"Dazai-saan!" Atsushi menyerukan nama seniornya yang seenaknya memisahkan diri. Menoleh ke kanan dan kiri, mata tajamnya menangkap objek yang dicari. Tapi kelihatannya itu tidak dalam keadaan baik. "Dazai-san!" Diikuti Kyouka, bocah harimau itu berlari menghampiri sosok yang menelungkup di tanah dengan noda merah mengkhawatirkan.
"Aku akan cari bantuan, tunggu di sini!" Kyouka seperti biasa mengambil keputusan cepat sementara Atsushi masih butuh waktu untuk pulih dari keterkejutan.
•~•
"Jelaskan," Kunikida memberi perintah singkat dengan nada penuh keseriusan. Berkumpul di luar ruang perawatan Fukuzawa, para anggota inti Agensi duduk dengan pusat perhatian ada pada Atsushi dan Kyouka.
"Jadi, Dazai-san bilang dia akan melakukan investigasi, lalu tiba-tiba ngilang. Pas ketemu kondisinya sudah begitu ..." Atsushi langsung memulai penuturan karena dia tahu menunda sedetik saja akan berakibat fatal untuknya.
'Tipikal Dazai,' pikir Kunikida tidak sengaja teringat ujian masuk Dazai dua tahun lalu, ketika juniornya itu dengan riang berlari menembus desingan peluru untuk mengejar si pelaku penculikan di tengah-tengah invasi mafia. Memisahkan diri darinya yang terpaksa jadi berhadapan dengan Akutagawa.
"Aku menemukan ini di saku mantelnya Dazai-san," Atsushi membuka genggamannya, sebuah alat perekam suara yang berbau darah tersimpan rapi sejak tadi di sana.
"Begitu, Dazai sudah memperkirakan hal buruk akan terjadi padanya, ya?" gumam Ranpo muram. Sejak penyerangan pada Shachou, detektif hebat itu kehilangan keceriaannya. Dengan kondisi Dazai yang sekarang, dia juga tidak akan muncul dengan senyuman biasa dan strategi briliannya. Jadinya wajar saja situasi tegang ini semakin berat.
Kunikida menekan tombol pemutar.
[Jadi, ada urusan apa?]
Dari suaranya, sepertinya jarak si pembicara beberapa meter jauhnya.
[Bagaimana kalau beri tahu aku tentang racun yang diberikan pada Shachou?]
Itu Dazai. Meminta langsung informasi yang saat ini paling mereka butuhkan. Para anggota Agensi otomatis menajamkan pendengaran mereka.
[Baiklah, racun itu disebut Kanibalisme. Itu merupakan kemampuan dari bla...bla...bla...]
Dimulailah penjelasan panjang lebar kali tinggi dari Fyodor Dostoyevsky.
[Dengan kata lain, cara untuk menyelamatkan Shachou adalah dengan membunuh korban lain, yaitu Mori-san.]
Ini informasi baru. Jadi mereka akan berhadapan dengan Port Mafia? Kunikida mendadak pusing. Memang tim kecil seperti Black Lizard bisa mereka atasi dengan mudah, tapi ini jelas sudah berbeda skalanya. Dalam pertaruhan hidup mati ini, para petinggi dan petarung terbaik lainnya pasti ambil bagian.
[Jadi apa yang akan kalian lakukan? Manusia itu penuh dengan kebodohan dan dosa. Meskipun tahu sedang dijebak, mereka tidak akan berhenti saling menumpahkan darah.]
Ada bunyi jatuh, lalu rekaman berakhir di sana. Ranpo bangkit, balik ke kamar Shachou tanpa berkata apa-apa. Yosano mengikuti beberapa saat kemudian. Kenji, Atsushi dan Kyouka memutuskan untuk memantau pengamanan gedung, musuh bisa mengepung kapan saja. Tinggallah Kunikida dan Tanizaki yang masih tetap di tempat semula.
