum yang episodenya di ulang-ulang itu.

" Ah, kau sudah pulang."

" Hn."

Sasuke hanya menggumam singkat. Ia lalu beranjak kearah lemari es dan mengambil beberapa es batu dari sana. Tangan kirinya masih setia bertengger di pipi kirinya yang nampak membiru dan bengkak.

" Kau sedang sakit gigi, baka otouto?"

Itachi menoleh kearah Sasuke yang sedang mengompres pipinya dengan telaten. Sakit gigi?Yang benar saja!

" Kau tidak lihat pipiku lebam?" tanya Sasuke sembari menunjukan kedua pipinya yang bengkak.

" Kenapa bisa?!" Itachi berderap menuju adiknya . Ia berusaha bersimpati dengan menyentuh pipi Sasuke namun segera ditepis begitu telunjuk sang kakak mendarat di pipinya.

"- sakit bodoh!" ujat Sasuke sembari mendelik kejam. Itachi hanya nyengir menanggapinya.

" Ngomong-ngomong, kau habis berkelahi dengan siapa lagi kali ini?"

Itachi berkacak pinggang di depan Sasuke seakan dia berlagak seperti seorang bapak-bapak yang sedang mengomeli anaknya. Itachi tahu Sasuke itu memang bandel. Tapi dia juga tahu, Sasuke akan melawan jika dia diganggu.

" Dipukul." Mata onyx Sasuke memandang Itachi malas. Dia lalu berdecih ketika dia megingat siapa yang sudah menjotosnya. Namun dia menyeringai ketika dia akhirnya mengingat adegan ciumannya dengan bocah pirang di gang sempit itu. Bahkan dia masih mengingat betapa kenyal dan lembutnya bibir anak itu. " Aku dipukul oleh seorang gadis tomboy." Eeettt dah! Bahkan Sasuke belum sepenuhnya mempercayai jika Naruto itu seorang laki-laki. Padahal dia tadi sempat dengan jelas melihat dada Naruto yang sedatat papan cucian itu.

" Pukulannya sakit sekali. Aku tidak mengira dia punya kekuatan sekuat gorilla."

Itachi sweatdrop mendengar cerita Sasuke.

" Kau berlebihan, baka otouto. Mana ada gadis segila itu. Apa mungkin dia seorang atlet karate?"

" Terserah. Yang jelas dia membuatku jadi seperti ini hanya dengan dua kali tonjokan."

Mendengar cerita adiknya membuat Itachi manggut-manggut paham. Meskipun Sasuke itu bandel namun dia tahu, dia tidak akan berbuat onar jika tidak diganggu.

" Itu karena kau memegang bokong atau payudaranya mungkin?"

" Aku tidak semesum itu, baka aniki!"

" Lalu?"

" Aku menciumnya tadi."

Sasuke menatap lurus wajah Itachi yang berhiaskan dua buah keriput di sisi hidungnya.

" - tepat di bibir."

Nah, mencium bibir orang tanpa permisi bukannya itu dalam kagetori mesum juga?

.

.

.

NEXT or End?

" WOY! GIMANA FIC MU YANG LAIN, AUTHOR ODONG!"

Ampunnnn! Jangan bully saya! Saya khilaf..saya nggak tahan ingin publish fic ini ketika ide tiba-tiba nongol di kepala saya. Dan untuk fic yang lain, tolong doakn saya supaya saya dapet mood yang enak dan ide yang bagus buat ngelanjutin fic yang saya yakin sudah mulai berjamur di akun saya. Jujur otak lagi kurang beres untuk saat ini, jadi mohon maklum jika saya update lewlett. Haha... kayaknya sekian dulu saya curcolnya. Dan terima kasih untuk segala review, dukungan, kritik , saran dan terima kasih sudah mampir di akun bobrok saya. Jaa matta ne!