Sasuke mendesah pelan. Ini sudah musim dingin ketiga yang ia dan keluarganya lalui saat berada di Kyoto, mengikuti kontrak kerjasama ayahnya dengan salah satu perusahaan besar di Kyoto. Hari ini ia menunggu ayahnya, Fugaku, untuk selesai berbicara dengan salah satu rekan kerjasama nya. Sasuke cukup sering mengikuti ayahnya untuk datang ke rumah tradisional elegan di salah satu kawasan pusat Kyoto. Tumpukan salju yang ada di bawahnya sengaja ia singkirkan saat ia ayunkan kedua kakinya.

"Sasuke," pemuda itu menengok ketika ia mendengar namanya dipanggil. Saat itu Fugaku sudah melambaikan tangannya. Sasuke segera berdiri dan berjalan mendekati ayahnya.

"Ini putraku yang terakhir. Sedikit manja memang," tawa Fugaku lantas terdengar setelahnya.

Tawa pria itu terdengar setelahnya. "Aku juga memiliki seorang. Mungkin dia seumuran denganmu, dia bilang kau sering ikut ayahmu jika bermain kemari. Tubuhnya sering sakit-sakitan, kebetulan hari ini adalah ulang tahunnya. Apa kau mau bertemu dengannya, Sasuke?"

Sasuke hanya mengangguk mantap dan Fugaku hanya tersenyum.

"Ngomong-ngomong paman, apakah dia itu maksudnya anak anda?"

Fugaku melirik sebentar pria yang berjalan di samping putranya. Sebelum menjawab, pria itu hanya tertawa ketika pandangannya menangkap pertanyaan yang tersirat pada pandangan pria Uchiha di belakangnya. "Tentu saja! Kali ini yang kau temui adalah putriku."

Fugaku berjalan di belakang anaknya dengan perlahan. Membiarkan anaknya untuk mengikuti rekan kerjanya menyusuri roka. Sasuke tidak menoleh ke belakang sama sekali, ia terlalu penasaran dengan sisi ruang dalam rumah yang sering ia kunjungi. Terlebih ia akan menemui seorang gadis.

"Paman," Sasuke menarik ujung kemeja orang yang ada di depannya sebentar.

Pria itu hanya menoleh, "Ada apa?"

"Apa tidak apa-apa jika aku datang hanya mengucapkan tanpa memberi hadiah?"

"Kurasa tidak apa-apa."

"Namanya siapa?"

"Hyuuga Hinata."

.

.

.

Sasuke berjalan di belakang pria yang ia kenal sebagai relasi ayahnya. Pemuda kecil itu masih melirik sekeliling bagian dalam rumah yang sering ia kunjungi. Ia merasa rumah sederhana ini cukup luas dan menarik, meninggalkan kesan elegan dan glamour untuknya . Hiashi membuka pintu kamar putrinya dengan perlahan. Pria itu sedikit terkejut ketika kamar putrinya nampak kosong. Fugaku yang tak jauh di belakang hanya mengintip ketika dua orang yang ada di hadapannya ini tak kunjung melangkah masuk. Sasuke hanya mendongak menatap Hiashi.

"Ada apa?"

Hiashi hanya berbalik ke belakang, "Putriku tidak ada di kamarnya."

"Bukankah tadi paman mengatakan jika ia sakit?"

Hiashi berpikir sebentar. Pria itu berbalik dan melangkah melewati Fugaku, "Mungkin dia sedang berada di ruangan sebelah." Pria itu menuntun punggung kecil Sasuke untuk berbalik dan berjalan di depannya.

"Mungkinkah … dia?" Fugaku hanya berbisik ke sisi telinga Hiashi berusaha agar Sasuke tidak mendengarnya. Pria Hyuuga itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

Sasuke hanya diam dan menurut untuk melangkah. Pemuda itu menyusuri roka yang memutari kamar gadis Hyuuga itu dengan tetap mengamati sekelilingnya. "Paman, kenapa mulai dari ruangan kamar tadi hingga daerah ini semuanya dari kaca?"

"Karena paman dan ayahmu sedang membangun proyek yang sangat besar jadi untuk memudahkannya, paman membuat ruangan dekat ruang kerja menjadi transparan. Kebetulan putri paman juga menyukainya."

Sasuke tertarik, "Membuat apa?"

"Robot," Kali ini Fugaku yang angkat bicara. "tapi bukan robot biasa."

