Sinar matahari masuk melalui celah korden sebuah kamar, disana cukup gelap dan sunyi, hanya terdengar suara detak jarum jam. Seseorang yang tengah tertidur dengan balutan selimut itu akhirnya membuka kelopak matanya dan menampilkan mata berwarna hijau cerah.

Tanpa membuang waktu dia bergegas bangun dari posisi tidurnya menjadi berdiri, merapikan tempat tidurnya dan setelah dirasa cukup rapi dia bergegas pergi kekamar mandi dengan handuk yang bersandar dibahu kanannya dan memulai harinya.

Setelah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat segar, dia berjalan menuju sebuah almari pakaian dan mengambil satu stel seragam sekolah menengah keatas, tanpa banyak bicara dia bergegas memakainya.

Sama seperti beberapa saat yang lalu tempat itu tetaplah sunyi dan hanya terdengar suara detak jarum jam, mata hijau cerah itu memperhatikan penampilannya didepan sebuah kaca besar dan setelah merasa cukup, ia mengambil tas sekolahnya dan keluar dari kamar tersebut.

Berjalan kearah sebuah tangga menurun, suasana rumah itu sunyi namun dia tak terlalu memperdulikannya, tujuannya adalah ruang makan.

"Ohayou." Seorang wanita yang tengah terduduk disebuah kursi diruang makan itu menyapanya dan anggukan menjadi balasan darinya. Dia duduk disebuah kursi yang berhadapan dengan wanita itu dan mulai menikmati makanan yang terhidang disana.

"Aku akan pergi lagi nanti sore,"

"..." tak ada jawaban yang didapat dari wanita itu, namun wanita itu tak mempermasalahkannya. Dia malah tersenyum tipis saat melihat orang yang diajaknya bicara menatapnya dengan tatapan kesukaannya.

"Dan kuharap ... semua tetap dibawah aturanku." Lanjutnya, dan anggukan kembali menjadi jawaban dari semua perkataannya. Mata sewarna madu itu menatap puas pada gadis didepannya.

'tetaplah seperti itu ... untuk selamanya.'


BONEKA

.

.

.

.

A NARUTO FanFiction

With standart disclaimer applied

.

.

.

Alternative Universe(AU) Out of Character (OoC) Typo(es) DLDR! Etc

.

.

.

Happy Reading!

Hope You like!


On-Ningyou atau nona boneka nama terkenal dari sosok gadis berhelaian merah muda itu. Senju Sakura. Bukan tanpa alasan banyak orang yang memanggilnya begitu, dia memiliki tubuh mungil, wajah yang cantik tanpa cela, sikapnya yang anggun dan banyak lagi. Semua orang yang melihatnya akan selalu terkagum-kagum tanpa tahu ada rahasia yang cukup kelam dalam kehidupannya


Seorang gadis berhelaian merah muda itu memasuki lingkungan sekolah menengah keatas yang cukup elit, beberapa murid menatapnya sama seperti setiap harinya namun melihat kearah raut wajahnya dia terlihat tak peduli, beberapa murid juga menyapanya dan anggukan adalah caranya membalas sapaan mereka.

Dua orang murid perempuan menghampirinya.

"Ne... Oujo-sama lama sekali." Seorang berhelaian kuning keemasan itu memberikan sapaan padanya.

"Yame nasai, Ino" balasnya datar. Tatapan matanya melirik sebentar kearah gadis itu.

"Aku hanya bercanda Sakura." Balas Ino

"Mou... Sakura-chan, Ino-chan sudahlah." Gadis berhelaian biru kehitaman mencoba menghentikan Ino hanya tersenyum menanggapi perkataan gadis.

Mereka bertiga berjalan beriringan dikoridor, dapat dilihat bahwa kedua gadis yang bersamanya adalah teman dekatnya. Yamanaka Ino dan Hyuuga Hinata, hanya mereka yang dekat dengan sosok Senju Sakura dan mungkin hanya mereka yang akan mendapat respon lebih dari sekian orang yang mengenalnya.

"Souka ... Neji-niisan juga bersekolah disana." Hinata menanggapi perkataan Ino tentang kekasihnya.

"Hontou ka? Saa ... bagaimana kalau kalian bertemu dengan Sai-kun, aku akan mengatakan padanya untuk membawa beberapa temannya, bagaimana?" Balas Ino, mendengar perkataan Ino membuat Sakura menghentikan langkahnya. Raut wajah yang datar masih ditunjukannya disertai dengan tatapan kosongnya.

"Dekimase," kata-kata itu keluar dari kedua belah bibirnya

"Eh." Ino dan Hinata terkejut mendengarnya.

"Atashi ... dekimase." Lanjutnya, raut wajah datar tetap ditunjukkannya.

"Sakura, setidaknya kau bisa menunjukkan ra―"

"Ino-chan Yame nasai!" Ucapan Ino terpotong oleh kalimat yang dikeluarkan Hinata, mata biru lautnya bergetar, kedua tangannya tertangkup kewajahnya.

"G-gomen, Sakura gomennasai." Kaliamt itu terdengar lirih, Sakura tetap tak bergeming. Posisinya maupun raut wajahnya, beberapa saat kemudian Sakura mengambil langkah maju.

"Iie, daijobu Ino. Gomen, atashi dekimase." Setelah mengucapkannya Sakura berjalan meninggalkan kedua temannya itu.

