-New Student-
Summary : Psikopat adalah perasaan ingin melukai orang yang disayanginya. Itulah Lucy, setiap orang dekat dengannya akan berakhir dengan pembunuhan walaupun sebenarnya Lucy tidak menginginkannya. Lucy menjadi orang yang pendiam dan misterius membuat Natsu ingin membuka sifat yang sesungguhnya. Saat Natsu dan Lucy semakin dekat, perasaan psikopat Lucy kembali muncul.
Gadis berambut blonde itu berjalan menggunakan pisaunya menuju gadis cantik yang ada di sudut ruangan. Gadis cantik itu berambut putih dan mempunyai iris mata berwarna biru laut yang indah. Iris matanya mulai menangkap gadis berambut blonde yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Awalnya gadis itu tersenyum, namun saat menyadari sahabatnya sedang memegang sebuah pisau yang amat tajam, dia pun mulai ketakutan. Kini gadis blonde itu sudah ada di hadapannya. Menaikkan pisau itu tepat di atas kepalanya.
"Gomenne Lisanna, aku sudah tidak bisa menahan perasaan ini lagi… Perasaan ini terus mendesakku untuk melakukannya" Ucap gadis blonde itu padanya, gadis berambut putih itu menendang perut sahabatnya lalu berlari menuju pintu.
"Tidak… Tidak Lucy… Kau tidak boleh melakukannya! Ada apa denganmu?!" Kata Lisanna sambil berusaha untuk membuka pintu itu, berapa kalipun ia mencoba pintu itu tetap saja tidak bisa dibuka.
"Lisanna, kau ingin pergi kemana? Tolong… Bantulah aku menghilangkan perasaan ini…" Lucy berjalan menuju Lisanna yang sudah menyerah dengan pintu itu. Lisanna menggeleng-geleng lalu berteriak. Sia-sia, takkan ada yang mendengar teriakannya disana. "Lucy, kau itu psikopat tingkat akut!"
"Kau sudah mengetahuinya, lalu kenapa kau masih ingin menjadi sahabat dekatku?" Balas Lucy yang berjalan semakin cepat menuju Lisanna. Lisanna semakin gemetar ketakutan saat melihat Lucy sudah berada dalam jarak yang dekat.
"A-aku baru mengetahuinya kemarin, Lucy…" Tak memperdulikan tangisan Lisanna, Lucy tetap mengarahkan pisaunya pada Lisanna. "Kenapa kau tidak menghindar dariku?"
"Karena aku berfikir untuk membantumu dalam menghilangkan perasaan itu... Lucy, tolong jangan bunuh aku…"
SAAPPP!
Darah segar mulai terlihat di pintu itu, pisau itu ditariknya lagi dari tubuh sahabatnya lalu di lemparnya ke sudut ruangan. Lucy jatuh, terduduk di atas lantai yang dialiri darah segar sahabatnya. Gadis itu membiarkan poni-poninya menutupi wajahnya.
"Kenapa… Kenapa aku harus membunuh orang-orang yang dekat denganku demi menghilangkan perasaan yang begitu menyiksaku?" Batin Lucy pada dirinya sendiri. Air mata penyesalan mulai menghiasi wajahnya. Sungguh, ia tak bisa mengendalikan dirinya untuk membunuh setiap orang yang dekat dengannya.
.
.
{-{|000|}-}
Pemuda berambut salmon itu mulai menatap jam dinding yang ada di depan kelasnya. Tinggal beberapa menit lagi sebelum kelas dimulai. Pemuda itu merebahkan kepalanya di atas meja. Bosan, tak ada yang dapat ia lakukan sekarang.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Pemuda itu menegakkan kepalanya dan menoleh ke belakang. Tampak sahabat sekaligus musuhnya yang berambut raven bersama temannya yang lain.
"Oi, percuma menunggu Lisanna, dia tidak akan hadir hari ini" Natsu mulai melihat kepada iris milik temannya itu secara langsung, tertarik dengan pembicaraan itu. "Kenapa?"
"Aku dengar, dia sedang mengunjungi sepupunya di kota edolas. Dia pergi selama satu minggu jadi dia tidak akan sekolah selama itu" Ucap pemuda bernama Gray itu dengan santai, sedangkan teman di sebelahnya yang bernama Gajeel mengangguk-angguk mengiyakan kata-kata si pemilik rambut raven.
Natsu kembali merebahkan kepalanya dengan malas. Gray tahu bahwa Natsu sangat dekat dengan Lisanna, bahkan mereka pun sering bersama sejak Lisanna pindah ke sekolah itu.
KRIING!
