***Yōichi Hiruma, tujuh belas tahun, pelajar SMA. Status: complicated karena bingung merasakan galaunya tidak ter-notice.***


AN EYESHIELD 21 FANFICTION

EyeShield 21© Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata

Apa yang Salah Denganmu? © Just 'Monta –YukiYovi

Idea © Yovi (Inspired by: Raditya Dika)

Cover © internet

WARNING: maybe OoC and typo(s), blur plot, flash-fiction.

Yōichi Hiruma's POV

For EyeShield 21Awards June-August: Notice Me

Let's Start!


Hei, pernah nggak sih ngerasain yang namanya nggak direspons—atau mungkin, bahasa zaman sekarang: nggak di-notice?

Aku baru saja—dan, FYI, masih—mengalaminya. Tiba-tiba saja, dia berubah seratus delapan puluh derajat. Sampai sekarang aku belum tahu apa sebabnya.

Beberapa hari ini aku mencoba memanggilnya untuk sekadar menyapa. Hasilnya? Nggak ada. Jangankan merespons, membalikkan muka saja tidak.

Aku mencoba mentraktirnya dengan makanan yang jelas-jelas makanan favoritnya, tapi makanan itu 'tak disentuhnya. Hei, yang benar saja? Itu 'kan makanan favoritnya? Nggak mungkin dia bosan mendadak, 'kan?

Aku mendekatinya. Mencoba bersikap ramah (meski aku tahu 'ramah' bukanlah sifat yang kusukai)—tapi dia malah menjauhiku. Bahkan, lebih parahnya lagi, sudah dua hari ini dia langsung angkat kaki ketika tahu aku akan mendekatinya.

Aku mengajaknya bicara meski aku merasa bagaikan orang gila saat melakukannya. But, as always, no response.

"Oh, ayolah!" aku ingin berteriak begitu, "aku sudah merendahkan harga diriku, nih!"

Aku, pengatur strategi ala setan, kalah darinya. Aku, remaja fresh berusia tujuh belas tahun, tunduk olehnya. Aku, Yōichi Hiruma, dibuat pusing oleh satu makhluk hidup yang biasanya eksistensinya tidak akan kupermasalahkan.

Biasanya aku tidak begini. Mau disapa atau nggak, aku nggak akan peduli. Mau di-notice atau nggak, ya nggak masalah. Mau disambut atau nggak, nggak akan membuat otakku pusing diam-diam.

Tapi, sekarang? Lihat saja kelakuanku yang kini duduk berdua dengannya dalam satu ruangan.

Hening. Tidak ada suara. Hell, dia bahkan tidak menunjukkan kepedulian sedikitpun akan presensiku di ruangan ini.

Oke, aku tidak tahan.

Ini sudah hari kelima dia cuek padaku. Aku sudah bosan dihantui kemungkinan bahwa dirinya sakit. Aku stress karena tidak ada tanda-tanda dia akan me-notice diriku.

Maka, kuputuskan untuk membuka suara (aku pasti akan terlihat seperti orang gila—lagi).

Ayolah, notice me for a moment!

Aku menarik napas sambil mengumpulkan nyali, kemudian membuka mulut.

.

.

.

"Cerberus, apa yang salah denganmu?"

.

.

THE END
—Pro Deo et Patria—
—Untuk Tuhan dan Tanah Air—

.

.

No comment. Semoga Anda nggak tertipu, deh.

Buat Kak Deite, nih HiruCerberus. Aku baru sadar Kakak juga tadinya mau bikin HiruCerberus :")

RnR please? :"D Ayo notice teman kalian yang satu ini #siapakamu