Yo. Xinon's here! XD
Gomen karena bukannya nerusin 'Alice Story' tapi saya malah mayeng-mayeng membuat ff ini (=w=)a
Sebenarnya ini mau aku buat one shot, tapi karena ternyata oh ternyata draftnya saaaangaaat panjang, jadi aku potong jadi beberapa chapter. =w=)v peace!
Well, ga usah babibu lagi. Ini dia... JENG JENG!
"Hei, Kuo-nii. Apa kau percaya dongeng?"
"Ha?" Aku menatap Miku, adik perempuan yang dua tahun lebih muda dariku ini dengan heran.
"Lihat! Tadi Rin dan Len meminjamiku buku ini, dan katanya dongeng-dongeng seperti ini bisa menjadi kenyataan lho!" Ucapnya girang sembari menunjukkan buku-buku dongeng bergambar dengan judul Putri Tidur, Pangeran Katak, Putri Angsa dan Kisah Cinta Levi dan Eren (?).
"Keren ya, Kuo-nii, seandainya aku bisa memiliki kisah cinta seperti para putri di cerita ini. Hm~ Pasti romantis!"
"Kau ini sudah kelas tiga SMP, tapi masih juga percaya pada hal-hal bodoh seperti ini." Aku tertawa mengejek dan menepuk pundaknya. "Dasar BOCAH."
BLETAK!
"Awww!" Miku melempar buku-buku itu ke kepalaku dengan keras.
Miku berdiri dengan mata berkaca-kaca, "Dasar tidak peka!" Ia berteriak dengan suara parau lalu pergi meninggalkan kamarku dengan—BRAK!—menutup pintu sangat keras.
"Haa~ Apa candaanku kelewatan lagi?" Aku mendesah pelan lalu memunguti buku-buku yang tadi dilemparkan Miku yang kini berserakan di sekitarku.
Snow White, Sleeping Beauty, Beauty and The Beast, kurasa tak buruk juga sih jika membaca buku-buku dongeng seperti ini. Aku merapikan buku-buku itu dan meletakkannya di meja belajarku. Buku-buku yang dibawa Miku ini kurasa sudah cukup berumur, terlihat dari cover dan lembarannya yang sudah mulai berubah warna menjadi kusam, dan memiliki bau khas buku-buku lama. Tadi Miku bilang si kembar yang meminjaminya'kan? Bukan'kah ayah dan ibu mereka tidak mengizinkan mereka meminjamkan buku perpustakaan keluarga mereka sembarangan. Apalagi, semuanya buku lama yang terlihat berharga.
"Ada beberapa judul buku yang tidak kuketahui." Gumamku ketika melihat tiga buku yang terlihat lebih tua dari yang lain dengan judul yang hampir tak terbaca. Ah, ada satu buku yang judul dan isinya masih terbaca dengan jelas.
Aku mengambil buku itu dan tanpa sadar melafalkan judulnya.
"Bird."
Vocaloid © YAMAHA, ect
Story © Xinon
Warning : Absurd, OOC, typo(s) everywhere, AU, ect.
.
.
.
Xinon's Present
.
BIRD
.
Suatu hari, ketika seekor burung pipit terancam bahaya, datanglah seorang pemuda yang menyelamatkan nyawanya. Burung itupun merasa berhutang budi dan terus mengikuti si pemuda. Namun karena tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih, burung pipit itu hanya bisa terus mengikuti kemana pemuda itu pergi dan menyanyikan lagu-lagu indah dengan suara merdunya. Selama mengikuti si pemuda, burung pipit melihat banyak kebaikan yang diperbuat pemuda itu dengan tulus kepada banyak orang. Lama-kelamaan, burung pipit jatuh cinta pada pemuda itu dan ingin menjadi manusia.
Dewi Cinta yang melihat ketulusan burung pipit'pun datang dan akan mengabulkan permintaannya jika burung pipit mau berjanji dan memenuhi syarat yang diajukan Dewi Cinta. Burung pipit setuju dan ia berubah menjadi seorang gadis manusia yang sangat cantik.
