Yeah! Yeah! Yeah! (kesambet Chris Brown)

Kayaknya semangat nulisku lagi lumayan ni. Mumpung masih semangat dan ada ide, kenapa nggak nulis fic lagi :D Tapi masih aja blom ada mood bikin fic drama romantis penuh cinta yang mengeksplor jiwa nyinetronku #halah!

Yakk! Langsung saja mari kita lanjut.

Summary: Genma yang selamat dari kecelakaan, Kakashi yang batal menikah, dan Naru-Sasu-Sai yang tersesat. Mereka tidak saling mengenal hingga mereka tiba di Akamori. "Iirashai," sambut Sakura dengan senyuman manisnya. Dan seluruh rencana mereka pun berubah total.

Naruto © Masashi Kishimoto


Akamori

"BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN?" pemuda berplester di hidung dengan bersemangat meneriaki pemuda lain yang berdiri tidak jauh darinya.

"ITU JIMAT KEBERUNTUNGAN PEMBERIAN SHIZU-CHAN! KALAU HILANG AKU AKAN SIAL SEUMUR HIDUP!" balas si pemuda kedua berteriak lebih keras.

"HOI! SHIZUNE BUKAN MEMBERIKANNYA UNTUK KAU SELAMATKAN! BIAR SAJA ITU JATUH!" teriak pemuda lain yang berdiri di ujung.

"KAU TIDAK AKAN PERNAH MENGERTI IZUMO! INI YANG NAMANYA PEMBERIAN PENUH CIN.. AAAKH!"

"GENMA! KOTETSU, TALINYA!"

"PEGANG! GENMA! GENMAAA!"

Angin bertiup kencang membawa suara teriakan ketiga pemuda itu. Satu suara menghilang di tengah deru angin, dua yang lain menghilang saat dua pemuda itu hanya bisa menatap jatuhnya rekan mereka dalam diam. Sahabat yang sudah bersama-sama sejak SD dan sekarang bekerja bersama, begini sajakah akhir kisah mereka?

"Bodoh.."

"Ayo Izumo. Kita harus menyingkir dulu dari sini. Kita akan mencoba menyelamatkan Genma setelah kita menyelamatkan diri kita sendiri,"

Izumo menahan isakannya menatap tali penyambung nyawa Genma yang melambai ditiup angin. Benar kata Kotetsu, ini bukan waktunya bersedih atau panik. Genma mungkin saja berhasil mendarat dengan selamat. Paling hanya tergores ranting atau batu. Makhluk satu itu kan walau dibunuh juga tidak akan mati.

Izumo menggapai tali penyambung nyawa Genma dan melingkarkan pada tubuhnya sendiri kemudian merapat ke dinding dan melanjutkan perjalanannya mengikuti Kotetsu.

Ini tidak ada dalam rencana. Semuanya. Cuaca yang tiba-tiba memburuk, jalanan setapak yang tertutup longsor dan gempa yang meruntuhkan bukit berbatu, satu-satunya jalan yang membawa mereka turun. Mereka tidak pernah memperkirakan akan terjadi serangan sedahsyat ini hingga membuat salah satu dari mereka mengalami musibah. Seharusnya liburan kali ini akan seru karena ini adalah acara naik gunung pertama mereka setelah dua tahun mereka terlalu disibukkan dengan pekerjaan. Perayaan Izumo karena berhasil mendapatkan promosi yang diidamkannya, perayaan Genma yang akhirnya berhasil menembak incarannya sejak SMP, dan perayaan Kotetsu karena proyeknya selesai dengan sukses.

Tapi siapa sangka, dalam perjalanan pulang, Genma benar-benar berpulang.

=O.O=

"HEI! KEMANA MATAMU?"

"AWAS BODOH!"

Pria berambut keperakan tegak menyeberangi jalanan dengan tergesa-gesa, sama sekali tidak memperhatikan lampu lalu lintas yang masih menyala hijau. Dan jalanan siang yang sudah cukup ramai itu sekarang makin ramai karena suara klakson kendaraan yang menjerit bergantian ditambah makian dahsyat para penumpangnya. Para pejalan kaki pun turut menyumbangkan gumaman dan tatapan tajam.

