Title :Fallen Sky

Genre :Family/Angst

Pairing :6927, D18, 8059

KHR © Amano Akira

Warning :Death!Chara, OOC, Dark!Tsuna, Shounen-Ai

.

Vongola bukan lagi kelompok mafia saat Tsuna menjabat sebagai Neo Vongola Primo. Namun, keadaan itu malah membuat mimpi terburuk terjadi. Saat semua itu semakin memburuk—sebuah kejadian benar-benar akan mempengaruhi semuanya. Akanlah menjadi lebih baik, atau malah memperburuk suasana.

{1}

Chap. 1, Worst Nightmare

{1}

Mansion Vongola tampak sangat ramai pagi itu, saat merayakan ulang tahun dari mantan sun arcobaleno sekaligus tutor dari sang Neo Vongola Primo—Sawada Tsunayoshi. Setelah pesta berakhirpun, tampak Tsuna yang memakai jubah miliknya dan bersiap-siap dengan sesuatu.

"Shodaime, maaf kalau aku menolak melakukan misi untuk melindungi anda…"

"Tidak apa-apa Hayato," Tsuna hanya tertawa mendengarnya, "lagipula ini hanya pertemuan biasa untuk kerja sama. Dan sudah kubilang Neo Vongola bukan lagi kelompok mafia, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan…"

Tsuna memutuskan untuk setuju menjadi seorang boss dari Neo Vongola, dengan syarat kalau ia mengubah status Vongola menjadi kelompok Vigilate bukan kelompok mafia.

"Tetapi beberapa musuh Vongola masih mengincar anda…"

"Ada Reborn yang menemaniku, tenang saja!" Tsuna menepuk pundak Gokudera yang hanya diam sebelum mengangguk ragu. Sebelum bisa mengatakan apapun lagi, tiba-tiba saja seseorang merangkul bahu Gokudera tiba-tiba.

"Maa Hayato, tenang saja Reborn-san lebih kuat daripada kita bukan? Tsuna akan baik-baik saja," tersenyum lebar dan tampak melihat Gokudera yang saat ini wajahnya sangat memerah dan menepis tangan Yamamoto dengan segera.

"Ja—jangan pegang sembarangan! Aku tahu Reborn-san akan melindungi Shodaime!"

"Kalau begitu kau tidak perlu cemas dengannya, kita percayakan semuanya pada Reborn." Mengedipkan matanya dan tampak menatap Gokudera yang hanya bisa berkedip dan mendengus pelan.

"Kau tidak perlu mengatakannya bakka!"

Tsuna hanya tertawa dan menatap Yamamoto sambil tersenyum penuh arti. Melihat jam tangannya, tampak menyadari pukul berapa sekarang dan ia tahu Reborn akan memukulnya kalau sampai ia tidak datang.

"Ah baiklah, aku harus pergi sekarang—aku akan kembali pagi hari, tenang saja!" Tsuna segera berlari dan melambaikan tangannya—mengedipkan matanya pada Yamamoto, "berusahalah Takeshi!"

Dan yang bersangkutan tampak tersenyum lebar dengan semburat merah di wajahnya.

"Apa yang kau rencanakan?"

"Tidak ada~"

{1}

"Reborn benar-benar akan membunuhku…"

Tsuna masih berlari di mansion Vongola untuk menuju ke pintu depan utama. Beberapa anak buah tampak tersenyum dan membungkuk pada sang boss muda yang ada disana. Membalas senyumannya, saat tiba-tiba langkahnya terhenti oleh sosok sang Mist Guardian. Membawa sesuatu di tangannya yang seperti sebuah kotak kecil untuknya.

"Mukuro?"

"Kufufufu Tsunayoshi?" Mukuro segera menyembunyikan benda di tangannya dan tersenyum seperti biasanya, "oya, kau akan pergi? Besok adalah ulang tahunmu bukan?"

