Chapter 1: First Sight

The Rings, The Vows and The Falsehoods

Park Jimin, 24 y.o (Male)

Min Yoongi, 18 y.o (Female)

(Tokoh akan bertambah seiring berjalannya cerita)

Genderswitch, Romance.

WARNING:

bahasa non-baku, boys X boys

FF ini murni hasil imajinasi Ore! Kalau ada beberapa kesamaan di berbagai hal dengan FF lain, berarti suatu kebetulan.

Happy reading! :)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Siang ini tidak dirasa terlalu panas maupun dingin. Sepertinya cuaca baik sedang mendukung berlangsungnya festival kesenian di Sekolah Swasta Seonyeodan. Seluruh sekolah dipenuhi oleh pengunjung yang ingin menikmati acara tahunan sekolah ini. Maklum saja, Seonyeodan diperuntukkan untuk murid-murid mampu yang berasal dari kalangan atas saja. Masyarakat yang penasaran seperti apa Seonyeodan itu akan berfikir 'kapan lagi bisa melihat-lihat langsung selain di festival kesenian ini?'

Jauh dari keramaian, terlihat seorang pria tengah bersandar pada sedan merah mewahnya yang terpakir rapih di halaman bagian depan gedung sekolah tersebut. Ia melipat kedua tangannya. Ia berdiri dalam diam, seolah tenggelam di pikirannya yang kalut. Matanya menatap hampa ke arah orang-orang yang berlalu-lalang di sekolah itu.

"Ingat, kan, Park Jimin?" suara jengkel ibunya kembali terputar di otaknya. "Kau sudah memakai kesempatan yang ibu berikan kepadamu. Kau sudah gagal dalam melamar perempuan yang—katanya—kau cintai itu. Sesuai perjanjian, jika kau menginginkan perusahaan ayah di genggaman tanganmu, kau harus menikah terlebih dahulu… dan sekarang saatnya ibu yang menentukan siapa yang akan menjadi pendampingmu." Batin Jimin beradu keras antara memikirkan perasaannya dan ambisinya. Jimin menghembuskan nafas dengan kasar.

"Sudahlah, nak. Cukup menunggu seseorang yang tidak bersedia hidup bersama denganmu. Datanglah ke festival kesenian Seonyeodan untuk bertemu perempuan yang ibu pilihkan. Ibu sayang Jimin, loh. Tidak mungkin ibu asal memilih pendamping seumur hidupmu, Park Jimin. Siapa tahu dia memang jodohmu, kemungkinannya tidak nol bukan?"

Dan di sinilah Jimin berdiri, di depan gerbang sekolah swasta Seonyeodan, menunggu sesosok perempuan asing yang belum pernah ia lihat sama sekali. Dari sebuah fotonya? Oh, Tuhan, tolong jangan tanyakan itu kepada Jimin karena Jimin pun tak sekalipun pernah memegangnya -terima kasih, tentu saja-karena ibunya telah menerbangkan foto tersebut entah sampai mana sebelum sampai di tangan Jimin. Bagaimana caranya ia akan dekat dengan prang ini sedangkan umur Jimin dengan perempuan ini terpaut 6 tahun?, Bahkan, ia tak tahu wujudnya seperti apa. Dan yang paling buruk, Jimin masih merasa nyeri jika teringat wajah terkasihnya. Ya, Jimin masih mencintai perempuan yang telah menolak lamarannya mentah-mentah karena suatu hal. Jimin mengacak-acak rambutnya seperti orang tak waras mengetahui ia tidak bisa menunggu perempuan itu sampai ia kembali ke sisinya. Otak Jimin tak bisa mengerti dia. Mau bagaimana pun—memang—ambisinya meneruskan perusahaan ayahnya adalah yang paling utama di hidupnya. Ia tersenyum miris mengenang kenangan indah selama 4 tahun berjalan dengan perempuan yang ia cintai dengan mudahnya diserahkan sampai di sini saja.

Ambisi mengalahkan Perasaan Cinta

Ya, sudahlah. Toh, kau saja tak peduli perasaanku menjadi seperti apa saat kau menolak usahaku untuk bersama denganmu, Jimin berkata dalam hati yang kecewa.