Bukan hanya karena kecerobohan si pria berambut ala sapu itu, tetapi juga karena pakaiannya yang sama sekali tidak terlihat cocok berada di jalanan dengan semua ketergesaannya. Aneh. Sangat aneh, dan tentu saja mengundang rasa ingin tahu. Apa yang dilakukan seorang pria tampan berambut keperakan di tengah jalan dan berlarian tergesa-gesa dengan hakama lengkap pengantin pria menjauhi kuil? Teroris yang sedang menyamar untuk meledakkan kuil? Atau ia sedang kabur dari pernikahannya?

Semua orang yang menatapnya di sepanjang jalan langsung berhenti dari aktifitas mereka hanya untuk menatap si pengantin pria itu berlari ke arah sebuah gedung dan dengan mantap mendorong pintu kacanya hingga terbuka. Bahkan satpam yang biasanya menahan setiap tamu mencurigakan pun hanya bisa bengong menatapnya segera melesat masuk ke dalam lift.

"Ah! Kakashi-san!" seorang gadis bercepol dua dengan kotak karton di tangannya muncul begitu pintu lift yang ditumpangi si pengantin terbuka. Dengan nafas terengah, Kakashi menatap gadis itu sepintas dan melangkah keluar.

"Waah.. siapa yang menikah?" lanjut si gadis bercepol menatap kagum Kakashi yang tidak menghiraukannya dan langsung berlari menuju sebuah pintu dan mengetuknya.

"Anoo.. Kakashi-san," si gadis bercepol menjauhi lift dan mendekati Kakashi yang masih mengetuk pintu sambil terengah. Masih kesulitan mengatur nafasnya.

"Aku Tenten, masih ingat? Kita ketemu di cafe di seberang apartemen beberapa hari yang lalu," si gadis bercepol masih melanjutkan dan Kakashi masih tidak menghiraukannya dan dengan makin kesal mulai menggedor pintu dengan panik hingga pintu itu terbuka. Kakashi langsung membuka pintu dan menyerbu masuk untuk menemukan ruangan kosong di hadapannya.

"Anoo.. Rin-san pindah kemarin," Tenten melanjutkan sambil melongokkan kepalanya ke dalam ruangan kosong. Kakashi langsung berbalik menatapnya. Wajahnya sekarang benar-benar pucat.

"Rin-san menitipkan ini," Tenten kemudian mengambil sesuatu dari dalam kotaknya dan mengulurkannya pada Kakashi yang hanya menatapnya.

"Apa itu?" akhirnya si pengantin pria bersuara.

"Surat kurasa," jawab Tenten singkat, masih mengulurkannya pada Kakashi yang tidak juga mengambilnya. Hanya menatapnya.

"Buat apa Rin memberiku surat? Kami harusnya menikah satu jam yang lalu,"

"He?"

=O.O=

"Ayolah Sasukeeee... demi teman. Sekali ini saja! Aku tidak akan minta tolong lagi," seorang anak berseragam SMU berambut ala duren kuning menangkupkan kedua tangannya di hadapan temannya yang hanya menatapnya dengan acuh.

"Terakhir kali aku diskors gara-gara kau, itu yang kau bilang untuk terakhir kali. Waktu aku harus membatalkan liburanku, itu juga yang katamu untuk terakhir kali," jawab Sasuke datar, tidak mengindahkan tatapan berharap sahabat sehidup sematinya itu.

"Sungguh! Ini untuk yang terakhir, terakhir, terakhir kali. Tidak akan lagi. Ayolah Sasuke!" si pirang jigrag terus memohon.

"Yeah, ayolah Sasuke," pemuda lain berambut hitam yang ada di situ sambil menulis di bukunya ikut-ikutan membantu si pirang dengan nada datarnya.

"Sai sudah setuju ikut, kenapa aku juga harus ikut?"

"Sai kan tidak sepintar kau!"

"Oh, begitu ya Naruto? Setidaknya aku masih jauh di atasmu. Tolong hati-hati dengan pemilihan katamu," jawab si empunya nama Sai sekarang menatap Naruto dengan sebuah senyuman manis yang sama sekali tidak berarti bagus. Naruto membungkuk dengan sopan dan mengucapkan maaf dengan formal pada Sai barulah Sai kembali menekuni bukunya.

"Haaah.. kapan acaranya?" akhirnya Sasuke menyerah.