"Hanya sebentar, aku akan kembali besok pagi—" jawab Tsuna sambil tersenyum dan menatap Mukuro yang sekarang, entah kenapa tampak membulatkan matanya dengan sedikit warna merah di wajahnya, "—kau tidak apa-apa Mukuro?"

"Tidak—sebenarnya," tangan Mukuro yang masih menggenggam kotak di balik jaketnya hanya bisa mengeratkan genggamannya. Ragu akan melakukan sesuatu—dan pada akhirnya hanya bisa menghela nafas, "tidak, aku akan mengatakannya besok saja…"

"Eh?" memiringkan kepalanya dan tampak mengangguk, "baiklah, aku akan menunggunya!"

Mukuro hanya tersenyum dan mengangguk.

"Ah, sudah jam segini—aku akan pergi, sampai jumpa besok Mukuro!"

Mukuro hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Ya, sampai jumpa besok saat ia memberikan hadiah itu pada sang Neo Vongola Primo.

{1}

"Baiklah, kalau begitu kita sudah menyepakatinya? Aku akan membantu kalian, tetapi kami Vongola tidak akan terlibat lagi dalam kelompok mafia—" Tsuna yang berada di tempat pertemuan dengan Reborn di sisi kirinya hanya menjabat tangan salah satu dari orang yang ada disana.

"Anda benar-benar pemuda yang hebat. Aku memiliki anak yang seusia dengan anda tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang dewasa—" Reborn hanya mendengus dan membuat Tsuna sedikit terlihat marah. Kalau saja ia tahu bagaimana sikap dari Tsuna sebelum menjadi boss Neo Vongola.

"Anda pandai memuji signor Crossante—terima kasih sudah bekerja sama dengan Vongola…"

Tsuna segera bergegas keluar sambil menghela nafas. Ia benar-benar lelah—dan sekarang ia harus kembali ke Jepang setelah pertemuan di Italia ini. Tetapi ia akan melakukannya walaupun selelah apapun, karena ia tidak sabar untuk merayakan ulang tahunnya bersama dengan semua guardiannya—bahkan Mukuro dan juga Hibari.

"Dame-Tsuna, ada telpon untukmu…" Reborn yang menyita handphonenya selama pertemuan tampak memberikan handphone yang terhubung dengan nomor dari Chrome. Mengerutkan alisnya, tampak mengambil dan menerimanya.

"Chrome? Ada apa—keadaan disana baik-baik saja bukan?" hanya suara isakan kecil dan juga suara yang serak yang terdengar oleh Tsuna, "Chrome, tenanglah—ada apa?"

"Bossu… Mukuro-sama dan juga yang lainnya—" Tsuna membulatkan matanya saat mendengar perkataan Chrome yang saat itu ia harap adalah sebuah lelucon. Bahkan handphone yang ia pegang hampir saja terjatuh.

"T—tunggu Chrome, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, mereka—"

"B—Bossu, semuanya sudah tidak ada… Mukuro-sama dan juga yang lainnya sudah tewas…"

{1}

'Tidak—ini hanya mimpi, mereka hanya tertidur. Mereka hanya lelah dengan persiapan pesta dan akan terbangun lagi—'

Hanya itu yang dikatakan oleh pemuda berusia 18 tahun itu saat melihat apa yang ada di depannya saat ini. Enam buah peti mati yang memiliki warna berbeda. Menggelengkan kepalanya pelan, tampak tubuhnya gemetar dan kakinya bahkan lemas tidak bisa digerakkan.

"Hari ini adalah hari ulang tahunku—k-kau biasanya akan menyiapkan sesuatu untukku," walaupun tubuhnya sangat lemas dan sebenarnya tidak kuat untuk berjalan, namun ia memaksakan diri untuk berjalan mendekati benda itu.

Peti mati pertama, berwarna merah dengan lambang Vongola dan juga lambang Storm Guardian. Di dalamnya, tampak terbaring dengan tenang di atas tumpukan bunga lili putih pemuda berambut perak itu.

