Jangan katakan kau mencintaiku.
Jangan katakan kau rindu diriku.
Jangan tatap mataku.
Jangan memberikan sesuatu yang berharga untukku.
Sebelum kau mengucapkan kalimat ijab kabul di hadapan kedua orangtuaku dan juga orangtuamu.
—OoO—
Kupinang Kau Dengan Bismillah.
Main pair: Jaehyun x Taeyong
Rating: T
Disclaimer: Seluruh tokoh milik keluarga dan agensi masing masing.
Warning! OOC, TYPO, GS,ISLAMIC AU.
BAKU - NON BAKU AREA.
—OoO—
"Sialan kau Adachi Yuto!"
"Kenapa? kau takut?"
"Mari kita selesaikan secara jantan, Adachi-kun."
Sekumpulan pemuda dengan senjata tajam—pisau, golok, tongkat baseball, kayu—saling bertatap benci satu sama lain. pakaian seragam sekolah yang masih mereka kenakan mengatakan bahwa akan ada perkelahian antar pelajar.
Jung Jaehyun—pemuda yang selalu saja membuat onar di sekolah—berlari kencang bagai seekor singa dengan membawa gesper di tangan kiri dan tongkat baseball di tangan kanan. Ia memukul dan dipukul oleh beberapa pemuda yang memakai seragam sekolah berbeda dengannya.
Darah mengalir di mana-mana, luka lebam dan luka gores semakin tak terhitung di seluruh tubuh Jaehyun. Tongkat baseball terus diayunkan Jaehyun kearah musuh, wajah Jaehyun berulang kali terpukul.
Jaehyun memukul kepala Adachi Yuto dengan kencang hingga menyebabkan pemuda tersebut pingsan di tempat.
—OoO—
"Sekali lagi saya minta maaf atas perbuatan yang telah anak saya lakukan." Yunho—ayah Jaehyun—berulang kali membungkuk di hadapan guru dan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh anaknya.
"Jung Jaehyun, terpaksa kami keluarkan dari sekolah."
"Tentu saya menerima keputusan itu. Saya yang bersalah, karena tidak mendidik Jaehyun dengan baik." Yunho membungkuk dan sesekali menatap anak semata wayangnya.
Yunho berjalan kearah Jaehyun dengan penuh amarah, menjewer telinga anak berandal itu dengan kencang hingga memerah.
"Pah udah, kasihan anaknya." Jaejoong menarik tangan snag suami dari telinga Jaehyun.
"Anak ini, benar benar minta diusir dari rumah. Jung Jaehyun, mulai besok kau akan kusekolahkan di pondok pesantren."
"Huh, terser—apa? Pondok pesantren? Pah jangan pah, Jaehyun nggak mau masuk pesantren pokoknya nggak mau!"
—OoO—
Jaehyun menggendong tas ransel dan menyeret koper besar, ia memasuki kawasan tempat dimana anak-anak yang rajin membaca dan menghafal Al-Qur'an bersekolah. Ya, pondok pesantren.
Gedung besar namun sederhana berwarna putih yang melambangkan kesucian terasa asing bagi seorang Jaehyun. Hangat dan damai, tentu saja karena di tempat ini ada banyak orang yang mengaji.
Kaos putih, celana jeans, dan sepatu sport membuat Jaehyun terlihat berwibawa.
"Assalamualaikum pak Donghae." Yunho membungkuk dan bersalaman dengan seorang pria kurang lebih sebaya dengannya.
"Waalaikumsalam pak Yunho, mari duduk."
Jaehyun hanya menghela napas dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Baginya tempat ini adalah penjara, sangat membosankan, tidak ada hal yang menarik.
Jaehyun berkeliling pondok, "Cukup besar tempat ini."
Lingkungan di pondok memang bisa dibilang sangat besar dan luas dari pondok pesantren lainnya, tetapi sederhana dan tidak terlalu mewah. Graha putri terdapat di ujung kanan dan graha putra terdapat di ujung kiri, di tengah terdapat gedung sekolah, lapangan basket, taman, ruang pengurus pondok serta masjid yang luas dan cukup besar.
"Taeyong! Mau ke mana?"
"Mau ke ruangan abah."
Gadis cantik berkerudung biru terlihat begitu mempesona di mata Jaehyun, gadis nan anggun dan terlihat manis. Baru pertama kali ini Jaehyun melihat gadis yang berbeda seperti itu. Aroma lavender manis yang tercium ketika ia lewat di depan Jaehyun. Suara lembut yang nyaris tak terdengar di telinga.
'Mau ke ruangan abah.'
"Masya Allah."
Untuk pertama kalinya, Jung Jaehyun mengucapkan kalimat tersebut. Seluruh tubuh seakan terkena mantra dari seorang gadis.
"Permisi." gadis itu membungkuk dan tersenyum tipis pada Jaehyun.
Senyuman itu...
Bagai sebuah peluru yang menghantam hati Jaehyun.