"Ne ... Hinata, terima kasih." Ino melepas tangkupan kedua tangannya dan tersenyum kearah Hinata.

Hinata hanya tersenyum menanggapi perkataan Ino.


"Na ... na ... na na na na...,"

"Na na na ... na ... na ... na na ... "Senandung itu terdengar ditepi sebuah sungai kecil yang dikelilingi beberapa pohon yang rindang. Sakura terduduk ditepi sungai, kedua belah bibirnya masih bersenangdung. Kedua tangannya memegang sebuah pita namun tatapannya tetaplah kosong.

Kepalanya yang tadinya tertunduk mulai terangkat, kedua manik hijau cerah itu menatap dedaunan yang terterpa angin.

"Sejak kapan?," pertanyaan retoris menghentikan senandungnya

"Aa, kurasa sudah lama sekali. Ne ... Nana."

FLASHBACK

Seorang gadis kecil berhelaian merah muda sebahu tengah menatap keluar jendela kamarnya, memperhatikan bagaimana sebuah pohon Sakura menggugurkan kelopaknya, tiba-tiba semua yang dilihatnya menggelap. Dua buah telapak tangan tampak menutupi pandangannya.

"Yame nasai, Oji-san," ujarnya datar, seorang pria berhelaian coklat itu hanya terkekeh menanggapi perintah yang dianggapnya rengekan dari keponakannya. Dia Senju Nawaki.

"Saa ... tadaima Sa-ku-ra," ujarnya sembari melepaskan kedua telapak tangannya.

Gadis kecil yang dipanggil Sakura itu menolehkan kepalanya dan menatap pamannya dengan mata hijau cerahnya, Nawaki sedikit terkejut saat melihat tatapan keponakannya itu. 'Souka ... Nee-san, sudah kau mulai. Kuharap aku masih bisa membuatnya tersenyum.' Dia melihat tatapan kosong keponakannya dengan prihatin, lalu dia teringat sesuatu.

"Lihatlah aku membawa apa." Sakura memperhatikan pamannya yang sedang mencari sebuah barang didalam tas yang dibawanya. Setelah dirasa menemukannya, Nawaki segera menggenggam tangan kiri Sakura dan memakaikan sebuah gelang.

Gelang itu terbuat dari kaca yang didominasi warna merah muda, disana terukir beberapa kelopak bunga sakura, gelang itu memiliki ujung yang berbentuk seekor kupu-kupu kedua ujung gelang itu disatukan oleh sayap kupu-kupu itu disertai dengan ukiran diseluruh permukaan gelang. Mata hijau cerah itu berbinar senang ketika melihat gelang itu, dia tak pernah melihat gelang seperti itu, saat dipakai gelang itu pun terasa ringan. Warnanya tak terlalu transparan dan tak terlalu gelap, Sakura menyukainya.

"Gelang itu dari ibumu, dia menitipkannya padaku saat kau masih berada digendonganku." Kedua manik yang awalnya berbinar itu sedikit meredup.

"Souka ...,"Ujar Sakura

"Saa ... mau ke taman bermain?," tawar Nawaki. Sakura mengangguk dengan mata yang kembali berbinar.

Seharian itu dihabiskan Sakura dan Nawaki untuk bermain disebuah taman bermain, Nawaki tersenyum saat mereka sedang berjalan pulang menuju tempat parkir. 'Setidaknya dia masih bisa tersenyum.' ujarnya dalam hati.

"Ne ... Oji-san, hayaku." Sakura menggoyang-goyangkan lengan kanan Nawaki, mereka akan menyebrang untuk sampai ditempat parkir.

Saat mereka menyebrang, sebuah mobil datang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Tanpa mereka berdua sadari dan dengan kejadian yang terasa seperti sekejap mata.

Brak

Tubuh Nawaki terpental kepinggir jalan dengan Sakura yang juga terdorong kearah berlawanan dengan Nawaki. Sakura yang shock karena dia melihat secara langsung bagaimana tubuh seseorang yang sudah dianggapnya paman itu tertabrak dan terpental, dengan segera meski tertatih-tatih Sakura menghampiri Nawaki yang telah meninggal dengan banyak darah yang keluar dari tubuhnya.

Mobil yang menabrak Nawaki itu berhenti sebentar, Sakura melirik kearah mobil itu. keadaan disana memang sepi namun dengan bunyi yang sekeras itu orang-orang akan datang sebentar lagi.

Mata hijau cerah itu membulat sekaligus bergetar.

"Doshite?!" hanya kata itu yang keluar dari kedua belah bibirnya saat melihat pengendara mobil itu menyeringai. Mobil itu segera melesat menjauh dari lokasi kejadian, beberapa orang datang setelah kepergian mobil itu, mereka segera melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Dan Sakura sendiri hanya menangis dan menggumamkan kata yang sama.

"Doshite?"


To Be Continue


Berharap gak ada typo yang nyelip di fict ini, pengennya ngelanjut fict Re-play tapi mood menghilang dan rasanya kalau tetep ngelanjut tanpa moodnya hasilnya gak bakal maksimal. dan rencananya ini mau one shot aja tapi akhirnya gak jadi. well, makasih udah mau baca fict abal satu ini.

Mind to RnR?