"N—Nee Hayato, apa yang kau siapkan untukku?"

Di sampingnya tampak kali ini peti berwarna biru muda dengan lambang Vongola dan juga Rain Guardian. Di dalamnya, juga terbaring di atas tumpukan bunga lili—pemuda berambut hitam dengan bekas luka di dagunya.

"T—Takeshi, bukankah kau mengatakan kalau kau akan melakukan rencana itu? Menyatakan perasaanmu pada Hayato bukan—"

Melihat ke peti lainnya.

"Onii-san, Lambo, K—Kyouya..." Tidak ada jawaban, tidak akan ada sama sekali. Mereka sudah tewas—

Guardiannya sudah tewas.

'Tidak—'

Keluarganya sudah tewas.

'Tidak—'

Sahabatnya sudah tewas.

'Tidak, ini hanya mimpi...!'

Matanya tertuju pada satu peti yang lainnya lagi. Pemuda berambut biru yang tampak memiliki rambut model nanas. Dan mata heterochrome yang kini tidak akan terbuka lagi untuk melihatnya, mulut yang tidak lagi bergerak untuk menyunggingkan senyumannya.

"Mukuro... Mukuro…" memegangi wajah pemuda yang ada di depannya saat ini, "Muku—" mengulangi nama itu, tidak bisa menahan air matanya yang keluar begitu saja. Mengangkat tubuh itu dan memeluknya dengan erat, tidak ingin sama sekali melepaskannya, "AAAAAAAAH!"

"Tsuna!" Suara itu yang bersamaan dengan pintu yang terbuka bahkan tidak membuatnya melepaskan pelukannya. Pria berambut kuning dengan mata cokelat itu tampak menghampirinya. Mencoba menenangkan Tsuna yang tampak tidak ingin menjauhi enam peti mati di depannya itu, "Tsuna, Tsuna tenanglah!"

"L—lepaskan aku, aku tahu mereka akan sadar! A—aku ingin menunggu mereka," Don Cavallone itu tampak menahan sang Neo Vongola Primo. Mengeratkan giginya, menundukkan kepalanya dan membenamkannya di bahu Tsuna. Ia sendiri—ia sendiri juga kehilangan seseorang yang paling berharga untuknya.

Tetapi ia harus kuat, karena ia tahu Tsuna lebih membutuhkan seseorang yang kuat daripada harus ikut merasa sedih dan terpukul.

"Tsuna, hentikan... Mereka sudah tidak ada Tsuna..."

"Tidak Dino-san, mereka tidak mungkin—"

"TSUNA!" Tsuna tersentak saat Dino menaikkan suaranya, "tenanglah—Chrome membutuhkanmu untuk menguatkannya... Aku, membutuhkanmu untuk membuatku tetap kuat."

"Kau tidak mengerti Dino-san..."

"Aku mengerti—" kaki Tsuna tampak melemas, sementara Dino tampak mencoba untuk menenangkan Tsuna dan menepuk kepalanya, "—apa yang membuatmu berfikir aku tidak mengerti? Aku juga kehilangan mereka—aku kehilangan Kyouya Tsuna..."

...

"Mereka pergi—mereka tidak ada disini lagi," Meremas pakaian pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri itu. Membiarkan isakan kecil itu perlahan semakin kuat, "apa yang bisa kulakukan tanpa mereka Dino-san...?"

"Aku tahu kau bisa Tsuna—masih ada aku, masih ada Reborn dan juga Chrome serta yang lainnya..."

"Akan berbeda kalau tidak ada mereka..."

"Ya, aku tahu—" Dino hanya bisa membiarkan Tsuna berbicara semakin pelan dan tetap memeluknya dengan lembut. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk sekarang. Hanya ini, yang ia butuhkan—bukan hanya untuk Tsuna, namun untuknya juga, "aku tahu mulai sekarang tidak akan sama Tsuna..."