Terdengar bunyi bel pertanda pelajaran akan dimulai. Gajeel duduk di sebelah Natsu sedangkan Gray duduk di belakang Natsu. Walaupun guru mereka telah memasuki dan menyapa kelas, Natsu tetap merebahkan kepalanya karena ia sedang sangat malas.
"Ne, minna-san. Hari ini ada murid baru!"
Walaupun sang guru sudah memulai percakapannya, Natsu tetap melakukan hal yang sama, malahan ia mulai menutup matanya perlahan. Ketika murid baru itu memasuki kelasnya. Gray mulai menendang-nendang kursi Natsu seraya memanggilnya.
"Aku tidak tertarik, Gray!" Balas Natsu, sedangkan Gray hanya mendengus kesal. Gajeel mulai menyeringai dan melirik Natsu yang sedang tidak bersemangat itu.
"Hei lihat, itu ada Lisanna, di depan kelas" Kata Gajeel, Natsu langsung menegakkan kepalanya lalu melihat ke depan kelas. Ia memang kesal karena Gajeel mengerjainya namun matanya menangkap gadis berambut pirang sedang memperkenalkan dirinya dengan nada yang datar dan tanpa ekspresi.
"Watashi no namaewa Lucy Heartfillia. Yoroshiku onegaishimasu" Ucapnya menyambunyikan iris karamelnya di balik poni-poni yang mulai menutupi matanya.
Banyak kata-kata yang buruk dilemparkan untuk Lucy tetapi melalui bisikan. Natsu terus memperhatikan Lucy, gadis pendiam dan tertutup yang duduk di kursi yang ada di sudut ruangan kelas.
"Baiklah! Tenang semuanya! Kita akan memulai kegiatan pembelajaran kita! Hussh! Tolong diam!" Ucap Mavis-sensei berusaha untuk menenangkan namun hasilnya nihil, tidak ada satupun yang berhenti untuk bicara.
Guru yang dijuluki 'kawaii angel' oleh murid-muridnya karena wajahnya yang imut dan sikapnya yang lemah lembut, tapi sepertinya kali ini kesabarannya sudah pada batas itu mulai dilimpahkannya dengan memukul meja sekeras mungkin.
Para murid terkejut dengan perlakuan itu lalu diam sejenak, tak lama kemudian terdengar keributan dari kelas tersebut. Sudah cukup! Pikir Mavis-sensei sambil melepas sepatu berhak tinggi yang ia pakai lalu melemparkannya ke belakang kelas.
Semuanya hening, tak ada lagi yang berani membuka guru mereka ini akan menjadi lebih mengerikan, mungkin saja Mavis-sensei akan melepaskan bajunya lalu memperlihatkan otot-ototnya yang besar, oke… pikiran mereka mulai berlebihan.
Mavis-sensei tersenyum puas karena ia berhasil membuat keadaan menjadi tenang. Natsu yang tadinya bermalas-malasan langsung duduk dengan tegap karena takut menjadi batu pijakan oleh Mavis-sensei.
"Buka halaman 101. Disana menjelaskan bahwa pada tahun yang sama, Osaka diserang—" penjelasan membosankan Mavis-sensei telah dimulai, Natsu menopang dagunya dengan tangan kanannya. Sangat bosan, itulah yang dirasakan oleh Natsu saat ini.
Natsu melirik Gajeel yang sudah menyiapkan diri dari awal dengan menutup matanya dan tampaklah mata buatan yang tergambar dengan spidol. Melihat mata buatan Gajeel yang mirip kucing, Natsu pun punya pikiran untuk menjahili Gajeel.
Natsu tersenyum jahil lalu mengarahkan spidol yang ia pinjam dari teman yang duduk di depannya bernama Cana, membuat kumis buatan di pipi Gajeel. "Dragneel-san!?"
Tatapan tajam dari guru berambut blonde pucat itu membuat Natsu teramat gugup.
"Y-ya, sensei?"
"Berdiri di depan kelas sekarang juga!" Natsu berdiri dari posisinya lalu berjalan pelan ke depan kelas. Natsu berdiri di dekat pintu melihat ke sekeliling kelas, semuanya menertawakannya kecuali gadis yang duduk di sudut kelas.
Gadis itu menulis di sebuah buku yang tebal dengan cepat dan keras. Cukup lama Natsu memperhatikannya hingga saat Lucy menutup buku itu dengan keras lalu menatapnya dengan tatapan datar membuat Natsu sedikit terkejut. Natsu pun mengalihkan pandangannya ke arah Mavis-sensei yang sedang menjelaskan pelajaran.
