Disclaimer: Di cerita ini nggak ada satupun yang punyaku! Semua chara itu punyanya Dynasty Warriors KOEI, kecuali Yangmei. Terus lagu "Ting Mama De Hua" itu juga bukan punyaku tapi punyanya Jay Zhou!

Selamat pagi, siang, sore, malem, ato mungkin tengah malem, sodara-sodara. Ini saya mempublish satu FanFic lagi yang kayak 'side story'nya FF masterpiece-ku itu. Wkwkwkwk... kejadiannya ini sesudah chapter 11.

Ehm, FF ini aku buat mengingat tanggal 22 Desember lalu adalah Hari Ibu internasional. Tapi... ehm... aku rada malu buat mempublish karena kayaknya kok anak mami banget... XD Tapi ya akhirnya aku publish juga, sih... maaf kalo terlambat banget.

FF ini SongFic dari lagunya Jay Zhou yang berjudul 'Ting Mama De Hua'. Lagu kesukaanku, tuh! Enak banget! Coba deh dengar di Youtube... MV-nya bagus lagi! Menyentuh banget!

Jadi intinya, FF ini adalah FF pertama yang aku persembahkan buat mamaku, mama yang super baik dan the most wonderful person in my life. Yah... meski kadang mamaku juga ada kekurangannya (setiap manusia pasti punya kekurangan getu... wkwkwkwk...), tapi aku yakin lah mamaku sayang sama aku dan aku juga sayang sama dia. Makanya itu aku buat FF ini. Yah... mamaku juga nggak bakal baca FF ini, sih... (soalnya dia juga nggak aku kasih tahu)

BTW, langsung aja deh baca... Yangmei's POV


Hai! Apa kabar? Baik-baik saja, kan? Kemarin aku punya pengalaman bagus, lho!

Biar kuceritakan, ya? Tapi kalian harus dengar baik-baik! Aku punya banyak waktu senggang, jadi kalian bisa datang ke Istana Jian Ye kapanpun kalian mau. Aku akan menyiapkan teh bunga krisan yang hangat dan beberapa buah yangmei kesukaanku (kebetulan sekali namaku juga Yangmei) sambil kalian mendengarkan ceritaku! Aku harap kalian tidak bosan.

Tiga hari yang lalu, aku dan temanku (sebenarnya dia lebih dari sekedar teman) yang bernama Lu Yi secara sengaja ikut dalam pertemuan para gubernur dan penasihat Wu. Aku sama sekali tidak suka ini, tapi entah kenapa Lu Yi sangat suka.

Intinya, sesudah itu Lu Yi diajak Paman Zhou untuk berunding bersama lagi. Lu Yi keren sekali, deh! Dia benar-benar pintar! Nah, sesudah pertemuan itu aku dan Lu Yi bermain bersama sampai tengah malam. Saat sedang enak-enaknya bermain, tiba-tiba mamaku muncul dan menyuruhku tidur!

Hei! Aku kan sedang asyik bermain? Jadi sebenarnya mamaku tidak boleh menghentikanku, donk!

Tapi, mamaku malah marah saat mendengarku membantah. Dia bilang, "Meimei, tidur malam-malam tidak baik untuk kesehatanmu", lalu "Meimei, kalau kamu tidur malam-malam, besok kamu bisa sakit", dan blah... blah... blah... Huh, dasar mama! Tapi memang mama dimanapun selalu cerewet, ya? Padahal aku berharap punya mama yang tidak cerewet, katakanlah seperti Bibi Xiao...

Hmph! Apa mama tidak tahu kalau setiap kali mama membuka mulut itu bisanya cuma memarahiku saja? Telingaku rasanya semakin lama semakin tebal mendengar perkataan mama, begitu juga waktu itu. Tapi, Lu Yi akhirnya menuruti perintah mama, dan aku terpaksa menurut saja. Weeewww... padahal kan Lu Yi bukan anak si 'Permaisuri tercantik di Wu'? Buat apa dia harus menurut kalau aku yang anaknya saja tidak mau menurut?