"YES! Jumat sore, jam tiga kujemput. Acaranya sampai jam enam sore. Kalau menang, kita akan dapat paket liburan gratis! Kau tidak akan menyesal!" seru si pirang bersemangat langsung melompat memeluk sahabatnya yang secara reflek menepisnya dengan sengit. Naruto sama sekali tidak menghiraukan tolakan kasar Sasuke dan langsung berlari sambil melompat-lompat keluar kelas tidak lupa berteriak-teriak kegirangan meninggalkan pemuda berambut ala ekor ayam itu yang hanya bisa menghela nafas.

"Si bodoh itu, kenapa bisa punya ide ikut kuis seperti ini sih? Memangnya dia sadar dengan kapasitas otaknya?" gumam Sasuke sambil merapikan buku-bukunya dan menyimpannya dalam tasnya sebelum menghampiri Sai dan menerima bukunya yang dipinjam Sai untuk disalin.

"Yang dia lihat bukan kuisnya, tapi hadiahnya. Dia kan sudah lama sekali kepingin pergi ke sana. Lagipula, liburan di penginapan pemandian air panas kedengarannya asik," Sai ikut merapikan buku-bukunya dan mengangkut tasnya mengikuti Sasuke meninggalkan kelas yang sudah kosong.

"Walau begitu, kita tetap harus menaikkan kapasitas otaknya sebelum hari Jumat."

=O.O=

"Sakura!"

"Haaaai!" gadis berambut pink panjang di luar rumah berteriak ketika mendengar namanya dipanggil. Ia mendongak dan menatap wanita berambut pirang panjang yang tampak dari jendela di kamar atas.

"Aku akan turun kau mau titip sesuatu?"

"Umm.. Tidak,"

"Baiklah. Tolong jaga rumah ya,"

"Siap, kaa-san!" jawab Sakura menempelkan dua jarinya di dahinya dan melemparkan hormat untuk ibunya yang tersenyum dan melambaikan tangannya. Sakura kemudian kembali sibuk memilih beberapa buah tomat berwarna merah dan memasukkannya ke dalam keranjangnya. Ia kemudian mengangkutnya dan membawanya masuk ke dalam rumah untuk membuat makan siang.

"Oke, mari kita masak!"

=O.O=

Genma merasakan tubuhnya terbaring dengan sangat nyaman. Tubuhnya terasa sejuk. Iapun membuka matanya dan melihat langit cerah berwarna biru dengan segumpal kecil awan putih. Seekor burung terbang melintas dengan kicauan yang sering didengarnya belakangan ini saat mendaki gunung, dan iapun teringat.

"Izumo, Kotetsu, apa kalian baik-baik saja?" gumamnya kemudian berusaha duduk. Genma menyadari kalau dirinya setengah terbaring di sungai dangkal berair jernih. Suara dan kilauan airnya membuat Genma mulai memandangi sekelilingnya dengan takjub. Pepohonan di sekelilingnya berwarna-warni. Beberapa pohon berwarna hijau, tetapi hampir seluruh tempat itu dipenuhi pohon berwarna kuning dan merah. Tempat ini benar-benar cantik, batinnya membiarkan bibirnya menyunggingkan senyum. Genma segera bangun dan berjalan meninggalkan sungai.

Hutan itu sama sekali tidak terlihat pernah didatangi manusia. Lantainya terlihat berwarna-warni karena dedaunan yang berguguran. Bibir pemuda itu kembali tersenyum saat melihat sebuah rumah yang berdiri di tanah lapang di hadapannya. Rumah itu cukup besar dengan dua tingkat.

Saat Genma melangkahkan kakinya keluar dari batas hutan, ia menatap seorang gadis berambut merah muda tengah membentangkan kain berwarna putih di tali jemuran dan menjepitnya. Angin sepoi bertiup membuat rambut gadis itu berkibar ringan.

"Apa aku sudah sampai di surga?" gumam Genma membiarkan kakinya membawanya mendekati rumah itu. Gadis itu melihatnya datang kemudian menyunggingkan senyuman manisnya pada Genma.

"Iirashai," sambut Sakura melihat Genma mendekat.

=O.O=

Kakashi menghela nafas dalam-dalam saat turun dari kereta. Udara di tempat itu terasa sangat sejuk. Gunung dan rimbunnya pepohonan berwarna-warni turut membuatnya rileks. Ia melemparkan ransel ke bahunya kemudian berjalan meninggalkan peron kecil yang kosong. Tidak ada orang lain yang turun di tempat itu. Faktanya, dialah penumpang terakhir di kereta itu.