{-{|000|}-}
Bel istirahat telah berbunyi, memberitahu seisi sekolah bahwa sudah saatnya untuk istirahat. Semuanya berhamburan keluar kelas, termasuk para guru. Hanya ada beberapa murid yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas.
Salah satunya Lucy, Lucy hanya menunduk dan diam sambil membaca buku yang ia tulis-tulis tadi. Banyak yang memperkenalkan dirinya pada Lucy namun Lucy menanggapinya dengan datar membuat mereka kesal dan malas untuk berbicara dengan Lucy lagi.
Lucy kembali mengambil pena lalu menuliskan nama-nama orang yang memperkenalkan diri padanya tadi sesuai urutan tempat duduk. Lucy terlalu focus terhadap tulisannya hingga tak menyadari bahwa pemuda berambut salmon itu sudah membaca tulisan-tulisan itu.
"Untuk apa kau menulis nama-nama itu? Dan lagi, kenapa namaku tidak tertulis di dalamnya?" Lucy yang terkejut segera menutup bukunya lalu menoleh kebelakangnya. Tampak Natsu sedang menyeringai khas miliknya. "Yo!" Sapa Natsu, tetapi Lucy mengalihkan pandangannya pada buku yang tertutup itu.
"Namaku adalah Natsu Dragneel, yoro—"
"Yoroshiku" Potong Lucy seraya membalas Natsu dengan datar. Natsu memperhatikan buku yang sedang ditutup-tutupi oleh Lucy itu lalu kembali focus pada pemiliknya.
"Namamu Lu—"
"Urussai yo!" Ucap Lucy dengan penekanan dan nada yang cukup tinggi, tampaknya gadis itu sudah kesal dengan sikap Natsu. Natsu melangkah pelan menjauhi Lucy lalu kembali duduk di tempat duduknya.
"Dia itu menyebalkan, kan?" Tanya salah seorang siswi pada Natsu dengan setengah berbisik.
"Tidak, menurutku biasa-biasa saja" Balas Natsu membuat gadis itu mendengus kesal.
{-{|000|}-}
Sudah saatnya pulang sekolah, Lucy segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya dengan cepat. Tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Lucy tetap berjalan dengan tenang dan cepat.
Lucy kemudian berhenti di depan sebuah restoran. Restoran tempat ia menghidupi dirinya sendiri. Lucy pun masuk lalu berjalan menuju ruang ganti. Ia mengganti bajunya dengan baju 'maid' berwarna hitam putih lalu melangkah pasti menuju dapur.
Memang aneh, seorang maid bekerja di bagian memasak. Itu karena restoran itu kekuarangan juru masak, juru masak mereka yang merupakan sahabat dekat Lucy itu meninggal tiga minggu yang lalu karena kecelakaan.
Lucy mulai memotong-motong daging sapi yang ada di hadapannya dengan cepat, seperti sudah sangat ahli. Semua orang yang bekerja disana membenci gadis itu karena dirinya yang pendiam dan tidak mau bergaul.
SIIT!… Karena terlalu fokus pada pekerjaan, akhirnya tangan Lucy luka terkena sayatan pisau. Awalnya memang terasa sakit, tapi beberapa saat kemudian, rasa sakit itu berubah menjadi sebuah kesenangan. Memang aneh, tapi itulah Lucy.
Lucy mencuci tangannya lalu mulai bekerja lagi, tak merasa sakit walaupun luka yang baru saja kena itu ditekan-tekan oleh apapun. Walaupun Lucy sering melihat darah, tapi Lucy tidak pernah punya keinginan untuk mencicipinya karena dari bau nya saja sudah menghilangkan selera, pikir Lucy setiap melihat darah.
Tapi ia heran dengan lelaki itu, meminum darah segar yang mengalir di lantai lalu tertawa dengan terbahak-bahak. Lucy menggeleng pelan, bukan saatnya ia memikirkan hal itu lagi.
"Oe, ada pesanan—"
"Aku tau" Balas Lucy, padahal rekannya itu belum selesai bicara. Ya, itulah salah satu sifat Lucy yang membuat banyak orang kesal terhadapnya.
{-{|000|}-}
Natsu merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang teramat empuk. Membuat matanya hampir saja tertutup sempurna. Tapi, tepat ketika ia hampir sampai di alam mimpi, sebuah panggilan di telefon genggamnya sukses membuatnya terbangun lagi.
Natsu meraih telefon genggam itu, terlihat panggilan dari rivalnya, Gray. Dengan malas Natsu mengangkatnya lalu membiarkan Gray berbicara. 'Paling-paling hal yang tidak penting' Batin Natsu.
