"Miracle in Your Eyes."

By : Amanda Lactis

Summary : Naruto, gadis indigo yang kebetulan bisa melihat hantu, bertemu dengan sosok asing yang seolah muncul untuk meminta bantuannya. Apa dia hantu? Mana ada hantu setampan ini, batin Naruto. "Jadi, Uchiha-san, kau ini manusia atau bukan?" "Aku tidak tahu." SasuFem!Naru.

Inspired by : Stay With Me – Chanyeol ft Punch

.

.

.

Perkiraan cuaca yang Naruto lihat semuanya bohong. Katanya hari ini akan cerah, lalu kenapa tiba-tiba turun hujan deras di sore hari? Naruto mendesah panjang, kakinya berhenti melangkah karena awalnya dia berniat pulang sehabis membeli beberapa kebutuhan bulanan yang nyaris habis. Sebagai mahasiswi yang tinggal jauh dari orang tua, Naruto ingin berhemat, takut-takut ada buku yang nantinya harus dia beli sebagai referensi mata kuliah tertentu.

"Bukankah kita romantis? Satu payung berdua, iya kan sayang?"

Naruto mengernyit, dia melihat pasangan kekasih yang berjalan melewatinya, sambil terkikik geli satu sama lain. Manik saphirenya tak sengaja melihat sosok mengerikan yang mengikuti pasangan itu di belakang mereka. Ia tertawa hambar.

'Kalau aku bilang mereka sedang diikuti hantu penasaran, apa masih bisa tertawa begitu ya?' ia berpikir setengah usil. Namun kemampuan yang di miliki Naruto sejak kecil memang terkadang merepotkan. Dia harus pura-pura bersikap normal ketika hantu wanita tua yang bunuh diri beberapa hari lalu memunculkan diri di depannya dengan kondisi isi perut terurai berai, diketahui wanita itu depresi dan menabrakkan diri di tengah jalan. Naruto juga kadang sebal, apa semua hantu itu tidak sopan? Dia yang sedang patah hati lantaran di tolak kakak kelas yang disukainya selama bertahun-tahun, niatnya ingin menyendiri di Perpustakaan, tapi hantu penunggu ruangan itu justru duduk di sampingnya dan bertanya seolah mereka teman.

Bukannya apa, Naruto sih tidak takut, hanya saja dia kan butuh privasi. Kenapa juga para hantu tidak pernah bosan mengikutinya kemana-mana? Andai saja dia tidak mendapat didikan keras dari ibunya, apa jadinya dia sekarang? Mungkin menjerit kesetanan setiap melihat kejadian ganjil terjadi di sekitarnya, seperti gelas dan piring yang pecah secara tiba-tiba, atau lampu kamar yang dijadikan mainan oleh penghuninya.

"Hah, kapan hujan ini berhenti? Aku mau belajar untuk kuis besok." Naruto berujar sambil menghela nafas panjang. Beberapa orang memilih menerobos hujan agar cepat sampai tujuan, namun jarak apartement nya dari sini cukup jauh, bukannya sampai bisa-bisa Naruto masuk angin dan tidak bisa mengerjakan kuis besoknya. Ide buruk, dosen yang mengajar mata kuliah besok terkenal sebagai dosen terkiller yang suka sekali mengusir mahasiswa atau mahasiswi tanpa alasan logis.

"Hihihi, nee-chan, apa kau punya permen?"

Oh, tidak lagi. Naruto melirik sisi kanannya, kosong. Sekarang sisi kiri, matanya menyipit sebal, sosok bocah laki-laki, mungkin umurnya baru enam tahun, sedang tertawa riang saat tahu Naruto dapat melihatnya, lumuran darah di sekitar mulut dan kepalanya tidak membuat penampilannya lebih baik, Naruto semakin mengutuk harinya.

