Disclaimer © Tite kubo
(Bleach bukan punya saya)
…
Seri drabble :
A sampai Z
By
Ann
…
Warning : Au, Ooc, typo(s).
Tidak suka? Bisa klik 'Close' atau 'Back'
…
Sebuah kisah cinta yang terangkai dalam alphabet.
…
a.n : setiap sub-judul drabble adalah cerita yang terpisah, tapi merupakan kelanjutan dari sub-judul sebelumnya. Oh ya, fic ini sebelumnya pernah dipublish di ffn tahun 2012-2013 tapi belum sampai tamat.
...
Apel
Bel tanda istirahat makan siang sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, Rukia mempercepat langkahnya menuju kantin. Semoga masih ada,doanya dalam hati.
Rukia sampai di kantin dan mendapati antrian yang mulai menipis di depan counter makanan. Cewek berambut hitam sebahu itu melirik nampan yang berisi buah apel.
Masih ada.
Ia tersenyum senang. Tapi senyumnya segera memudar manakala satu persatu apel yang ada di dalam nampan diambil oleh siswa-siswa yang antri di depannya. Dan yang terakhir pun diambil oleh siswa yang mengantri tepat di depannya. Rukia menatap penuh harap saat apel itu dibawa pergi. Pupuslah sudah harapannya untuk makan buah berwarna merah itu hari ini.
...
Rukia celingukan mencari tempat duduk.
"Rukia!"
Rukia menengok ke arah suara yang memanggilnya dan tersenyum cerah saat dilihatnya Rangiku melambai padanya. Rukia melangkah cepat menuju meja tempat duduk temannya itu.
"Terima kasih, Rangiku," ujarnya setelah duduk di sebelah gadis berambut coklat terang itu. "Sama-sama, Rukia. Oh ya, kenapa kau terlambat?"
"Ukitake-sensei tadi menyuruhku mengantarkan buku ke ruang guru," sahut Rukia sambil mulai memakan makan siangnya.
"Susah ya, jadi siswa teladan disuruh-suruh terus." Rukia hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan Rangiku.
Krauk!
Rukia menoleh. Rangiku tengah menggigit sebutir apel merah, kelihatannya apel itu sangat enak karena Rangiku terus memakannya lagi dan lagi sampai habis setengahnya.
"Kenapa Rukia?" tanya Rangiku saat melihat Rukia memandanginya. Rukia hanya menggeleng. "Tidak apa-apa," sahutnya lalu terus melanjutkan makannya.
Sudahlah, mungkin memang hari ini bukan rejekiku makan apel.
"Eh, kau mau apel Rukia?" tanya Rangiku. Rukia menoleh. "Tapi…." Rangiku memandang apel di tangannya yang kini hanya tersisa seperempatnya saja. Rukia mengikuti pandangan Rangiku. "Tidak apa-apa Rangiku." Rukia tersenyum pada temannya itu.
"Maaf ya, Rukia. Aku tidak tahu kau ingin makan apel, kalau tahu pasti kuberikan padamu," kata Rangiku.
"Terima kasih, Rangiku. Benar tidak apa-apa kok. Aku bisa membelinya sepulang sekolah nanti," ujarnya.
"Kalau begitu nanti sepulang sekolah aku akan menemanimu membeli apel ya?" tawar Rangiku, yang dijawab Rukia dengan anggukan.
Tluk!
Sebutir apel diletakkan di atas meja di depan Rukia. Rukia memandang apel merah itu kemudian ke arah orang yang meletakkannya.
Ichigo.
"Untukmu," ujar pemuda berambut jingga yang berdiri di samping meja Rukia.
"Terima kasih, Kurosaki," ucap Rukia sambil mengambil apel merah itu dengan kedua tangannya.
"Ichigo." Rukia mendongak menghadap pemuda itu. "Namaku Ichigo, Rukia," kata pemuda itu lagi.
Rukia mengangguk dan membetulkan ucapannya. "Terima kasih, Ichigo." Yang dibalas anggukan dan senyuman yang membuat hati Rukia meleleh.
"Sepertinya kita tidak jadi membeli apel sepulang sekolah ya, Rukia," ujar Rangiku setelah Ichigo pergi. Rukia mengangguk sambil memandangi apel di tangannya.
"Apelnya harus dimakan lho, Rukia," goda Rangiku.
