When Moonlight Scratch On The Window
Prolog
—o0o—
Genre : Drama, Romance, Fantasy, Supernatural, and Mistery (?)
Disclaimer: Cerita ini milik saya, semua karakter Inuyasha milik Rumiko Takahashi, saya hanya meminjam nama mereka. Saya tidak mengambil keuntungan dari penulisan cerita ini, tulisan ini hanya sebagai hiburan semata.
Warn! Typo(s) ‖ gaje ‖ ide yang mainstream ‖ OOC ‖ AU ‖ diksi tidak tepat ‖ dll.
Rating : M
Author : Emma Griselda ‖ Beta Reader: Sky Yuu & Editor: Writer Angelica
—o0o—
Malam ini bulan purnama penuh yang menghiasi kesunyian dengan sebuah sinarnya yang menentramkan hati. Cahaya indah bulan purnama penuh itu memantul di laut yang juga tergambar gugusan bintang layaknya sebuah kanvas yang sedang dilukis oleh seorang pelukis yang handal. Perlahan, bulan merangkak ke atas, tepat pada singgasananya yang agung. Sedikit dari cahayanya tersebar ke seluruh penjuru belahan bumi yang ada. Secercah cahayanya yang indah menggores pada jendela di salah satu bangunan rumah mewah yang lokasinya dekat dengan sebuah laut. Goresan itu mengenai jendela pada bangunan utama rumah. Temaram penerangan menghiasi bangunan utama rumah. Rumah itu luas bagaikan istana. Bukan bagaikan, tapi menyerupai Istana Heian yang berada di Heian-kyo. Rumah tersebut bergaya shinden-zukuri, layaknya rumah-rumah mewah para samurai yang dihormati maupun bangsawan lainnya. Terdapat lorong-lorong beratap yang terhubung satu sama lain untuk menuju bangunan utama rumah ini. Lorong yang saling menyambungkan ini, berlantai kayu dengan penyangga-peyangga yang berjajar rapi menahan beban atap yang menutupinya. Sepanjang lorong yang menghadap pada kolam buatan yang asri terdapat deretan shoji yang menjadi penyekat antara dalam ruangan dan dunia luar.
Goresan cahaya bulan itu perlahan mengetuk meminta izin pada si pemilik takdir untuk membelainya dengan sebuah kehangatan.
Tok Tok
Tok Tok
Tok Tok
Tok Tok Tok Tok
Sebuah suara terdengar dari balik jendela sebuah kamar yang tertutup rapat. Desau angin di luar memperburuk keadaan. Ketukan perlahan itu kini terdengar seperti sebuah paksaan yang ingin membuka sebuah jalan takdir. Tirai yang menghiasi jendela itu berkibar tak beraturan. Pada awalnya hanya semilir angin yang melewatinya, tapi kian lama berubah sebagai angin yang memaksa masuk ke dalam kamar untuk ikut melihat apa yang akan terjadi pada malam ini. Ia terus berusaha menerobos melalui celah jendela.
Tok
Tok Tok
Brakk
Jendela itu tak mampu menahan desakan angin yang memaksa masuk hingga akhirnya terbuka dengan lebar, menimbulkan suara yang tak bisa dibilang pelan akibat berbenturan dengan kokohnya dinding. Angin yang sedari tadi sudah tak sabar untuk memasuki kamar itu, kini mereka bisa melihat apa yang terjadi. Kelambu dengan berisik terus bergoyang-goyang disertai dengan desahan angin yang dingin. Seorang wanita tengah tidur dengan nyaman. Kimono berwarna hitam membalutnya dan selimut berwarna putih dengan bordir benang berwarna keemasan yang memperlihatkan sebuah lingkaran yang bermotif seperti bulan dan matahari yang bersatu dalam satu lingkaran yang disertai lidah api.
—o0o—
Malam yang sama, saat bulan purnama bersinar penuh.
Jendela pada kamar itu sengaja dibiarkan terbuka lebar. Lampu itu dibiarkannya mati. Pantulan cahaya bulan purnama itu menghiasi kamar yang luas layaknya sebuah lilin. Seorang laki-laki tertidur pulas dengan selimut berwarna putih. Di selimutnya terdapat bordir dengan benang emas yang begitu indah. Selimutnya bermotif matahari dengan lidah api yang terlihat begitu nyata dengan bentuk lingkaran penuhnya yang sama dengan bentuk penuh bulan purnama malam ini.
Angin meniup perlahan tirai jendela yang berwarna putih itu. Sesosok lelaki tidur dengan pulasnya. Ia tidak merasa terganggu dengan desahan angin yang meniup tirainya. Ia mulai bergerak perlahan ke sisi kanan dan cahaya bulan kini menyorotinya dengan penuh. Siluet wajahnya yang sempurna itu terlihat dengan jelas walau hanya tersinari sinar bulan. Ia beralih posisi miring ke sisi kiri lalu tak berapa lama ia berganti posisi ke kanan. Ia kini terlihat tak nyaman. Ia kembali berbaring pada posisi awal. Tak terhenti begitu saja, berkali-kali dia mengubah posisi dalam lelap tidurnya. Gelisah. Wajahnya yang sempurna itu menyiratkan kekhawatiran yang berlebih. Hingga pada akhirnya, sebuah nama terucap lirih dari mulutnya berkali-kali. Dia masih terlelap dalam tidurnya yang gelisah.
"Kikyo!" teriaknya dengan keras saat dirinya tertarik dengan sengaja dari alam bawah sadarnya secara tiba-tiba. Ia terperanjat dengan mata terbelalak. Napasnya tak beraturan disertai peluh yang membasahi keningnya.
Catatan:
Ini tulisan pertama saya dengan rate M. Lalu, saya ucapkan selamat datang di dunia fantasi saya! Saya menerima kritik, saran, atau masukan apapun itu dengan senang hati dari teman-teman. Saya ingin melihat respon dari teman-teman tentang tulisanku yang ini. Apakah fanfiction ini patut dilanjutkan atau cukup di sini saja, dengan banyak momen indah Sesshomaru-Kagome menanti di belakang ^ᴥ
—Emma Griselda—