Tapi, itu bukan jadi satu-satunya hal yang kupikirkan. Aku lebih memikirkan tentang Lu Yi itu sendiri. Maksudku begini, dia itu pintar sekali. Juga disukai dimana-mana dan selalu sopan dengan siapapun. Dia juga berbakat sekali, bisa menulis puisi (hei, aku pernah dibuatkan sebuah puisi, lho!), bisa menanam tumbuhan (ternyata dia yang laki-laki saja lebih jago daripada aku yang perempuan!), lumayan pandai bertarung (meskipun masih kalah dengan Ling Tong, menurutku kemampuannya cukup lumayan), dan bahkan bisa menyanyi (kalian tidak menyangka, kan? Aku juga)!

Jadi, besoknya aku menanyakan hal ini padanya. Mumpung dia juga sedang tidak ada kerjaan.

小朋友 你是否有很多問號 為什麼
Xiao peng you, ni shi fou you hen duo wen hao, wei shen me...
Little children, do you have a lot of questions, why...

"Hei Lu Yi!" Panggilku. "Boleh aku tanya sesuatu?"

Tentu saja dia akan bilang boleh, kalau tidak mau aku marah padanya. Jadi dia mengangguk.

"Aku mau tanya..." Kami duduk di bawah pohon yangmei yang kami tanam sambil aku memulai pertanyaanku. "Kamu kok pintar sekali, ya?"

Seperti yang sudah kuduga, Lu Yi pasti merendah. "Tidak juga... pandai bagaimana maksudmu?"

Maksudku kamu terlalu sopan, bodoh... Pikirku dalam hati. Hahahaha... tentu saja bukan itu maksudku. "Maksudku begini, kok kamu kapan hari itu bisa berdiskusi dengan sebegitu hebatnya dengan penasihat-penasihat itu, sih? Mereka kan pintar? Tapi kamu yang umurnya baru sepuluh tahun saja bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka!"

Lu Yi baru akan membuka mulut untuk menjawab, tapi aku langsung melanjutkannya. "Bukan cuma pintar dalam pengetahuan saja! Kamu kan juga katanya tertarik dengan hal-hal strategi begitu? Lalu kamu pintar berbahasa, dekat dengan tumbuhan dan hewan, bahkan suaramu juga enak didengar!" Kataku menyebutkan satu per satu kelebihannya. "Kamu juga keren sekali! Wajahmu, matamu, rambutmu, bibirmu, semuanya! Bukan hanya penampilan luar, tapi dalam hati pun kamu juga baik!"

Mendengar itu, dia cuma tertawa kecil. Huh! Dia kira aku main-main? Aku tanya betulan, nih! "Hei, Lu Yi! Jawab, dong! Jangan hanya tertawa saja!" Karena dia tidak berhenti, aku berspekulasi sendiri. "Memangnya kamu seperti itu langsung dari lahir? Atau itu warisan dari kedua orangtuamu?"

Akhirnya Lu Yi menjawab juga. "Yang namanya hal-hal baik itu, Meimei, bukan diwariskan atau dibawa sejak lahir! Tapi dibiasakan dari kecil!"

"Dibiasakan dari kecil?" Aku menggaruk kepalaku.

"Iya!" Lu Yi mengangguk. "Aku sejak kecil diajari mamaku untuk melakukan ini itu."

"Maksudnya..."

Lu Yi mulai menyandarkan tubuhnya di batang pohon sambil mulai mengenang masa lalunya waktu mamanya masih hidup. Hei, ngomong-ngomong tentang itu, sebenarnya Lu Yi enak sekali ya tidak punya mama? Daripada punya mama seperti mamaku yang bawel dan cerewet ini. Sejak kemarin, aku mogok bicara dengan mamaku! Aku kesal padanya!

"Sejak kecil dulu..." Katanya memulai bercerita. "Aku jarang sekali bisa bermain dengan teman-temanku. Sementara mereka bermain, aku selalu disuruh membaca buku dan belajar menulis, bahkan dari kecil aku sudah diajari untuk menulis kaligrafi!" Dia menghela nafas panjang.

"Aku tahu itu!" Aku mengangguk keras menyetujuinya. "Dimana-mana yang namanya mama itu akan selalu main perintah saja! Padahal mereka itu sebenarnya cuma membuat kita susah saja! Sebentar bilang 'hei, jangan lakukan itu', atau 'hei, lakukan ini', lalu 'hei, lihat sini'."