Kakashi mulai berjalan tanpa tujuan. Dia hanya mulai menapakkan kakinya ke arah hutan, meninggalkan jalan setapak, mengikuti suara air yang didengarnya samar-samar. Siang itu matahari sudah mulai bergerak turun dan mulai bersinar keemasan, tetapi Kakashi tidak peduli. Ia hanya ingin menyendiri sekarang.

Setelah upacara pernikahannya yang dibatalkan sepihak, Kakashi seperti kehilangan nyawanya. Rinnya menghilang dalam semalam. Tanpa kabar dan tanpa peringatan sedikitpun. Yang benar-benar membuatnya shock adalah Rin yang pergi begitu saja dengan Obito, salah satu kenalan Kakashi yang dikenalkannya pada Rin di sebuah pesta. Rin hanya meninggalkan sebuah surat singkat yang mengatakan kalau ia menikmati waktunya bersama Kakashi tetapi baru menyadari kalau mereka tidak mungkin bersama.

Setelah itu ia tidak bisa mendengar siapapun berbicara di sekelilingnya dan akhirnya memutuskan untuk menenangkan diri sebentar. Kakashi hanya ingin berada di tempat yang tenang dan tujuannya sebuah gunung yang dulu pernah didatanginya saat masih kecil bersama ayahnya. Ada sebuah sungai di sana, tempat yang benar-benar sempurna untuk menyendiri. Bersemedi

Kakashi mengandalkan instingnya untuk menemukan tempat itu. Sudah berjam-jam ia berjalan, tetapi tampaknya otak dan ototnya belum berkomunikasi dengan baik hingga Kakashi sama sekali tidak merasa kelelahan hingga sebuah aroma sampai ke hidungnya saat matahari sudah mulai terbenam. Otaknya menyentakan tubuhnya dan memberitahunya.

"Lapar.." gumam Kakashi menyentuh perutnya yang berkeriuk cukup keras. Ia sama sekali tidak memikirkan apapun tentang makanan ataupun istirahat. Tetapi aroma yang diciumnya benar-benar membuatnya tersadar kalau dia butuh makan dan istirahat. Kakashi mengikuti hidungnya dan berjalan menuju cahaya di ujung hutan yang dijelajahinya dan menemukan sebuah rumah dua tingkat di hadapannya dengan asap tipis mengepul dari salah satu atapnya.

Sebuah papan yang dipasang di depan rumah itu menaikkan sedikit sudut bibir Kakashi dan membuatnya memutuskan untuk mendatangi rumah itu. Tidak ada salahnya beristirahat sebentar dan makan sebelum benar-benar menyendiri. Kakashi menapaki tangga dan melintasi teras terbukanya kemudian menggeser pintunya, membuat sebuah bel berdenting di atasnya.

"Iirashai," sambut gadis berambut merah muda panjang dengan senyuman di wajahnya. Hanya untuk malam ini, batin Kakashi membalas senyuman Sakura.

=O.O=

"Sudah kuduga aku akan menyesali ini," gerutu pemuda berambut ala ekor ayam menatap tajam Naruto yang berkonsentrasi membaca peta di tangannya. Yang ditatap tetap berkonsentrasi pada kertas di tangannya, berusaha keras tidak menghiraukan tatapan menusuk tajam dua orang di dekatnya.

Kuis yang mereka ikuti sudah mereka selesaikan dengan sukses dan mereka benar-benar mendapatkan yang Naruto idamkan. Hadiah utama menginap gratis di sebuah vila lengkap dengan pelayanannya dan pemandian air panasnya. Masalahnya sekarang adalah..

Vila itu tidak bisa ditemukan hanya dengan selembar peta buta.

"Aku pulang!" akhirnya Sasuke dengan kesal mengumumkan dan beranjak meninggalkan batu besar yang mereka duduki di tepi sebuah jalan kecil berbatu. Sai hanya meliriknya, tetap dengan santai menyangga dagunya dan bersila di atas batu.

"Keretanya baru akan kembali besok siang," umum Sai kembali menatap Naruto yang sekarang memutar-mutar peta dan mencocokkannya dengan kompas kecil di atas batu.

"Cih!" Sasuke sudah sangat kesal. Makanya dari tadi Naruto tidak berani bersuara. Sebuah kata yang salah akan langsung membuatnya jadi almarhum melihat kondisi Sasuke sekarang. Naruto dengan takut-takut menaikkan matanya dari peta di hadapannya untuk melirik Sasuke. Sungguh sial saat itu Sasuke sedang menatapnya dengan sengit. Seandainya amaterasu benar-benar nyata, pasti saat itu juga Naruto sudah terbakar habis tak berbekas.