{1}

Setelah Tsuna tenang, Dino membawanya ke kamarnya dan membiarkannya untuk tidur. Walaupun laporan menumpuk, tidak akan ada orang yang bisa menyuruh sang boss muda untuk mengerjakannya. Tidak akan ada yang tega melakukannya, bahkan Reborn sekalipun.

Setelah malam mimpi buruk, dimana markas diserang saat sang boss Vongola tidak ada disana. Dimana markas sukses dihancurkan dan menewaskan semua guardian yang ada di sana—dan yang lebih penting adalah hari itu mereka sedang mempersiapkan pesta ulang tahun untuk sang Neo Vongola Primo keesokan harinya.

Dino hanya menghela nafas sembari menutup pintu kamar Tsuna. Akan bergerak saat melihat anak berusia 9 tahun yang tampak mengenakan jas hitam dan juga topi fedora.

Tentu, itu adalah Reborn—

"Bagaimana keadaan dame-Tsuna?"

"Sudah tenang, tetapi ia hancur—" Dino menggelengkan kepalanya dan Reborn hanya menghela nafas mendengarnya. Ia sendiri saat kejadian ikut bersama dengan Tsuna. Tidak akan ada yang menyangka kalau itu semua akan terjadi.

Dino dan Reborn tampak membuka ruangan dimana keenam tubuh Vongola Guardian itu tampak terbaring. Meskipun mencoba untuk kuat, Reborn tahu kalau saat ini Dino sama hancurnya dengan Tsuna. Ia bisa melihat kantung mata yang ada di bawah mata Dino, dan tatapan kosong yang ada di wajah Dino.

Duduk di salah satu tepi peti, dimana Hibari Kyouya tampak berbaring. Ia tersenyum tipis, mengusap pipi pucat Hibari yang ada disana.

"Tidak pernah menyangka kalau ia akan tewas secepat ini—" tewas dalam usia 20 tahun. Tentu, itu terlalu cepat bahkan untuknya sendiri, "—kukira ia akan terus hidup. Minimal hingga aku yang terlebih dahulu tewas..."

"Dino—"

"Aku tahu Reborn... Saat orang tuaku tewas, kau sudah mengajarkanku untuk tidak menunjukkan emosiku. Tetapi—" Dino menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. Satu tetes air mata pada akhirnya meluncur, diikut dengan tetesan lainnya dan pada akhirnya bersamaan dengan isakan kecil yang keluar dari pria berusia 28 tahun itu, "—entah kenapa ini lebih menyakitkan. Lebih menyakitkan karena aku tidak siap untuk ini..."

Kalau saja ini Reborn yang biasanya, mungkin ia akan memukul Dino dan mengatakannya Clumsy Dino. Tetapi saat ini bukan waktu yang tepat. Saat ini ia hanya bisa diam dan menepuk kepala Dino. Membiarkan pria itu menangis, hanya untuk saat ini.

{1}

"Shodaime, sekarang kami sedang mempersiapkan kejutan yang kau lihat sebelum menonton video ini!" Tampak TV layar lebar di depannya menampakkan sosok sang Storm Guardian yang membawa beberapa benda di tangannya. Sejak ia menjadi boss, memang persiapan perayaannya selalu di rekam oleh orang-orang dari Vongola. Termasuk kejadian malam itu. Reborn mengatakan kalau Tsuna belum siap untuk melihatnya. Karena menggunakan robot, kamera ini dijalankan otomatis. Dan merekam semuanya hingga saat terakhir semua yang ada di mansion saat itu. Tetapi, kini Tsuna berada di kamarnya dan menyetel video itu. Dengan tatapan kosongnya hanya memfokuskan tatapannya di video, "ini akan jadi hadiah yang spesial untukmu!"