"Bukan cuma itu, lho!" Lu Yi menambahkan lagi. "Teman-temanku yang lain setiap hari boleh ke hutan untuk memetik bunga-bunga dan memanjat pohon untuk memetik buah. Tapi aku... mamaku setiap hari menyuruhku menyiram berbelas-belas pot. Kalau sedang tidak beruntung, biasanya mamaku akan memberikanku beberapa benih dan menyuruhku menanamnya."

"Wah!" Aku mendengarkan dengan rasa tertarik. "Sepertinya mamamu jauh lebih cerewet daripada mamaku."

"Tentu saja." Balas Lu Yi. "Bahkan ada yang lebih parah! Kamu tahu kan biasanya kalau tahun baru anak-anak akan minta untuk diajak pergi festifal dan makan yang enak-enak? Tapi mamaku beda! Setiap kali ada perayaan tahun baru, dia cuma mengantarku sebentar saja, lalu langsung pulang. Jadi, aku minta dia memasakkan yang enak-enak!"

Aku mememeluk lututku sambil mendengar ceritanya. Ceritanya semakin menarik! Ternyata yang punya mama cerewet di dunia ini bukan cuma aku. "Jadi, mamamu memasakkanmu apa?" Tanyaku penasaran. Tiba-tiba aku jadi teringat sesuatu, lalu tertawa. "Jangan-jangan mamamu cuma memasakkanmu baozi saja, ya?"

"Lebih parah!" Lu Yi menjawab dengan seruan, tapi dia tidak kelihatan sedang kesal. "Mamaku memasakkan sayur-sayuran dan ikan. Katanya kedua makanan itu sehat." Jelasnya. "Sementara mamaku bilang kalau aku terlalu sering makan babi, ayam, atau daging sapi, itu tidak sehat! Apalagi kalau makan manisan dan permen, bisa-bisa nanti aku sakit gigi." Kemudian dia mendengus pendek. "Padahal kan ikan lebih mahal? Kalau dengan seharga satu kilo ikan, mungkin mama bisa beli lima kilo babi, dan aku bisa makan sampai kenyang! Daging sapi dan daging ayam juga lebih murah harganya."

"Tapi mamamu lebih memilih daging ikan? Kenapa?" Tanyaku heran. "Padahal daging babi, daging ayam, dan daging sapi kan lebih enak rasanya."

別人在那看漫畫 我卻在學畫畫 對著鋼琴說話
Bie ren zai na kan man hua, wo que zai xue hua hua, dui zhe gang qin shuo hua
When other kids are readin
g manga, I am learning to draw and learning to communicate with the piano?

別人在玩遊戲 我卻靠在牆壁背我的ABC
Bie ren zai wan you xi, wo que kao zai qiang bi bei wo de ABC
When other kids are playing games, I am leaning on the wall memorizing my ABCs

我說我要一台大大的飛機 我卻得到一台舊舊錄音機
Wo shuo wo yao yi tai da da de fei ji, wo jue de dao yi tai jiu jiu lu yin ji
I said that I wanted a large airplane, but I got an old recorder

Lu Yi mengangguk. "Aku juga bingung. Tapi dia selalu bilang katanya ikan dan sayur itu bagus untuk anak-anak. Oh, dan satu lagi..." Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik. "Jangan bilang siapa-siapa, ya? Kamu tahu, tidak? Setiap kali teman-temanku boleh minum sari jeruk atau bahkan sudah belajar untuk minum arak, mamaku setiap hari memberiku susu! Rasanya setiap hari aku bisa minum dua liter susu!"

Mendengar ini, tentu saja aku tertawa. "Memangnya kamu masih bayi sampai harus minum susu setiap hari?"

"Anehnya..." Dia kembali bersandar pada pohon. "Kadang mamaku juga menyuruhku minum teh yang rasanya pahit. Katanya itu baik untuk kesehatan."

Aku masih tidak bisa berhenti tertawa, apalagi setelah mendengar yang satu ini. "Tadi susu dan sekarang teh! Teh pahit kan biasanya untuk kakek-nenek?"

"Justru karena itulah..." Pipinya menggembung karena kesal saat melihatku tidak berhenti tertawa. "Waktu aku sudah lebih tua sedikit, keadaannya makin parah!"

Aku makin penasaran. "Parah bagaimana?"