…
Buku
Rukia membongkar tasnya sekali lagi.
Tidak ada!
Rukia menghela napas, ia sepertinya meninggalkan Buku teks Bahasa Inggrisnya di rumah. Rukia melirik jam dinding kelasnya, sepuluh menit lagi waktu istirahat habis dan pelajaran Bahasa Inggris dimulai. Ia harus meminjam buku teks Bahasa Inggris kalau ia tidak mau berdiri di koridor saat jam pelajaran Aizen-sensei. Rukia pun berdiri dan berjalan keluar kelas menuju kelas sebelah.
"Maaf sekali, Rukia. Hari ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris jadi aku tidak membawanya," jawab Momo saat Rukia bertanya apakah gadis bercepol itu membawa buku teks Bahasa Inggris.
"Tidak apa-apa, Momo-chan. Aku akan coba pinjam pada Isane," kata Rukia seraya melangkah menuju kelas 2-3.
Isane menggeleng. "Maaf ya, Rukia," ujarnya.
"Tidak apa-apa, terima kasih Isane," Rukia beranjak mencoba peruntungannya lagi di kelas sebelah, kelas 2-4.
"Sayang sekali, Kuchiki. Di kelas kami hari ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris," sahut Nemu. "Jadi aku tidak membawa buku teks bahasa Inggris sehingga aku tidak bisa meminjamkannya padamu."
"Begitu ya. Terima kasih, Nemu."
Rukia berjalan gontai menuju kelasnya. Sebentar lagi bel masuk berbunyi dan ia akan menghabiskan 2x50 menit dengan berdiri di koridor.
Rukia menghempaskan tubuhnya di kursi, menghembuskan napas panjang. Rukia memandangi mejanya yang masih dipenuhi hasil bongkaran tasnya. Rukia mulai merapikan mejanya, memasukkan satu persatu buku ke dalam tas. Rukia baru saja memasukkan sebuah buku bersampul warna kuning ke dalam tasnya.
Eh, tunggu dulu!
Rukia kembali mengeluarkan buku itu.
Bukankah ini?
"Kurosaki Ichigo."
Didengarnya Rangiku membaca nama yang tertera di sampul buku itu. "Wah, ternyata kamu punya malaikat penolong, Rukia."
Rukia memandangi buku itu sambil tersenyum. Mungkin ia memang punya malaikat penolong.
…
Cake
Dengan hati-hati diletakkannya sebutir stroberi di atas kue berbentuk segitiga itu. Kemudian dimasukkannya kue berlapis dengan hiasan krim putih dan pink serta sebutir stroberi itu ke dalam kardus kue. "Siap! Tinggal diberikan saja!"
"Untuk siapa, Rukia?" Rangiku tiba-tiba muncul di sebelahnya.
"R-Rangiku!" Rukia kaget karena Rangiku yang muncul tiba-tiba. "I-ini untuk…" Rukia bingung memberi jawaban.
"Tidak usah dijawab, aku tahu kok untuk siapa kue itu," ujar gadis itu sambil melepas celemeknya. "Memasak itu lebih sulit daripada makan," gerutunya sambil memasukkan kue buatannya yang bentuknya sama seperti punya Rukia hanya saja punyanya dihiasi dengan buah ceri. "Awas saja kalau Gin tidak mau memakannya, kuputusin dia!" kata Rangiku berapi-api.
"Rangiku?"
"Ya, ya, Rukia, aku tahu. Tidak bakal juga aku mutusin si Gin 'kan susah ngedapetinnya," jawab Rangiku diikuti senyum manisnya. "Jadi punyamu kapan mau diberikan? Pelajaran olahraga kelas 2-4 udah selesai tuh." Rangiku menunjuk siswa-siswa kelas 2-4 yang mulai meninggalkan lapangan. Rukia bergegas melepas celemeknya dan meraih kotak kuenya, kemudian berlari keluar dari ruang masak.
Eh, tunggu dulu! Jadi Rangiku benar-benar tahu untuk siapa kuenya?
Rukia berhenti dan menoleh pada sahabatnya itu. Rangiku tersenyum dan mengedipkan mata padanya. "Sukses ya!" Rangiku menyemangatinya. Rukia mengangguk dan balas tersenyum.
Rukia berdiri di depan ruang kelas 2-4. Matanya mencari keberadaan si rambut jingga, Kurosaki Ichigo. Pemuda yang hendak diberinya kue.