"Hayato~" Tsuna tampak tersenyum samar saat melihat Yamamoto memeluk Gokudera dari belakang. Biasanya Gokudera akan menyumpal mulut Yamamoto saat ia melakukan itu. Namun melihat reaksi saat itu hanya wajah yang tersipu dan kesal tanpa mau melepaskannya membuatnya sadar akan apa yang ingin dikatakan oleh Takeshi, "yo Tsuna, aku melakukannya bukan? Aku mengatakannya pada Hayato!"

Tsuna tertawa mendengarnya, ia ingat kalau Yamamoto mendatanginya dan mengatakan kalau ia akan mengatakan perasaannya pada Gokudera. Namun yang Tsuna tahu, hingga terakhir bertemu Yamamoto tetap tidak bisa mengatakannya.

"Jangan menggangguku Takeshi, aku harus mempersiapkan ini sebelum Shodaime datang!"

"Whoaaa! Sekarang Tako-Head memanggil Take-nii dengan nama kecil!" Tsuna benar-benar tidak bisa menahan tawanya saat melihat Lambo datang dengan mulut menganga dan beberapa krim kue di mulutnya. Ia bisa menebak kalau Lambo memakan kue ulang tahunnya saat ini.

"Diamlah Aho-ushi! Dan kenapa kau lagi-lagi memakan kue milik Shodaime!"

"Aku lapar dan lelah, hanya sedikit lagipula Tsuna-nii tidak akan keberatan kalau aku memakan kuenya," tampak memegangi kepalanya yang dipukul oleh Gokudera, Yamamoto mencoba untuk melerai mereka berdua yang tampak mulai bertengkar.

"Maa-maa, Chrome sedang membelikan bahan kue yang lainnya dan sebentar lagi Tsuna akan selesai pertemuan. Sebaiknya jangan mengacaukan ruangan ini." Karena itulah Chrome selamat, karena ia pergi saat itu untuk membeli bahan di luar markas.

"EXTREEME! Aku tidak sabar untuk menunggu Sawada kembali dan kita akan berpesta!" ia bahkan tidak perduli dengan suara teriakan Ryouhei yang sangat besar sementara volume dari TV itu sangat besar. Ia ingin mendengar suara teriakan itu, ia ingin mendengar suara mereka lagi.

"Jangan berisik herbivore, cepat selesaikan ini aku tidak ingin berada disini lama-lama dengan kalian…"

"H—hahaha… bahkan Kyouya berada disana tanpa perduli kalau ia tidak suka dengan keramaian," Tsuna tampak terus mencoba untuk tertawa meskipun yang terjadi air matanya semakin turun dengan derasnya.

"Dimana kepala nanas itu?"

Gokudera tampak menoleh di sekelilingnya saat pintu lift menuju aula yang berada di ruangan bawah tanah tampak terbuka. Mukuro yang tampak menyenderkan tubuhnya di tepi lift memegangi pinggangnya dan tampak mencoba untuk tetap tersenyum.

"Ada apa?"

"Beberapa orang menyerang tiba-tiba markas. Kalau kalian tidak segera keluar dari sini, dipastikan mereka akan menghancurkan semuanya…" Tsuna tampak melihat kalau Mukuro seolah menahan sakit. Ia juga bisa melihat pinggang Mukuro yang terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"Jangan biarkan mereka menginjakkan kaki di aula ini. Kita harus menyelesaikannya sebelum Shodaime kembali." Gokudera tampak siap dengan pistolnya dan begitu juga dengan yang lainnya. Suara tembakan dan juga ledakan tampak terdengar saat itu. Tsuna memberikan libur pada hampir semua anak buah untuk hari itu.

Dan kalau saja ia tahu semuanya akan berakhir seperti malam itu, ia tidak akan memberikan libur, tidak pada saat itu.