"Baiklah, bocah. Aku sedang krisis keuangan dan tidak punya permen. Kecuali kau bisa membuat hujan berhenti maka ku beri satu manisan." Naruto menyahuti dongkol. Ada dua orang yang bisik-bisik di belakangnya, mengira Naruto gila karena berbicara seorang diri. Tapi banyak yang memilih cuek dan membiarkannya saja. Si bocah, atau hantu bocah lelaki yang tidak diketahui namanya itu malah tampak bingung dengan perkataan Naruto.

Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru memasuki semester dua itu berpikir jika berbincang bersama hantu memang membuang waktu. Naruto segera berlari begitu melihat hujan mulai reda, saat itulah manik saphirenya melihat siluet pria berdiri di sisi berlawanan dengannya ketika ia hendak menyebrang. Naruto tidak terlalu jeli jadi dia hanya berjalan melewati pria itu dan mengabaikan teriakan hantu kecil yang sempat mengganggunya tadi.

"Nee-chan! Besok bawa permen ya!"

"Dasar, iya-iya besok ku bawakan permen." Naruto bergumam geli.

Tapi anehnya, dia tak bisa mengenyahkan bayangan pria asing tadi. Wajahnya tidak terlihat karena pria itu menunduk dalam, yang Naruto ingat hanyalah pakaiannya. Serba hitam. Dan tentunya, kering. Itu bagian teranehnya. Saat hujan mengguyur deras, dan kau berdiri untuk waktu yang cukup lama harusnya kau basah kuyup, iya kan? Namun pria tadi tidak. Naruto menggeleng, dia memutuskan fokus belajar sebelum lupa apa saja materi yang akan diujiankan esok hari.

.

.

.

Uchiha Corp terkenal sebagai Perusahaan terbesar di Jepang, berbasis bidang Teknologi yang meluncurkan beberapa produk berkualitas serta jaminan bagi pegawainya. Siapapun yang diterima di Uchiha Copr, bisa dipastikan hidup nyaman. Gajinya tinggi, fasilitas memadai dan juga jam kerja yang efisien, dengan kata lain, tingkat kesulitan masuk perusahaan itu berkali lipat dari perusahaan biasanya. Sayangnya, Fugaku selaku Direktur Utama sedang mengalami beberapa masalah karena putera bungsunya dikabarkan menjadi korban kecelakaan beberapa hari lalu. Tidak ditemukan bukti apapun di TKP. Fugaku yakin ini ulah salah satu musuhnya, mengingat dia memang kerap diburu untuk dilenyapkan. Terlalu banyak musuh dalam selimut. Itachi, putera sulungnya, terbilang jenius untuk mengambil alih posisi yang ditinggalkan Sasuke sementara, namun sayangnya Itachi tak berniat untuk merepotkan dirinya demi adiknya sendiri.

"Kau belum menemukan apapun, Kakashi?"

"Belum, Uchiha-sama. Musuh kali ini begitu pintar menyembunyikan barang bukti." Kakashi membungkuk hormat pada Fugaku. Dia adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan Fugaku selama bertahun-tahun. Saat itu ia lengah dan membiarkan Sasuke membawa mobilnya sendiri menuju kantor, tanpa Fugaku tahu, mobil yang dikendarai anaknya sudah disabotase oleh seseorang.

"Hn, kau boleh pergi." Kakashi undur diri dan meninggalkan Fugaku sendirian di ruangannya. Terlalu aneh untuk dibilang kasus kecelakaan biasa. Kakashi sudah mengintai beberapa orang yang dianggap mencurigakan dan semuanya punya alibi masing-masing. Fugaku semakin kesusahan karena Itachi juga susah diatur, pria berusia dua puluh tujuh tahun itu lebih memilih menjadi koki di Hotel bintang lima milik Uzumaki.

"Apa motif dari pelaku sebenarnya? Apa dia tahu jika Sasuke akan mengendarai mobil itu?" Fugaku tak berhenti memikirkan hal yang menurutnya janggal, hingga jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam dan dering telepon dari istirinya lah yang membuat Fugaku memutuskan untuk pulang.