Ia'pun mendatangi rumah pemuda itu dan berbohong dengan mengaku kalau ia tersesat dan membutuhkan tempat tinggal sementara. Karena kebaikan dan rasa kasihan pemuda itu pada gadis yang baru ia temui, si pemuda mengizinkan gadis asing itu untuk tinggal dirumahnya untuk beberapa waktu.
Waktupun berlalu, pemuda itu mendapat keberkahan berkat kedatangan si gadis. Gadis itu selalu menolong si pemuda ketika ia kesusahan. Perlahan-lahan, si pemuda jatuh cinta pada si gadis. Ia melamar si gadis dan berharap ia akan menerimanya. Sang gadis sangat gembira karena perasaannya berbalas dengan si pemuda baik hati tersebut dan tanpa berpikir panjang ia menerima perasaan si pemuda.
Tak lama kemudian, disekujur tubuh gadis itu diselubungi oleh sihir. Sepasang kekasih itupun terkejut. Gadis itu teringat akan syarat yang diberikan oleh Dewi Cinta padanya bahwa jika ia ingin tetap berada disisi si pemuda dengan sosok manusia, ia tidak boleh menyatakan perasaan cintanya kepada pemuda itu, ataupun menerima perasaan cinta pemuda itu, jika ia melakukannya, maka ia akan lenyap.
Sambil menangis, ia mengatakan kebenaran mengenai dirinya pada si pemuda. Pemuda itu terkejut mengetahui bahwa gadis yang ia cintai adalah seekor burung pipit yang dulu ia tolong. Pemuda itu memeluk si gadis dan mengatakan akan menerimanya apa adanya, asalkan gadis itu tetap bersamanya. Sayangnya, setelah itu sosok gadis yang ada di pelukan sang pemuda menghilang.
Mungkin untuk selamanya...
"Hei, apa yang kalian lakukan pada burung itu?!"
"Uwah! Ayo lari!"
Seorang pemuda SMA berambut teal—Mikuo Hatsune—memergoki sekelompok anak kecil yang menjahili seekor burung kakatua. Karena kaget anak-anak itu segera pergi dari taman terpencil itu dengan meninggalkan burung kakatua itu dengan keadaan sekarat dan penuh luka.
Ia mengangkat burung kakatua yang tergeletak tak berdaya itu dengan hati-hati. Membawanya keluar dari taman, pulang kerumah yang jaraknya tak jauh dari tempat itu.
"Lho? Kuo nii? Kenapa kau membawa bangkai burung?" Tanya gadis yang lebih muda dari Mikuo—Miku Hatsune, adiknya—dari dapur.
"Burung ini masih hidup kok. Miku, cepat ambilkan P3K, dan bantu aku mengobatinya!" Perintah Mikuo dari lantai dua rumahnya, yang segera direspon Miku.
.
.
.
"Nah, sekarang dia terlihat lebih baik'kan?"
"Um. Kuharap dia juga segera sembuh, dan bisa terbang bebas lagi ya, Kuo-nii."
Sehabis mengobati luka kakatua itu serta memberi makan dan minum, dua kakak adik itu menggantungkan sangkar tua yang di dalamnya berisi kakatua putih yang Mikuo tolong tadi di beranda kamar Mikuo. Mereka berdua tersenyum memandang kakatua itu.
"Kuo-nii mendapat sangkarnya dari mana?"
"Eh?Aku mendapatkannya di gudang. Sepertinya ini milik otou-san dulu."
"Oh." Miku mengangguk mengerti. "Eh, Kuo-nii, kalau mau memeliharanya berarti akan memberi nama burung ini kan?"
"Benar juga. Walaupun kita hanya akan memeliharanya sampai dia bisa terbang kembali, tetapi jika kita memberinya nama itu akan memudahkan kita."
"Kalau begitu, nama apa yang akan kau berikan?"
"Seiyu."