"Mencariku ya, Rukia?" Rukia terlonjak. Perlahan dibalikkannya tubuhnya.
"I-Ichigo."
"Maaf mengagetkanmu," ucap Ichigo sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Habis kau terlihat serius sekali, mencari siapa sih?" Ichigo celingukan mencari-cari seseorang padahal ia sendiri tidak tahu siapa yang dicari Rukia.
"Umm… Ichigo."
"Ya?"
"Aku sebenarnya memang mencarimu," ujar Rukia pelan.
"Eh, benar mencariku?!" Ichigo mundur selangkah, ia terkejut ternyata Rukia memang mencarinya. Rukia mengangguk membenarkan.
"Ada apa ya, kau mencariku?" tanya Ichigo, lagi-lagi sambil menggaruk kepalanya.
"I-tu… a-aku…," Rukia mengambil napas dalam. "Ini untukmu!" Rukia mengangkat sebuah kotak kue ke depan wajah Ichigo.
"Untukku?" Lagi-lagi Ichigo dibuat terkejut oleh gadis manis berambut hitam di hadapannya itu. Ichigo mengambil kotak yang diberikan Rukia. "Makasih, tapi aku tidak tahu kenapa aku mendapatkannya?"
"Itu ucapan terima kasih," sahut Rukia. Warna kemerahan mulai merayapi kedua belah pipinya.
"Untuk?"
"Apel dan buku," jawab Rukia.
"Eh?"
"Tolong diterima, mungkin tidak terlalu enak tapi pasti bisa dimakan. Aku pergi dulu, sampai jumpa," kata Rukia cepat dan ia pun bergegas pergi.
"Rukia!" Rukia menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Terima kasih!" ucap Ichigo disertai dengan sebuah senyuman yang membuat jantung seorang Rukia Kuchiki berdetak dua kali lebih cepat.
…
Dasi
Rukia berjalan cepat menuju aula, sebentar lagi upacara kelulusan siswa kelas 3 akan dimulai ia akan terlambat kalau ia tidak buru-buru. Tapi ia menghentikan langkahnya tiba-tiba saat melihat sosok yang sudah familiar di matanya. Pemuda bertubuh jangkung dengan rambut jingga sedang berjongkok di bawah pohon sedang memegangi sesuatu. Rukia tidak bisa memastikan benda apa yang dipegang pemuda itu karna jarak mereka yang cukup jauh.
Rukia pun berjalan menghampirinya melupakan bahwa seharusnya ia segera pergi ke aula, saat jaraknya tinggal beberapa langkah dari pemuda itu Rukia memanggilnya.
"Apa yang kau lakukan di sini, Ichigo? Bukankah kita disuruh berkumpul di aula?"
Ichigo mendongak, memandang Rukia sebentar kemudian kembali memandangi benda di tangannya.
"Ada apa Ichigo?" Rukia berjalan beberapa langkah lagi sampai ia berdiri di samping Ichigo dan ia ikut berjongkok di sampingnya. "Apa yang salah?" tanya Rukia semakin khawatir karena Ichigo sama sekali tidak menjawab pertanyaan-pertanyaannya. "Ichigo?" Rukia menepuk bahu Ichigo, membuat pemuda itu tersentak dan melihat padanya.
"Ah, Rukia. Sejak kapan…" Ichigo menggantung kata-katanya. Tiba-tiba Ichigo memegang kedua bahu Rukia "Kau bisa membantuku kan, Rukia?" Rukia menatap Ichigo bingung tapi ia menggangguk mengiyakan. "Syukurlah," Ichigo menghembuskan napas lega.
"Sebenarnya apa yang—"
"Tolong lakukan sesuatu dengan ini." Ichigo mengangkat tangannya yang menggenggam entah benda apa ke depan wajah Rukia. Rukia memfokuskan pandangannya pada tangan Ichigo tepatnya benda yang ada di tangan pemuda itu.
Dasi?!
"Tolong pasangkan benda ini padaku," pinta Ichigo.
"Eh?"
"Aku tidak bisa memasangnya, aku sudah mencoba tapi tetap tidak bisa, kau bisa membantuku kan, Rukia?" Ichigo memandang Rukia penuh harap.
