Sarada menunduk.
Dihadapannya terdapat teman se-timnya, Boruto, sedang berlatih dengan ayahnya, Sasuke. Kedua tangannya terkepal. Kenapa pula Boruto tidak berlatih saja dengan Nandaime? Kenapa harus ayahnya?
Niat Sarada untuk berlatih dengan Sasuke menghilang. Ia melompat menuju jalanan. Dengan kepala menunduk, ia bisa saja menabrak seseorang. Tapi ia tidak peduli.
Apa ayahku tidak memperdulikanku?
Naruto, sang Nandaime menghela nafas. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ratusan kertas bertumpuk didepan dan disebelah mejanya. Padahal ia ingin pulang dan menikmati waktu bersama keluarganya. Terlebih lagi, ekhm ekhm, Hinata-nya.
Naruto memutar kursi berodanya dan mendapati Sarada sedang berjalan-jalan. Kepala gadis itu tertekuk dengan ekspresi muram. Ada apa lagi dengan Uchiha satu ini?
Hokage ketujuh tersebut mengirim salah satu kloningnya. Naruto-kloningan- menepuk bahu gadis tersebut, membuatnya menoleh kebelakang dengan kaget.
"Nandaime?!"
Naruto menyengir. "Yo" sapanya akrab. "Kau ada masalah? Apa itu Sasuke lagi?" tanya Naruto. Sarada menggangguk pelan. Sang Hokage pun mengajaknya kesuatu tempat yang lebih sepi.
"Kau bisa menceritakannya kepadaku"
Sarada tampak ragu. Masalahnya, ini ada kaitannya dengan anak sang Hokage tersebut. "Umm...begini..aku..." katanya pelan. "Aku cemburu dengan Boruto karena Papa terus berlatih bersamanya" lanjut gadis itu.
Naruto menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum tipis. "Ah, aku juga terkadang cemburu soal itu dengan Sasuke. Namun aku sadar. Dengan jadwal yang padat mana mungkin aku melatih Boruto sekarang" ungkapnya sambil menatap kedepan.
"N-Nandaime..."
"Hm?"
"Apa papa peduli denganku?"
Ekspresi gadis itu balik lagi muram. Ia menunduk dan memainkan ujung bajunya. "Tentu saja. Hanya saja Sasuke bukan tipe yang dapat menyampaikan perasaannya dengan baik" jawab sang Hokage dan mengelus rambut gadis disebelahnya.
Sarada menatap mata Naruto. "Benarkah? Aku tidak merasa begitu" Naruto menghela nafas. Sifat keras kepalanya sepertinya menurun dari Sasuke sendiri.
"Kalau begitu, kau mau bukti?"
"Huh?"
"Temui aku dikantorku sore nanti. Akan ku beritahu rencanaku"
Kedua mata Sarada tampak berbinar-binar. Ia menggangguk dengan antusias.
"Jadi, apa rencana anda?"
Naruto tersenyum. Ia mengeluarkan sesuatu dari kotak disebelahnya. Ketika Naruto mengibas-ngibaskan barang tersebut, baru tampaklah itu sebuah baju.
Baju tersebut sewarna dengan bajunya yang sekarang. Tidak ada lengan dan berwarna pink tua. Namun Sarada merasa ada sesuatu yang kurang.
"Apa tidak ada celana?"
Cengiran Naruto semakin melebar. "Itu dia rencananya. Kau hanya akan memakai dress pendek ini untuk satu hari. Kau akan melihat bagaimana reaksi Sasuke" jawab Naruto.
Sarada menggigit bibir bawahnya. Ini memalukan untuk dipakai keluar, namun demi mendapat perhatian sang Papa dia rela.
"Baiklah kalau begitu"
"Sarada?!"
Sarada membuang mukanya. Dilihati oleh beberapa orang seperti Chou Chou, Boruto, Mitsuki, Shikadai dan Inojin itu memalukan. Wajahnya terasa sangat panas.
"Eh? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba mengganti bajumu?" tanya Chou Chou. "Dan baju itu terlalu pendek" lanjut sang Akimichi sambil memakan keripik asinnya.
"Tapi dia terlihat bagus" puji Mitsuki, entah polos atau memang dia diam-diam mesum. Boruto yang wajahnya memerah ikut membuang muka. "Apa-apaan..." gumamnya pelan.
"Berhenti melihatiku! Cih! Aku hanya memakai baju ini demi mendapat perhatian papaku!" seru Sarada tanpa sadar.
Kelima orang itu semakin terdiam.
Namun Shikadai mengganguk mengerti. "Aku bisa lihat kenapa kau bertingkah begitu" katanya. "Mendokusai. Pasti merepotkan" Inojin ikut menggangguk, begitu pula Boruto.
"Baiklah! Aku akan membantumu! Mari berkencan sepulang sekolah!" ajak Boruto dan memberi jempol. Wajah Sarada memerah dan meninju sang Uzumaki.
"APA?! DENGANMU?! SHANNAROOO!"
"Awww! Kau mau perhatiannya atau tidak?!"
Sarada terdiam. Tampak sekali ia sedang memikirkan tawaran Boruto.
"Ck! Baiklah!"
Kelima orang tersebut tersenyum. "Kami akan mencoba menarik perhatian paman Sasuke. Kalian pura-pura saja kencan" kata Inojin yang diikuti anggukan dari Chou Chou dan Mitsuki.
"Eh? Apa kita akan menggosip didepan paman Sasuke?" tanya Shikadai yang tampaknya menangkap arti Inojin. Kepintaran Shikadai yang menurun dari Shikamaru tampaknya sangat berguna.
"Ide bagus"
"Yosh! Mari berkumpul nanti sore!"
"Ck, mendokusai. Gosip bukanlah rencana terbaik"
"Diamlah, Shikadai"
To Be Continued