Sasuke memandang takjub kedua pria yang ada di hadapannya. "Boleh aku melihatnya?"

Fugaku dan Hiashi hanya berpandangan saja tanpa menjawab.

"A-Ah, jadi bagaimana jika kita mencari Hinata terlebih dahulu?"

Sasuke hanya mengangguk tanpa tahu jika ayahnya berusaha mengalihkannya.

"Nanti aku akan melihat robotnya bersama Hinata."

.

.

.

Hinata menengok ke belakang ketika ayahnya menggeser perlahan fusuma ruangan. Tanpa ia melihat, bayangan orang-orang yang akan masuk akan mudah dilihatnya dari dalam ruangan yang transparan. Hinata membenarkan kimono nya dan berdiri. Begitu Hiashi mendekat, gadis itu langsung bersembunyi di belakang tubuh besar ayahnya. Fugaku dan Hiashi hanya tersenyum melihat tingkah anak gadis yang ada di belakang Hiashi. Sasuke semakin mendekat merasa penasaran.

"Bukankah kau bilang kau sering melihatnya di halaman depan? Kenapa sekarang tidak kau sapa?"

Hinata hanya mendonga menatap ayahnya. Rambutnya yang masih sebahu ikut bergerak saat gadis itu mengalihkan pandangannya kepada Sasuke.

"Nah, Sasuke. Bukankah ada yang ingin kau katakan kepadanya?"

Hinata semakin menyembunyikan dirinya di balik tubuh Hiashi. Sasuke semakin gugup ketika ayahnya mendorong punggungnya. "S-Selamat ulang tahun!"

Yang tersisa hanya dahi dan mata Hinata yang mengintip dari balik tubuh Hiashi. Pria itu hanya tertawa, "Ini putriku, Hyuuga Hinata. Dia memang sedikit pemalu."

Sasuke merasa punggungnya di tepuk beberapa kali oleh ayahnya. Pemuda itu mencoba melangkah menuju gadis kecil yang masih bersembunyi di balik tubuh ayahnya. "Aku Uchiha Sasuke. Mau bermain?"

Hinata masih tidak merespon. Merasa canggung akhirnya Sasuke mencoba mencari alasan yang lain, "Maaf aku tidak membawakanmu hadiah saat bermain kemari. Aku tak tahu kau bertambah umur hari ini."

"T-Tidak apa-apa." Sasuke mendongak ketika gadis kecil itu mulai menanggapinya.

"Kalau begitu ayo main bersama."

.

.

.

Fugaku berjalan berdampingan dengan Hiashi ketika pria itu masih menikmati suasana sejuk kediaman sederhana ini. keduanya masih diam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Ngomong-ngomong, seingatku, bukankah kau memiliki anak laki-laki?"

Hiashi hanya tersenyum dan menggidikan bahunya. Menjaganya untuk tetap rahasia.

"Mengenai robotnya, bagaimana?"

Hiashi hanya tertawa. "Kau lihat sendiri, kan? Masih jauh dari kata sempurna. Walaupun kita sudah mencobanya tadi, kurasa database dan motherboard nya ada yang kurang."

"Bagaimana dengan prosesornya?"

"Cukup aman. Setidaknya cukup untuk ukuran robot."

Fugaku masih menarawang langit-langit kediaman Hyuuga yang sejuk, "Apa kau yakin akan meneruskan proyek kerjasama ini?"

"Aku sangat yakin."

"Masalahnya, aku dan keluargaku harus kembali ke Tokyo 58 jam dari sekarang. Ada hal yang harus perusahaanku selesaikan sebelum golden week." Fugaku mendudukan dirinya di salah satu kursi empuk yang ada di ruangan yang Hiashi persilahkan masuk.

Sembari melakukan hal yang sama seperti Fugaku, pria itu masih diam berpikir. "Lalu proyeknya?"

"Aku akan datang kemari sebulan sekali dan kau cukup mendanai seperempat proyek ini, bagaimana?"

Hiashi hanya tersenyum. "Sebanyak apapun dana yang kau berikan, yang kubutuhkan adalah orang jenius dari Uchiha seperti kau."

Fugaku hanya menarik salah satu sudut bibirnya, "Suatu saat nanti kedua putraku yang akan menggantikanku. Mungkin Itachi, atau bisa saja Sasuke."

"Baiklah."

.

.

.