Natsu selalu berfikiran bahwa telefon dari Gray itu tidak penting karena Gray sering menelfonnya untuk urusan pribadi seperti, 'Oe, ibuku memasak kentang goreng' 'Oe, ayahku tidak suka panas' 'Oe, besok kita sekolah' dan yang lebih parahnya lagi 'Oe, aku malas pakai baju'. Dan sejak itu, Natsu jarang mengangkat telefon dari Gray.
Tapi entah kenapa kali ini ia mengangkat telefon yang ia pikir tidak ada gunanya itu. Natsu mulai mendengar suara Gray tapi tidak sedang berbicara dengan dirinya, namun dengan orang lain.
"O-oe, Flamehead… Apa hari ini kau sibuk?"
"Ya, aku harus tidur siang"
"Berarti itu tidak sibuk, baka! Baiklah dengarkan aku, aku punya kabar buruk untukmu"
'Pasti berhubungan dengan bajunya lagi' Batin Natsu dan dengan malas menjawab kata-kata Gray, "Hn?"
"K-kau kenal dengan Lisanna Strauss, kan?"
"Tentu saja aku kenal,Ice cube!"
"D-dia meninggal kemarin karena kebakaran. Di duga ada kebakaran di sebuah rumah dan Lisanna hangus di dalamnya."
DEG…
Berita itu bagaikan petir yang menyambar hati Natsu. Lisanna… Meninggal? Bagaimana bisa ia percaya dengan lelucon seperti itu. Natsu memperkeras genggamannya lalu bertanya kepada Gray, apakah pemuda itu bercanda.
"Dasar bodoh, mana mungkin aku bercanda! Sudahlah, aku dan yang lainnya sudah berada di rumah Mira. Cepat datang! Acara pemakamannya akan segera dimulai! Kami menunggumu!" Perintah Gray yang segera mematikan telefon secara sepihak.
Natsu terdiam di tempat. Dengan segera ia turun dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju lemari dan mengambil salah satu jaketnya dan berlari keluar kamar. Ia harus menanyakan semua ini pada Mirajane.
{-{|000|}-}
Lucy memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamarnya. Lucy melemparkan tasnya sembarangan lalu mulai melihat layar telefon genggamnya. Tampak tiga panggilan tidak terjawab dari Mirajane, kakak dari sahabat terbaiknya dulu, Lisanna.
Lucy mulai membaca pesan dari gadis itu. 'Lucy, kau masih mengingatku, kan? Lisanna… Sahabatmu, meninggal saat mengunjungi keluarganya di Edolas. Dia terkena luka bakar yang parah hingga tak terselamatkan. Tolong datang ke rumahku untuk menghadiri acara pemakamannya. Kau masih ingat dimana rumahku, kan?'
Lucy membiarkan dirinya memakai seragam sekolah dan berjalan keluar kamar. Terlihat olehnya gadis kecil sedang menggenggam sebuah bola mata yang penuh darah dengan urat-urat mata yang panjang masih melekat pada bola mata itu. Gadis itu mulai membiarkan air mata jatuh ke pipinya. Lucy menggeleng pelan. Ia tak boleh terbayang hal seperti itu lagi. Sekarang ia harus pergi ke rumah Mirajane dan menghadiri upacara pemakaman sahabatnya.
{-{|000|}-}
Hallo Minna-san,. Aku author baru di dunia Fanfiction jadi mohon bimbingannya ya^^ Tentang first fic ku ini ada yang ingin aku jelaskan.
Disini ada bermacam-macam genre, ku rasa...
-Romance
Di fic ini akan focus terhadap romance Natsu dan Lucy. Tapi pada Chapter-chapter tertentu juga akan menampilkan pasangan yang lainnya.^^
-Tragedy
Yah, banyak Tragedy yang akan ada di fic ini. Di barengi horror juga tentunya.
-Horror
Di chapter-chapter tertentu akan menampilkan horror tapi gak terlalu banyak kok, buat yang gak suka ma horror^^
-Friendship
Waktu Lucy udah ketahuan psikopatnya, bakal ada friendship yang kental.^^
Buat nantinya agar tidak bingung, ini sekilas tentang tingkatan psikopat untuk memperjelas^^
50% : Membunuh Teman dekat dan orang yang menganggu menurutnya
75% : Membunuh semua yang ia kenal
100% : Membunuh secara membabi buta. Membunuh siapapun, tidak peduli ia kenal atau tidak
Sedangkan Lucy masih 50% ^^
Arigatou untuk yang sudah baca, tolong bantuannya ne senior^^
Tolong kritik dan sarannya di Review^^
.
.
Hime undur diri^^