"Yah..." Dia membuang nafas panjang. "Waktu aku sudah hampir empat tahun, aku sudah bisa menulis dan menghafalkan banyak sekali huruf-huruf. Jadi, mamaku mulai mengajariku pelajaran-pelajaran Kong Fuzi yang susah! Bayangkan saja, bukunya setebal ini!" Katanya sambil membayangkan tebal bukunya padaku yang kira-kira sepanjang jari telunjuk itu.

"Kamu harus membaca buku setebal itu?" Tanyaku kaget. Hei, mama Lu Yi bukan hanya cerewet tapi juga tidak berprikemanusiaan.

"Dan bukan hanya satu!" Jawabnya. "Setiap minggu selalu ada buku baru! Bahkan aku bukan hanya disuruh belajar, aku malah disuruh menghafalkan juga! Padahal, waktu itu anak-anak lain lagi asyik-asyiknya bermain! Aku kan jadi iri pada mereka!"

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Lu Yi. Kalau tidak suka, kenapa dilakukan? "Lalu kenapa kamu tidak pergi dan main saja dengan mereka?"

Lu Yi memutar bola matanya. "Yah... karena mamaku bilang, mamaku ingin aku lebih pintar dari mereka. Mamaku bilang kalau kita main terus dan malas belajar, selama-lamanya kita akan jadi bodoh!"

"Hei hei hei..." Aku menepuk bahunya. "Tidak perlu kesal sampai berlebihan begitu! Tapi memang semua mama itu sok tahu sekali, sih! Mereka sok tahu sekali tentang masa depan kita, padahal mereka kan juga tidak tahu apa-apa!"

在你的未來 音樂是你的王牌 拿王牌談個戀愛
Zai ni de wei lai, yin yue shi ni de wang pai na wang pai tan ge lian ai
In your f
uture, music is your key to success, use it to get into a relationship

唉 我不想把你教壞 還是聽媽媽的話吧 晚點在戀愛吧
Ai wo bu xiang ba ni jiao huai hai shi ting ma ma de hua ba, wan dian zai lian ai ba
Sigh, I don't want to teach you to be a bad kid. Why don't you listen to what your mother says and get in a relationship later

我知道你未來的路 當媽比我更清楚
Wo zhi dao ni wei lai de lu, dang ma bi wo geng qing chu
I know your future path, but your mother knows it even better

"Kadang aku ingin menjadi salah satu dari mereka..." Desah Lu Yi.

"Lalu kenapa kamu tidak ikut teman-temanmu saja?" Tanyaku.

"Waktu itu papaku kan gubernur kota Wujun, jadi mamaku bilang aku harus jadi anak yang membanggakan dan pintar, tidak boleh ikut-ikutan dengan mereka. Apalagi mamaku bilang ini demi kebaikanku. Katanya untuk masa depanku. Mamaku bilang dia tidak ingin aku jadi anak yang biasa-biasa saja. Katanya aku harus jadi orang yang berguna untuk negara." Jelasnya panjang lebar.

Aku mengangguk, walau aku punya banyak pertanyaan yang tersimpan dalam hati. "Kamu akhirnya mengikuti teman-temanmu atau belajar?"

Lu Yi mengangkat bahu. "Tentu saja belajar. Mamaku mau aku belajar, jadi aku akan belajar giat."

你會開始學其他同學在書包寫東寫西
Ni hui kai shi xue qi ta tong xue zai shu bao xie dong xie xi
You will start imitating fri
ends and write things on your backpack

但我建議你最好寫 媽媽我會用功讀書
Dan shi wo jian yi ni zui hao xie, ma ma wo hui yong gong du shu
But I suggest you better write: Mom I will put in my best effort to learn

用功讀書 怎麼會從我嘴巴說出
Yong gong du shu, zhe me hui cong wo zui ba shuo chu
I will study hard, how does that come from my mouth?

不想你輸所以要教你 用功讀書
Bu xiang ni shu suo yi yao jiao ni, yong gong du shu
I need to teach you because I don't want you to lose. Study hard

"Kenapa?" Tanyaku pada akhirnya. "Kenapa kamu selalu menurut, sih? Jangan-jangan kamu laki-laki anak mama, ya?" Akhirnya pertanyaan yang tersimpan di otakku itu keluar juga. Lu Yi si anak mama... hahahaha! Kalau membanyangkannya aku jadi ingin ketawa. Tapi terpaksa tawaku kutahan, demi tidak membuatnya tersinggung.