Sasuke duduk memerhatikan buku yang ditunjukan Hinata. Pemuda itu hanya diam ketika tangan kecil gadis yang ada di sampingnya ini membalik halaman. Ia tahu jika tubuh gadis yang duduk di sebelahnya ini cukup mungil meskipun mengenakan kimono hangat yang tebal. Dan Hinata hanya tersenyum sambil menjelaskan buku cerita yang dimilikinya. Pandangan Sasuke berganti ke selembaran halaman coretan crayon yang jatuh dari lipatan halaman. Ia meraih dan membukanya, menanyakan kepada gadis di sebelahnya.

"Ini apa? Coretan apa ini?"

Hinata hanya meraih dan tersenyum kecil. "Aku melukisnya walaupun tidak mirip. Ini sepupuku, dari keluarga ibu."

Sasuke hanya mengangguk. Ia kemudian menunjuk salah satu gambar yang berdiri di samping coretan yang ia kira setidaknya mirip dengan Hinata,"Siapa namanya yang berambut kuning ini?"

Hinata hanya menengok, gadis itu bingung. "U-Uzuma, Uzumaki? Kurasa Uzumaki Naruto."

"Oh,"

"Kami keluarga besar hanya bertemu setahun sekali, jadi aku sedikit lupa." Ia hanya tersenyum walaupun ia tahu Sasuke hanya mengangguk.

"Hei,"

"Hmm?"

"Kalau aku datang lagi nanti, kau masih mau main denganku?"

Hinata tidak menjawab, "M-Mungkin besok Naruto-nii akan datang. K-Kita bisa bermain bertiga kalau kau mau Uchiha-san."

Sasuke hanya menggelengkan kepalanya, Hinata bingung. "Bukan. Maksudku, hanya kita berdua saja. Kita bermain bersama, kau mau?"

Hinata masih tidak menjawab. "B-Boleh."

.

.

.


ANDROID SENTIMENTAL


Android Sentimental

©Hachi Breeze

©2015

Big thanks for ©Masashi Kishimoto

who created adorable characters in ©Naruto

Special thanks for you, reader, who had been waiting me so long

Uchiha Sasuke x Hyuuga Hinata

Find the others inside.

Hachi Breeze, proudly present:

Android Sentimental


*Childhood Memories*


.

.

.

Tokyo, 2030

Sasuke mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia masih belum kembali dalam kesadarannya penuh saat ia mendengar namanya beberapa kali di panggil. Hal pertama yang ia lihat adalah nametag teman kuliah sekamarnya, Sai. Dengan kalem dan tenang Sasuke tahu jika Sai berusaha mendudukan dirinya dengan tegap.

"Masih banyak hal yang harus dikerjakan oleh professor muda yang jenius seperti kau."

"Hentikan Sai, aku tidak tidur karena memperbaiki RAM yang kau ledakan semalam."

Sai hanya tertawa, "Kau sudah tidur lebih dari delapan jam. Itu sudah lebih dari cukup."

Sasuke mengerjapkan matanya sekali lagi. Barusan ia merasa jika akhir-akhir ini dirinya mendapatkan bunga tidur yang sudah lama ia rindukan. Ia bertemu dengan Hinata sekali lagi dalam tidurnya. "Aku ingin tidur lagi."

"Tidak bisa," Sai mulai membangunkan kembali tubuh Sasuke.

Pemuda itu hanya merengut ketika temannya tetap menarik jas putih yang dikenakannya. "Kau tahu, akhir-akhir ini aku bermimpi tentang masa kecilku. Mungkin aku sedikit merindukannya."

"Oh, ya? Siapa?" Sai tidak memedulikannya, ia tetap menarik jas yang dikenakan Sasuke.

Sasuke hanya tersenyum kaku dan menggidikan bahunya. Ia menuruti Sai untuk segera bangun. "Kurasa aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi. Dia salah satu korban dari tragedi Hyuuga tiga tahun yang lalu."

Pemuda itu berhenti. Ia hendak berbalik menghadap Sasuke yang berjalan mendekati pintu. "Tunggu, kau juga mengenal Hyuuga ternyata?"

"Yah, setidaknya aku mengenal satu yang seumuran denganku." Sasuke sedikit tersenyum sambil melepaskan jas putihnya untuk di letakkan di gantungan berdiri yang ada di samping pintu.

"Kau mau kemana lagi? Setelah ini kau harus menemui Itachi-senpai!"

"Aku hanya ingin mencari kopi sebelum menemui aniki."