.

.

.

"Jadi? Kamu kenapa di sini sendirian? Jomblo ya?"

Seperti hari biasanya, Naruto duduk di pojok Perpustakaan menikmati harinya sebagai mahasiswi semester dua di awal tahun. Omong-omong Naruto memang cukup suka, mengobrol dengan hantu penunggu Perpustakaan, sejak insiden dimana dia ketiduran dan harus dibangunkan petugas keamanan saat hendak menutup Perpustakaan, Naruto sedikit banyak berterima kasih pada si hantu. Hantu yang berpenampilan seperti lelaki muda kisaran usia tiga puluh tahun dengan pakaian formal itu terbilang cukup tampan. Berbeda dengan hantu mengerikan lainnya, hantu lelaki penunggu Perpustakaan tidak memiliki bekas luka apapun, hanya wajahnya yang terlihat pucat. Tapi kalau tersenyum tetap tampan, kok.

"Ish, Hikaru-san, tidak baik mengejek orang lain." Naruto membalas setengah cemberut, tangannya membalik-balik halaman literature bahasa asing yang dijadikan sebagai pedoman mata kuliah yang dipilihnya di semester dua.

Hikaru, atau begitu nama hantu lelaki di Perpustakaan, tewas berpuluh-puluh tahun yang lalu, lebih tepatnya dia dibunuh perampok yang hampir mencuri barang-barang berharga milik Universitas tempat Naruto mengejar cita-citanya. Hikaru-san, Naruto sering curhat padanya, seputar masalah perkuliahan atau urusan pribadi, toh tidak banyak yang mau duduk di pojok Perpustakaan setelah rumor betapa angkernya tempat itu menyebar luas. Hanya Naruto, mungkin, manusia waras yang mau menghabiskan waktu di sana.

"Hei Naru, kau kenal dia tidak? Kelihatannya dia tersesat, apa dia temanmu?"

Naruto menolehkan kepalanya dan melihat siapa yang dimaksud Hikaru. Oh? Dia menaikkan alisnya dua senti. Bukannya itu pria aneh kemarin? Pikirnya skeptis.

"Rasanya familiar, Hikaru-san, menurutmu dia manusia bukan?"

"Aku saja ragu, auranya hangat, tidak sepertiku. Tapi anehnya aku tidak merasakan energi kehidupannya sama sekali."

Naruto semakin mengerutkan keningnya, sampai tatapan pria asing itu tertuju padanya, barulah Naruto merasakan sesuatu yang aneh mampir di hatinya. Tatapannya begitu tajam dan datar, bersembunyi di balik dua manik obsidian yang indah.

'Dia berjalan kemari?' batin Naruto tidak mengerti. Lelaki asing itu berjalan mendekati Naruto. Satu langkah, dua langkah. Hingga akhirnya benar-benar berhenti tepat di depan Naruto. Bibirnya terbuka, mengucapkan satu kalimat lirih yang mengejutkan Naruto maupun Hikaru yang masih duduk di sampingnya.

"Tolong aku."

To Be Continued.


Note : Ini fanfic yang saya janjikan publish dalam waktu dekat. Tenang. Ini multichap, dan sebisa mungkin saya garap secepatnya. Saya kapok kalau endingnya kayak LiL, jujur ya saya kecewa karena hampir 90 user langsung unfave fanfic saya begitu baca endingnya xD mau marah ya saya juga salah karena ngasih ending yang gak memuaskan, tapi saya tetep gak patah semangat buat bikin fanfic baru, kok! So, ini fanfic multi chapter saya, terinspirasi dari dua lagu, yaitu:

Stay With Me - Chanyeol ft Punch (Ost Goblin) dan When I Saw You - Bumkey (Ost Hwayugi)

Lagunya enak, ya emang sejalan sama bayangan saya buat fanfic ini, sih. Itu aja dari saya, maaf awalan saya buat pendek.

Regards,

Amanda Lactis