Rukia tertawa. "Dasar bodoh!" Rukia mengambil dasi dari tangan Ichigo. "Kupikir sesuatu yang gawat terjadi, ternyata hanya karena tidak bisa memasang dasi." Dan ia pun memasangkan benda yang membuat Ichigo frustasi itu.
"Terima kasih, Rukia," gumam Ichigo dan tersenyum pada gadis di hadapannya.
"Sama-sama, Ichigo," jawab Rukia malu-malu dengan pipi bersemu merah akibat senyum yang diberikan Ichigo padanya.
…
Es Krim Stroberi
"Oi, Rukia. Ada yang mencarimu," Rukia mendongak mendengar suara yang memanggilnya. "Dia menunggu di luar".
"Terima kasih, Renji." Rukia bangkit dan berjalan keluar kelas.
"Dia bahkan tidak bertanya siapa yang memanggilnya." Renji geleng-geleng kepala.
"Memangnya siapa?" tanya Rangiku.
"Kepala jeruk," jawab Renji.
"Kurosaki, heh?" mata Rangiku bersinar-sinar. Renji mengangguk. "Menarik," Rangiku tersenyum penuh arti.
"Apa kau tahu kenapa si kepala jeruk mencari Rukia?" tanya Renji lagi.
Rangiku menggeleng. "Bagaimana kalau kita cari tahu?" ajak Rangiku yang dijawab seringai licik Renji.
Rukia sampai di luar kelas, ia celingukan mencari seseorang tapi tidak tahu siapa.
Bodoh, harusnya aku bertanya dulu siapa yang mencariku pada Renji tadi.
"Yo, Rukia!" Rukia berbalik dan mendapati Ichigo yang tengah bersandar di dinding tidak jauh darinya. Jantung Rukia berdetak dua kali lebih cepat.
"Ichigo? Kau yang mencariku?" Rukia berjalan mendekati pemuda itu.
"Memang Renji tidak bilang?" Ichigo balik bertanya.
"Aku lupa bertanya tadi," jawab Rukia seraya ikut bersandar di samping Ichigo. "Jadi ada apa mencariku?" tanya Rukia.
"Kau suka eskrim?" Ichigo balik bertanya.
Rukia memandang Ichigo bingung tapi dijawabnya juga pertanyaan Ichigo. "Suka, kenapa tiba-tiba kau−" kata-kata Rukia terpotong.
"Sepulang sekolah mau tidak pergi makan eskrim denganku?" ajak Ichigo.
"Eh?" Rukia memandangnya bingung.
"Kalau kau tidak sibuk," gumam Ichigo hampir tidak terdengar tapi tentu saja Rukia dapat mendengarnya. "Dan kalau kau bersedia tentunya." Nampak rona merah mulai menghiasi wajah pemuda itu.
"Bagaimana Rukia?" tanya Ichigo hati-hati karena Rukia belum memberikan respon. "Kau mau?".
"I-iya," jawab Rukia disertai dengan anggukan. Yang langsung disambut senyum cerah Ichigo.
Tepat setelah Rukia memberi jawaban bunyi bel masuk terdengar dari pengeras suara.
"Ah, sudah bel," ujar Ichigo. Rukia hanya mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu sampai ketemu sepulang sekolah, Rukia." Ichigo mulai berlari menuju kelasnya.
"Sepertinya ada yang akan pergi kencan hari ini ya, Renji?" Pertanyaan Rangiku lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan.
"Ichigo," gumam Renji. "Aku tidak menyangka. Sejak kapan dia?" Renji menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sudah sejak lama," jawab Rangiku. "Kau saja yang tidak memerhatikan."
"Rangiku, Renji, apa yang kalian lakukan?" tanya Rukia yang baru saja masuk kelas dan melihat kedua temannya itu dalam posisi mencurigakan di belakang pintu kelas.
"Tidak apa-apa." Keduanya menyahut bersamaan.
"Aku harus kembali ke tempat dudukku sebentar lagi Ukitake-sensei datang." Renji segera berlari ke tempat duduknya.
"Kalian..."
"Ah, aku juga harus duduk," Rangiku memotong cepat kalimat Rukia.
Rukia hanya bisa memandang bingung sikap aneh kedua temannya itu sambil melangkah ke tempat duduknya.
…
Cerita ini masih akan berlanjut di chapter selanjutnya.
...
See ya,
Ann *-*
...