Mikuo's POV
Sudah seminggu berlalu. Sore ini kami akan melepaskan Seiyu, ia sudah benar-benar sembuh dan bisa terbang kembali. Aku sangat berterima kasih pada Miku dan dua temannya, Rin dan Len yang selalu membantuku merawat Seiyu. Sedih rasanya melepas sesuatu yang sudah bersama selama seminggu. Apalagi karena aku sudah memberinya nama, aku jadi menganggapnya seperti seorang manusia.
"Haah... Semenjak kau tinggal di rumah, entah kenapa otou-san dan okaa-san tidak pernah bertengkar lagi. Semua jadi seperti sedia kala. Tapi, jika kau pergi, apa yang akan terjadi...?" Aku menatap Seiyu yang hinggap di tanganku dengan sedih.
Dari dulu, karena otou-san dan okaa-san sibuk, mereka jarang sekali bersama-sama, tapi walaupun begitu mereka selalu meluangkan waktu sarapan bersama kami. Karena itulah walaupun jarang bertemu, keluarga kami tetap bahagia. Sayangnya, tahun lalu, okaa-san memergoki otou-san bermesraan dengan sekertarisnya dikantor. Setelah itu terjadi percekcokan panjang dan keluarga kami tak lagi seperti dulu. Otou-san terus bekerja, bahkan jarang pulang, dan jika pulang otou-san hanya akan membuat okaa-san bersedih dan tak jarang melampiaskan kemarahannya pada okaa-san, atau aku dan Miku. Sementara okaa-san sejak saat itu berhenti dari pekerjaannya dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Okaa-san yang kutahu adalah wanita yang tegas, ceria, dan tegar, sayangnya sekarang itu hanya masa lalu, semenjak saat itu, okaa-san lebih sering mengurung diri di dalam kamar, menangis dan menjadi lebih tertutup, bahkan kepada kami, anaknya.
Anehnya setelah kedatangan Seiyu—lebih tepatnya setelah kedua orangtuaku tahu aku memelihara hewan—hubungan keluarga kami mulai membaik. Otou-san mau menghabiskan waktunya untuk membantuku merawat Seiyu, dan bersama-sama dengan okaa-san lagi. Sementara okaa-san berhenti bersedih dan bersikap seperti ibu pada umumnya.
Jika semua itu terjadi karena keajaiban yang dibawa oleh kakatua ini. Bagaimana jika kakatua ini kulepaskan? Apa itu berarti aku juga melepaskan kebahagiaan ini? Apa jika Seiyu bebas, otou-san dan okaa-san akan bertengkar kembali? Aku tidak mau itu terjadi lagi...
"...Biarkanlah kebahagiaan ini ada selamanya, Seiyu..."
.
.
.
Tak lama kemudian Miku datang bersama Len dan Rin. Mereka mengajakku membawa Seiyu ke taman kecil yang ada di dekat hutan di pinggir kota. Tempatnya sedikit jauh dan memakan waktu lima belas menit sewaktu kami menaiki kereta. Pukul 04.50—lebih tepatnya satu jam kemudian—kami tiba di taman itu.
Aku membuka sangkar dan mengeluarkan Seiyu. Dengan riang Seiyu hinggap di tanganku.
"Pada akhirnya Seiyu tetap tidak berbicara, ya."
"Dia kan bukan kakatua normal, Rin. Dia itu special, karena walau tak bisa berbicara dia seolah-olah memberi keajaiban pada kita."
"Benar-benar. Sejak Seiyu datang, aku jadi bisa mendekati Kaito-kun dengan mudah tanpa dihalangi para fangirl-nya."
"Eh? Miku-chan masih menyukai BaKaito?!"
"Sssstt! Ini saat menyedihkan tahu! Kenapa kalian tidak bisa diam sebentar?!" Geramku sembari men-death glare anak-anak bodoh di sampingku.
"Huwaa! Maaf boss negi!" Ucap ketiganya bersamaan.
"Apanya yang 'boss negi'?" aku mendesah lalu kembali memandang Seiyu. "Nah, sekarang saatnya kita melepaskanmu, Seiyu."