Glek!

Naruto menelan ludah dan langsung menunduk mengamati petanya lagi. Tetapi dilihat berapa kalipun, peta itu tetap saja tidak bisa memberitahu di mana posisi mereka sekarang.

"Sini!" Sasuke dengan sengit menyentakkan peta dari tangan Naruto dan langsung berkonsentrasi. Ia mulai menelusuri gambar garis putus-putus yang mengindikasikan denah rel kereta dan menemukan stasiun yang mereka darati. Setelah itu mereka mengikuti jalan kecil di luar stasiun. Di dalam peta memang ada garis-garis tipis yang menandakan jalan, tetapi Sasuke sangat yakin, jalanan tempat mereka beristirahat sekarang tidak tergambar di dalam peta.

"Haaah.. oke. Jalan terakhir. Naruto, kau panjat pohon dan cari di mana ada rumah, kita ke sana!" perintah Sasuke tegas.

"Heeeh? Kenapa aku?" protes Naruto jelas sangat keberatan, tetapi ia langsung terdiam begitu Sasuke menatapnya dengan tajam. Naruto akhirnya berjalan juga menuju sebuah pohon dan meregangkan tubuhnya sedikit. Sudah lama dia tidak memanjat pohon, tetapi itu kan memang salah satu keahliannya. Dengan sigap Naruto segera melompat dan memanjat hingga dahan tertinggi yang bisa dipanjatnya. Ia mulai memandang berkeliling dan langsung berteriak girang.

"DI SANA! ADA RUMAH BESAR! PASTI ITU VILA YANG KITA CARI!" serunya dari atas pohon sambil menunjukkan arah rumah itu berada. Sasuke meneriakkan arahnya dari bawah dan memastikannya dengan kompas. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan mereka kembali. Kali ini sama sekali tidak mengikuti jalan setapak, tetapi langsung berjalan lurus ke arah yang ditunjukkan Naruto dengan bantuan kompas. Mereka memasuki hutan berwarna-warni, menyeberangi sebuah sungai dangkal yang jernih hingga sampai di tepi hutan kecil yang membawa mereka ke sebuah tanah lapang yang cukup luas.

Rumah itu seperti mengundang mereka dan mereka pun dengan bersemangat berjalan mendekati rumah itu.

"Akamori?" gumam ketiga anak itu hampir bersamaan. Mereka saling tatap dan kembali mengecek peta. Itu bukan nama vila yang mereka tuju.

"Terserah! Aku sudah lelah. Aku mau beristirahat di sini saja. Kalau kalian mau mencari vila itu, cari saja sendiri!" Sasuke langsung berjalan memasuki rumah itu diikuti Sai yang tersenyum lega di belakangnya.

"O.. Ooii.. Tunggu! Sai! Kenapa kau juga?" protes Naruto langsung menarik Sai. Sasuke sudah menggeser pintu dan membuat bel berdenting di atasnya. Naruto baru saja mau mengajukan protesnya saat ia mendengar suara riang menyambut Sasuke.

"Iirashai," gadis berambut pink panjang yang tampak dari pintu langsung membuat Sai dan Naruto buru-buru masuk mengikuti Sasuke.

=TuBiContinud=


Cukup sekian dulu pembukaannya. Perkenalan para karakter yang bakalan main. Oiya, masih ada satu lagi karakter yang blom muncul. Bapaknya Sakura aka suaminya Tsunade (Yap! Yang jadi ibunya Sakura: Tsunade).

Mari kita liat siapakah laki-laki beruntung ini? Yang mau nebak monggoo.. Yang berhasil menjawab dengan baik dan benar akan mendapatkan pujian dari saya ahahahaha... *dilemparin pop corn*

Tehe..

Oiya, Akamori bisa diartikan Hutan Merah karena emang sekeliling rumah itu hutan (kecil) yang hampir didominasi pohon warna merah ^^. Lalu, apakah Akamori ini? Banyak pertanyaan ni. Tapi gapapa. Biasanya klo guru kan setiap slese ngajar pasti ninggalin pertanyaan yang menjadi misteri dan membuat murid-muridnya susah tidur. Makanya, aku pengen kek gitu juga hehe... #mulaingelanturgajelaslagi

Si yu next chap kalo begitu. Jaaa.. :D