Ia bisa melihat bagaimana semua guardiannya terluka karena itu. Bahkan Hibari yang berhasil mengalahkan semuanya tampak terluka sangat parah karena jumlah musuh yang tidak berkurang. Tubuhnya gemetar saat kamera terus merekam bagaimana mereka satu per satu tumbang.

Tsuna hanya bisa diam dan meringkuk, memeluk lututnya sambil menutup kedua telinganya. Ia tidak bisa melihatnya, bagaimana mungkin semua itu terjadi. Pada akhirnya ini semua salahnya—kalau saja ia tidak menghadiri pertemuan itu, kalau saja ia tidak memberikan libur pada setengah dari anak buah itu, kalau saja mereka tidak menolak untuk ikut pertemuan itu hanya karena mempersiapkan pesta ulang tahunnya.

"Minna…" suara ledakan yang menghabisi semuanya terdengar dan hanya keheningan yang tampak terdengar saat itu. Tsuna bahkan tidak bisa lagi melihat apa yang ada di layar itu—ia tidak ingin melihat bagaimana keadaan disana.

"Mereka sudah pergi…" suara yang terdengar familiar itu membuatnya tersentak. Mengangkat kepalanya dan memberanikan diri untuk melihat apa yang ada di depannya. Tayangan video yang tampak menunjukkan reruntuhan bangunan mansion yang ia lihat. Namun bukan itu, tetapi sosok yang ada di sana.

Mukuro, dengan beberapa luka tembak di tubuhnya dan sebuah batang hitam yang menusuk dada kirinya. Nafasnya tampak memburu dan tampak kacau tidak sepertinya yang biasa.

"Kufufu… sepertinya aku tidak akan bisa menahan ilusi organ jantungku yang tertembak hingga Nagi datang—semuanya tewas sebelum ledakan terjadi, dan hanya Kyouya yang kulihat masih bertahan walaupun sepertinya ia tidak sempat untuk menghindari ledakan," Mukuro tampak terbatuk, entahlah darah yang keluar dari mulutnya itu berasal dari paru-parunya atau sudah berada di mulutnya.

"Tetapi kuharap aku masih bisa bertahan sebentar lagi…" matanya tampak terlihat kosong dan juga hampir tertutup rapat. Tsuna mencoba untuk menyentuh layar yang menunjukkan wajah Mukuro itu, "apa yang akan terjadi padamu kalau kau melihat ini semua eh Tsunayoshi? Kuharap tidak ada yang akan berubah…"

Tidak, tidak akan ada yang sama setelah semua ini…

"Kufufufu… kira aku bisa menyerahkan hadiahku padamu saat kau ulang tahun. Tetapi kurasa tidak bisa huh?" Tsuna tampak mengeratkan giginya, menyentuh layar itu seolah ia berada di hadapan Mukuro saat ini, "ini bukan sepertiku yang akan mengatakan ini, tetapi—aku benar-benar senang bisa bertemu denganmu… kau yang memberikanku tempat yang bernama rumah, yang entah sejak kapan tidak pernah kurasakan lagi…"

"Mukuro…" Tsuna melihat kearah kotak yang ada di tangannya. Dino memberikannya, mengatakan kalau kotak ini ada di genggaman Mukuro saat mereka menemukannya. Ia tidak membukanya—tidak ingin membukanya.

"Kuharap aku bisa mengatakannya sejak dulu, tetapi—Io, ti amo non importa cosa…Sawada Tsunayoshi…" melihat kearah jam yang juga ada di layar kamera itu, yang sekarang juga terlihat di layar tempat Tsuna menonton.

23.59.59

"Dan—"

00.00

"Buon compleanno amore mio…"

.

.

.

—pip—

Layar video menjadi gelap, Tsuna tampak hanya bisa terdiam dengan mulut yang membuka, namun tidak ada sama sekali suara baik teriakan maupun sepatah katapun.

Mukuro…

"A—aku…"

Tidak…

"AAAAAAH!"

{1}

"Dimana Tsuna-kun…?"