Pilihannya sekarang hanya dengan siswi Seonyeodan ini. Satu-satunya hal yang bisa kau lakukan setelah orang yang kau cintai menyakiti harga diri dan hatimu, Jimin… Jadi, turuti saja keinginan ibumu. Batin Jimin memantapkan hatinya agar tidak ragu dalam pilihan mendukung ambisi dan egonya.

Saking lamanya Jimin berenang dalam pikirannya sendiri, ia sampai tak sadar bahwa ada seseorang siswi berlari dengan susah payah mendekati mobilnya.

"Per-permisi?" siswi tersebut menepuk pelan pundak kanan Jimin, menyadarkannya dari lamunan. Keringat siswi tersebut keluar dari kedua pelipisnya, ia terengah-engah akibat berlari menggunakan sebuah gaun berlengan panjang. Jimin yang telah sepenuhnya tersadar, spontan menengok ke arah suara siswi itu berasal. Jimin menautkan alis dengan heran setelah melihat penampilannya yang tak biasa. Mata Jimin menatap dari ujung rambut sampai kebagian sepatu kaca yang dipakai siswi itu. Apa ini? Seorang putrid dari dongeng mana yang sedang berdiri di depannya? Siswi—yang ternyata sangat cantik—itu menyadari keanehan pada dirinya hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan penuh sesal seraya mengumpan pelan 'seharusnya aku ganti pakaian dulu!'.

Jimin membuka mulutnya hendak bertanya tetapi siswi tersebut menyelaknya. "Ah-ini.. Ini aku baru saja selesai mementaskan sebuah drama Cinderella. Kelasku mengadakan kegiatan drama di festival kesenian sekarang.." selanya siswi itu dengan malu-malu.

Jimin terkekeh kecil yang mengetahui siswi ini telah salah mengartikan, lalu ia membalas "Tidak.. Tidak.. Mungkin kau sedang menjelaskan mengapa penampilanmu seperti ini, tapi—oh!—sungguh maksudku bukan itu yang ingin kutanyakan. Ya, walaupun penampilanmu ini juga harusku tanyakan setelahnya." Senyum Jimin ramah tepat melihat ke wajah siswi tersebut. Manis, itulah kata pertama yang terpikirkan oleh Jimin setelah melihat wajahnya.

"Lalu?" tanya siswi itu bingung.

"Aku sedang menunggu seseorang di sini… dan aku kesulitan menemukannya karena terlalu banyak orang yang berlalu-lalang ." jawab Jimin serius seraya menaruh jari telunjuk kanannya di dagu.

"Ah!" siswi itu menepuk ubun-ubunnya pelan, seakan baru tersadar akan hal yang harus ia lakukan sebelumnya. Jimin mengerenyitkan alisnya. Siswi itu menggeser layar ponselnya. Kemudian ia menekan beberapa tombol lalu menempelkan ponsel ke telinga kiri.

Terdengar ringtone dari saku jas yang dikenakan Jimin. Siswi manis itu mengembangkan senyumnya dan mengulurkan tangan putih nan mungil kanan miliknya ke depan Jimin. "Halo, Park Jimin-ssi. Mungkin aku yang sedang dicari olehmu?"

Jimin terbelalak kaget. Memang sebelumnya Jimin mengirim sebuah teks ke nomor yang telah ibu berikan kepadanya untuk memberitahu ke perempuan pilihan ibu itu bahwa dia akan datang berkujung dan memberi petunjuk kapan dan di mana ia akan menunggu.

"Min Yoongi?" ternyata siswi ini adalah Min Yoongi, perempuan yang akan dijodohkan dengannya telah datang di depan matanya.

To Be Continued

.

.

.

.

Hallo, readers baik hati thank you yang sudah membaca fanfic abal dari Ore Gimana? Gimana? Mau dilanjut, ga? Kalo ada respon mau lanjut, Ore bakal lanjut hehehe itu sih sekarang tergantung readers aja ^^

Kalo readers punya waktu banyak, boleh R&R nya ya hehehe buat masukan fanfic Ore ke depan biar tambah bagus dan tambah bikin seneng readers(?)

SEE YOU NEXT TIME!

(~^o^)~love~(^o^~)