Sai hanya diam. Pemuda itu nampak ragu untuk memberitahu Sasuke.

.

.

.

Bibir kota nampak begitu ramai. Sasuke hanya berjalan di bagian sisi pinggir saja. Ia tak begitu sering keluar di jam sibuk seperti ini. biasanya jika ia keluar siang hari seperti ini karena terdesak untuk mencari motherboard baru atau peralatan lain yang sering Itachi titipkan kepadanya. Pemuda itu melihat papan iklan pada layar LED raksasa di tengah kota. Menampilkan beberapa iklan yang tak familiar dilihatnya. Pemuda itu tak begitu memerhatikan jalan ketika pundaknya tak sengaja menabrak seseorang.

"Ops,"

Sasuke masih tidak bisa memahami situasinya. Hawanya terlalu panas di saat ia dalam kondisi mengantuk.

"Oi, kau tidak apa-apa, kawan? Mukamu pucat sekali."

Sasuke tidak mendengarkan. Ia hanya menunduk meminta maaf. Begitu Sasuke hendak melangkah, hal terakhir kali yang di ingatnya adalah seorang pria dengan rambut kuning tengah berteriak kepadanya sebelum semuanya menjadi gelap.

.

.

.

Sasuke kembali terbangun ketika ia merasa udara di sekitar kulitnya sedikit sejuk. Suhu yang nyaman itu membuat Sasuke akhirnya terbangun. Di sampingnya ia menemukan pria yang tadi tak sengaja ditabraknya tengah mengipasi dirinya. Memberi bantuan menurunkan suhu di sekitarnya. Begitu Sasuke merasa malu, ia menunduk minta maaf dan berterima kasih setelahnya. Pemuda yang ada di hadapannya hanya tersenyum.

"Kau sepertinya dehidrasi. Baru pertama kali keluar di musim panas, ya?"

Sasuke tidak menjawab. Ia hanya memerhatikan pemuda itu sebentar.

"Kau mau kemana tadi? Mau makan? Kebetulan aku sudah memesan banyak makanan tadi, tinggal menunggu saja. Mungkin sebentar lagi akan datang."

"Terima kasih. Aku hanya butuh kopi."

Pemuda itu merasa kecewa dan sedikit mendecih, "Sudahlah, tidak apa-apa. Temani aku makan sebagai permintaan maafmu karena membuatku terlambat di janjian dengan gadisku."

Sasuke mengalihkan pandangannya kepada pemuda yang kini mengacungkan tangannya memanggil pelayan restoran. "Permisi, tambah kopi satu!"

Sasuke buru-buru hendak menolak. Pemuda ini tidak biasa dengan orang yang berlawanan dengan kepribadiannya. Cukup merepotkan untuknya.

"Ngomong-ngomong namaku Uzumaki Naruto. Kau siapa? Kau sepertinya kurang tidur."

"U-Uzuma, Uzumaki? Kurasa Uzumaki Naruto."

Sasuke menggelengkan kepalanya sesaat ia teringat ketika Hinata yang mengucapkannya. Bibirnya terkatup ketika ia ingin sekali bertanya apakah ia mengenal Hyuuga Hinata. "Sasuke. Namaku Sasuke."

Naruto hanya mengangguk mengerti sementara Sasuke hanya mengalihkan pandangannya.

Tak lama setelah itu beberapa pelayan datang sambil membawakan piring dengan makanan seperti yang dipesan Naruto sewaktu Sasuke pingsan. Pemuda itu nampak semakin tidak bisa menahan kegembiraannya setelah itu. "Ayo makan, Sasuke!"

Tepukan pelan yang mendarat di punggung Sasuke membuat pemuda itu merasa sungkan kepada Naruto. Sasuke meraih salah satu piring terdekat dan mengambil beberapa hidangan secara acak. Tak lama setelah itu kopi pesanannya datang. Sasuke dan Naruto masih diam ketika menyantap hidangan. Tak ada satupun yang berbicara.

Baru setengah jalan setelah Sasuke menghabiskan makanan yang ada di piringnya, Naruto tertawa setelah meletakan piringnya. Begitu Naruto mengambil gelas air mineralnya, Sasuke ikut meletakan piringnya untuk menyudahi makannya.

"Kenapa?"

Sasuke meraih sapu tangan yang akan ia gunakan untuk menyeka sisi mulutnya, "Tidak sopan untukku jika kau sudah selasai makan sedangkan aku meneruskan."