Enma yang berada di Holy Island saat kejadian tampak segera menuju ke markas Vongola mendengar tentang kehancuran markas Vongola. Tetapi berita kematian Guardian Vongola tidak pernah sampai ke telinganya.

"Sedang berada di ruangannya…"

Ngomong-ngomong, yang hancur adalah mansion tempat semua guardian tinggal, dan yang mereka tempati sekarang ada markas yang berada di bawah tanah. Enma hanya mengangguk dan berjalan ke dalam bersama dengan Reborn.

"Apakah sudah ada data tentang musuh yang menghancurkan mansion?"

"Di rekaman manapun, tidak tampak emblem yang menunjukkan darimana mereka berasal. Sepertinya mereka sengaja untuk tidak memakainya, dan melakukan serangan diam-diam," Reborn menurunkan topi fedoranya, "ledakan itu menghancurkan semua tanda dari keberadaan mereka. Tetapi kami mencoba untuk tetap mencari tahu."

"Bagaimana dengan data korban jiwa?"

"Reborn-san?"

"Seratus dua puluh orang di mansion—ditambah dengan enam orang," Enma sedikit bingung kenapa enam orang itu harus dipisahkan oleh Reborn. Namun mengingat jumlahnya, firasat buruk langsung terfikirkan olehnya.

"Enam orang—semua guardian selain Chrome masuk dalam daftar korban jiwa sejauh ini…"

Dan Enma mengetahui bagaimana keadaan Tsuna sekarang setelah mendengar itu.

"S—Signor Reborn, Don Shimon…" salah satu anak buah tamak menghampiri mereka saat keduanya hendak menuju ke ruangan Tsuna. Membungkuk sebelum tampak menatap Reborn dan juga Enma yang bingung dengan tatapan itu.

"Ada apa?"

"M—maaf, tetapi Primo…"

{1}

"Tsuna, apakah kau fikir mereka akan senang kalau kau melakukan ini?!"

Suara itu tampak terdengar dari aula besar yang ada di dekat Reborn dan juga Enma yang segera bergegas saat mendengar nada bicara anak buah itu. Suara Dino yang tampak panik dan juga cemas—itulah yang terdengar.

"Aku tidak akan mengubahnya…"

BRAK!

Dino menoleh untuk menemukan Reborn dan juga Enma disana. Tsuna tampak duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan pintu masuk. Reborn bisa melihat Tsuna yang berada dalam mode HDWM menautkan kedua tangannya dan tampak menatap mereka dengan tatapan tajam dan juga kosong.

"Reborn, lakukan sesuatu!" Reborn tampak hanya berjalan dan mendekati Tsuna yang tidak bergerak ataupun menatap langsung wajah Reborn.

"Apa yang kau rencanakan dame-Tsuna…?"

"Mereka tewas karena aku meremehkan musuh di luar," Reborn sedikit menyerengit saat mendengar nada bicara Tsuna yang dingin. Enma sepertinya juga merasakan itu, "aku akan memburu mereka… apapun yang terjadi, bahkan kalau aku harus mengotori tanganku dengan darah…"

"Tsuna-kun…"

"Jangan berani kau mengatakannya dame-Tsuna…"

.

.

.

"Aku akan mengubah kembali Neo Vongola menjadi kelompok mafia—"

{To be Continue}

Duh, rencananya ga mau nambah multichap tapi ada yang minta buat ni ffic muncul. Hehehe, maaf kalau gaje—jadi ini ffic saya yang kedua. Tetap dengan paket pairing saya yang biasa, dan lagi coba buat dark!Tsuna walaupun ga sampai habis.

Setting chapter pertama adalah 4YL artinya semuanya tewas pas usianya 18 tahun, untuk Mukuro sama Ryouhei 19, dan untuk Hibari 20 :)

Oke, kalau mau tanya silahkan—mau Review sangat dipersilahkan ^^~

{RnR}