Kami tersenyum memandang Seiyu. Seolah mengerti apa maksud kami, Seiyu mengepakkan sayapnya perlahan dan terbang menjauh.
"OK. Minna! Seiyu sudah pergi. Sekarang waktunya pulang. Ah! Kuo-nii kau bilang mau mentraktir kami di WC'Donald kan?"
"Traktir?!" Rin dan Len menyahut lalu menatapku dengan mata berbinar.
Aku mengiyakan perkataan mereka, lalu mengajak mereka pergi dari taman kecil ini. Baru beberapa langkah aku keluar dari taman, aku mendengar seseorang memanggilku.
"Mikuo-kun, apa keinginanmu?"
Aku segera menengok kebelakang, aku mendengar suara seseorang yang berbisik lembut di telingaku. Namun, kudapati tak ada seorangpun di sana.
"...Keinginanku...?"
Aku terdiam memandang hutan tempat Seiyu terbang tadi. Entah kenapa seolah-olah ada semacam pancaran sihir yang keluar dari hutan itu dan menghipnotisku.
"..."
"Kuo-nii?" Miku menepuk pundakku, membuatku tersadar.
"Apa kau tidak apa-apa, Mikuo-san?" Tanya si kembar bersamaan dengan wajah khawatir.
"Daijoubu." Aku tersenyum tipis lalu merangkul ketiganya dan membawa mereka pergi.
Normal POV
Mentari bersinar cerah, cahayanya merambat masuk melalui celah tirai jendela yang tertutup. Seorang pemuda berambut teal masih tertidur dengan nyenyaknya sembari memeluk erat gadis berambut panjang yang ada disampingnya.
PIP. PIP. PIP.
Jam weker yang berada di meja di samping tempat tidur si pemuda berdering sangat keras. Pemuda itu berdecak kesal, mematikan jam wekernya dengan kasar, lalu berencana kembali tidur sebelum menyadari suatu hal janggal pagi ini.
"Um? Kenapa gulingku jadi selembut ini?" Gumamnya sembari meraba 'sesuatu' yang ia peluk sedari tadi.
Ia mengusap matanya beberapa kali, lalu mengerjap sebelum beberapa detik kemudian terjatuh dari tempat tidur dengan histeris.
"GYAAAA!"
Mikuo Hatsune. Kelas 2 Crypton Gakuen. 17 tahun. Untuk pertama kalinya. Mengetahui bahwa ia sudah memeluk, ah bukan, yang benar tidur dengan seorang cewek cantik di kamarnya!
"Si-Siapa kau?!" Jeritnya histeris lagi.
Gadis itu terbangun, lalu membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk dengan wajah tidak bersalah.
"Ohayou, Mikuo-kun." Jawab gadis itu dengan lembut lalu mengecup pipi Mikuo yang duduk di lantai dengan santainya.
"A-apa yang kau lakukan?!" Pipi Mikuo memerah, sementara tingkahnya semakin gelagapan.
"Tentu saja, melakukan 'ciuman selamat pagi'." Jawab gadis itu dengan tawa ringan, seolah-olah hal yang ia lakukan adalah hal yang 'biasa'.
"T-tapi—! Ah sudahlah, yang penting siapa kau?!"
"Aku?" Tanya gadis itu kembali dengan memiringkan kepalanya. Bingung.
"Watashi wa Seiyu desu! Yoroshiku onegaishimasu~" Jawabnya sambil membuat tanda piece dengan dua tangannya.
To be continued
Sepertinya saya memotongnya dibagian yang kurang pas, terus juga ada beberapa bagian yang absurd karena setelah saya ketik belum sempat saya benarkan karena sibuk menyiapkan natal. (=w=)a
Well, saya harap chapter pertama sebagai hadiah natal saya ini bisa membuat kalian senang, dan bersedia membaca chapter selanjutnya. XD
Yosh. Pembaca yang baik selalu meninggalkan 'jejak'. Jangan lupa read and review! Karena review kalian membantu saya hidup, eh, maksudnya membantu saya berkembang menjadi lebih baik lagi.
Jaa~