Naruto hanya tertawa, "Sudahlah! Makan saja."

"Aku akan membayar setengahnya."

Naruto hanya menggidikan bahunya. "Ngomong-ngomong aku minta maaf karena membuat gadismu menunggu terlalu lama. Jika ada yang bisa kubantu, katakan saja."

Naruto hendak mengatupkan bibirnya sambil menepuk pundak Sasuke, "Ini salahku. Maaf."

Naruto hanya tersenyum sambil menautkan kedua alisnya. Ia mulai meregangkan otot punggungnya sambil menyandar di bahu kursi restoran. "Sebenarnya aku sedang mencari seseorang bersama gadisku. Hanya saja, kau tahulah biasa, masalah faktor buta arah jadi kami tersesat."

Sasuke hanya mengangguk. "Aku bisa mengantarmu."

Naruto hanya menggeleng, "Kau kelihatan buruk, kawan. Pulanglah. Aku takut kau akan jatuh lagi nanti."

"Kalau begitu, aku akan membalas budi lain waktu jika kita bertemu kembali."

Naruto hanya tersenyum hingga akhirnya ia berdiri. "Aku akan menemuimu jika memang membutuhkan. Mungkin kita bisa menjadi teman."

Sasuke masih diam ketika pemuda yang baru ditemuinya berjalan menuju kasir.

"Mungkin bisa disebut teman."

Bisikan kecil yang terdengar itu membuat Naruto tersenyum saat tak sengaja mendengarnya.

.

.

.

Sasuke membuka pintu ruang penelitian kakaknya dengan hati-hati. pemuda itu menemukan kakaknya masih duduk di kursi roda dengan beberapa artikel yang ada di tangannya. Sasuke beralih mengamati sekeliling ruang penelitian kakaknya. Berharap menemukan obyek menarik yang bisa ia dapatkan dari kakaknya.

"Kau tidak mengetuk pintunya, Sasuke."

Sasuke mengalihkan pandangannya dengan cepat ketika kakaknya sudah tahu dirinya ada disana. Tangan panjang Itachi beralih ke salah satu sisi roda di kursinya. Ia memutarnya perlahan agar ia bisa berbalik menghadap adiknya, "Bagaimana? Sudah menemukan hal yang menarik?"

Itachi masih tersenyum ketika Sasuke hanya menggeleng. Ia melambaikan tangannya memanggil Sasuke. Pemuda itu mendorong kursi kakaknya untuk berjalan maju.

"Mungkin aku terlambat memberikanmu hadiah ulang tahun. Tapi mungkin kau bisa menjaga sementara robot hasil kerja keras mendiang tou-san bersama mendiang Hiashi-san."

"Robot?"

Itachi hanya menarik sudut bibirnya, "Kau tidak tahu? Kupikir kau sudah tahu selama kau menekuni studi yang sama sepertiku. Kau ingat saat kita masih berada di Kyoto? Inilah alasan mengapa kita berada cukup lama disana."

Sasuke masih tetap mendorong kursi kakaknya untuk berjalan. "Ingat ketika kau terus menerus mendesak ayah untuk melihat robot yang digarap selama kerjasama lima belas tahun yang lalu sehari sebelum pindah? Robotnya sekarang disini."

Sasuke berhenti, ia ingat sekarang. "Ah! Benarkah?"

Itachi hanya mengangguk, "Semua peralatan penting dari kedua belah pihak perusahaan ada di robot ini. mulai dari prosesor sensorik, alat pelacak, dan benda yang kau tak bisa bayangkan semua ada di robot ini."

Pemuda itu semakin tertarik, "Lalu?"

"Robot ini bisa mengunduh apa saja. Dan kau hanya butuh untuk update beberapa hal penting nantinya jika mendesak sekali."

"Benarkah? Itu mudah."

"Mungkin kau terkejut. Ayah pernah mengatakannya sekali, kau akan benar-benar terkejut."

"Kenapa?" Sasuke berhenti ketika Itachi meraih remote di meja.

"Robot humanoid kode percobaan 001, Hyuuga Hinata."

Sasuke masih mempertahankan senyumannya, mungkin dia salah dengar. Itu kan nama gadis yang sewaktu kecil pernah ia temui.

"A-Apa?"

"Namanya Hyuuga Hinata."

Kau bohong, kan?

"Hyuuga Hinata. Gadis yang kata tou-san pernah kau temui."

.

.

.


TBC? or END?