—OoO—
"Assalamualaikum, abah tadi memanggil saya?"
"Waalaikumsalam, nak kenalin ini pak Yunho dan bu Jaejoong."
Taeyong tersenyum, menaruh beberapa buku yang ia bawa dan bersalaman dengan kedua orang tua yang katanya dulu adalah tetangga mereka saat tinggal di kampung.
"Lee Taeyong? Wah kamu sudah gadis ya, cantik pula." puji Jaejoong hingga membuat Taeyong menunduk malu.
"Alhamdulillah, terima kasih tante."
Jaehyun datang dengan wajah tersenyum tulus, "Pah... Jaehyun sudah keliling pondok, lumayan juga."
Bola mata Jaehyun tertuju pada seorang gadis manis yang sedang dipeluk oleh sang ibunda. Bagai melihat harta karun, mata Jaehyun berbinar-binar.
"Jaehyun, kenalin ini om Donghae sama tante Eunhyuk."
Jaehyun menebak, gadis cantik yang sedang dipeluk manis oleh sang ibunda pasti adalah anak kedua orang tua yang sedang bersalaman dengan dirinya.
"Nak Jaehyun, kenalkan ini putri saya Lee Taeyong. Saya juga memiliki seorang putra bernama Lee Jeno, kamu pasti nanti akan kenal dengannya karena dia juga bersekolah di pondok pesantren ini."
"Saya Lee Taeyong, mas."
Jaehyun hanya tersenyum dan tersipu malu. Jaejoong yang melihat putranya sedikit menunduk dan tersenyumpun mulai tertawa kecil, untuk pertama kalinya ia melihat anaknya tersenyum di hadapan seorang wanita.
"Jung Jaehyun." ucap Jaehyun sambil menyodorkan tangan kanannya dengan lancang.
"Maaf mas, bukan mahram."
Untuk pertama kali, Jaehyun melihat seorang gadis yang menolak bersalaman dengannya dengan alasan bukan mahram. Jaehyun benar benar menyukai gadis ini, gadis yang tak pernah ia temukan.
Jaejoong tertawa kecil melihat interaksi sang anak dengan gadis pondok itu, kini Jaejoong berharap Taeyong bisa membuat Jaehyun tersadar akan kebenaran.
Jaehyun hanya menulan ludah dan menatap Taeyong dengan intens, "Maaf."
"Abah, umi, om, tante, mas Jaehyun, saya duluan ya ada yang harus saya kerjaan di luar."
"Iya nak, nggak apa-apa."
"Permisi, assalamualaikum." Taeyong membungkuk dan tersenyum, ia juga sedikit melirik Jaehyun dan tersenyum.
—OoO—
"Astagfirullah, Lee Taeyong kamu tidak boleh menatap lelaki yang bukan mahramnya."
"Tapi dia tampan juga, dan terlihat seperti pria dari keluarga yang baik."
Taeyong tersenyum sambil menyapu halaman asrama putri, bibir manisnya terus membuat lekukan yang menggambarkan ia bahagia.
"Permisi."
Taeyong menoleh pada asal suara, lelaki yang tak lagi asing baginya. Jaehyun, lelaki itu ada di hadapan Taeyong dengan membawa beberapa buku di tangannya.
"Maaf, mungkin kamu melupakan sesuatu." Jaehyun memberikan semua buku yang ada di tangannya—itu merupakan buku Taeyong yang tertinggal di ruangan abah.
"Astagfirullah saya lupa, makasih ya mas Jaehyun sudah mengembalikan."
"Iya sama-sama, saya duluan assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Jaejoong melihat interaksi kedua insang itu dan tertawa ketika melihat tingkah putranya yang sangat lembut dan hangat di hadapan Taeyong. Jaehyun yang kasar dan hobi membuat masalah seketika lemah di hadapan Taeyong, benar benar seperti keajaiban yang datang ke dalam kehidupan Jaehyun.
"Hahahhaahaha huh, aku yakin akan tumbuh cinta di jalan yang benar setelah ini... Dasar anak muda."
Jaejoong dan sang suami—Yunho—pergi dan meninggalkan Jaehyun di pondok pesantren, mungkin keputusan yang diambil Yunho ini memang benar. Jaehyun harus diajar untuk hidup mandiri dan merasakan hidup tanpa adanya orangtua.
Inilah kehidupan baru seorang Jung Jaehyun, hidup di lingkungan pondok pesantren.
.
To Be Continue.
Note:
Hai!
Aku nggak tau kenapa, kepikiran aja pengen buat cerita ini hahahahahaha.
Sebenernya sih alur cerita seperti ini sudah biasa dan banyak ditemukan, tapi ya—entahlah suka aja .
Setelah melihat foto Jaehyun pas di mv fire truck, entah kenapa pengen buat Jaehyun jadi anak berandalan, jadi terbuatlah cerita ini wkwkwkwkwkwk.