Lu Yi menatapku sekilas. Setelah itu dia tersenyum lebar sambil menjawab. "Pertanyaan itu, aku juga selalu menanyakannya. Kenapa aku harus menuruti kata mama?" Dia mengulangi pertanyaanku. "Sekarang, baru aku mengerti kenapa mamaku menyuruhku ini-itu."

為什麼 要聽媽媽的話 長大後你就會開始懂得這種話
Wei shen me, yao ting ma ma de hua, zhang da hou ni jiu hui kai shi dong de zhe zhong hua
Why s
hould I listen to mother's words? When you grow up you will understand what I am saying

Aku mengangkat alis karena bingung.

"Ini jawabanku pada pertanyaanmu yang pertama," Kata Lu Yi. "Kalau sekarang aku pintar, aku bisa ini-itu, aku terbiasa berlaku sopan dan sebagainya, itu semua karena aku menuruti perkataan mamaku!"

"Oh ya?"

Lu Yi mengangguk mantap. "Iya! Sekarang aku bisa tahu kenapa aku tahu banyak ajaran Kong Fuzi dan ajaran-ajaran lainnya. Aku juga bisa berdiskusi dengan penasihat-penasihat itu. Setiap hari aku belajar dan belajar, mengisi otakku sampai rasanya kepenuhan." Katanya. "Memang capek, sih... tapi ternyata itu sangat berguna. Untung saja mamaku menyuruhku belajar macam-macam. Kalau tidak, tidak mungkin Paman Zhou mengajakku berdiskusi."

Aku ber-'oh' ria. "Iya juga sih ya..." Aku mangut-mangut mengerti. "Karena itu Paman Zhou sering memujimu, tidak seperti aku yang dikatakannya... apa itu... Zhi... Zhi apa itu?"

"Zhi Sang Ma Huai." Lanjut Lu Yi sambil tersenyum. "Itu juga aku pelajari bersama mamaku."

Kemudian kali ini dia berdiri sambil menatap lurus ke depan. Kelihatannya dia bersemangat sekali. "Aku belajar strategi karena aku ingin berjasa untuk negara ini! Kalau suatu saat Wu bisa dalam keadaan aman dan rakyatnya hidup damai, aku ingin mereka bisa seperti itu karena aku ikut andil dalam mengusahakan kedamaian!" Dia kelihatan seperti orang yang sedang bersumpah. Wah... ternyata tekad Lu Yi kuat dan tinggi sekali, ya?

"Hebat sekali..."

"Aku pasti bisa!" Balasnya. "Anak-anak yang dulu selalu memetik bunga dan buah itu saja akhirnya suatu saat memetik bunga dan buah dari tumbuhan-tumbuhan yang aku tanam bersama mamaku. Suatu saat, kalau mereka masih bisa bermain dengan aman dan tenang, aku ingin mereka bisa melakukan itu karena aku ikut ambil bagian dalam menjaga kedamaian di Wu ini!" Tangannya mulai terkepal karena semangat yang berapi-api itu.

長大後我開始明白 為什麼我跑的比別人快 飛的比別人高
Zhang da hou wo kai shi ming bai, wei shen me wo pao de bi bie ren kuai, fei de bi bie ren gao
Afte
r I got older I started to realize why I run faster than others and fly further than other people

將來大家看的都是我畫的漫畫 大家唱的都是 我寫的歌
Jiang lai da jia kan de dou shi wo hua de man hua, da jia chang de dou shi wo xie de ge
In the future, people will be reading my mangas and all the songs they sing will be written by me

Mau tidak mau, aku pun kagum melihat betapa bertekadnya Lu Yi. "Wah, Lu Yi..." Aku memujinya. "Mamamu pasti bangga sekali punya anak sepertimu, ya?"

Lu Yi seperti terhenyak mendengar perkataanku ini. Lho? Kenapa? Aku kan mengatakan yang sebenarnya. Kenapa dia kaget? Dengan wajah sedikit mali-malu, ia menjawab. "Aku harap begitu..." Seperti biasa, dia merendah lagi. "Memang itu keinginanku, sih... aku cuma ingin menyenangkan mamaku saja. Tapi..."

"Tapi kenapa?" Baru setelah dua kata itu keluar dari mulutku, aku sadar. Mulutku cepat-cepat kututup. Sayangnya, Lu Yi sudah terlanjur mendengarnya.

Dengan senyum sedih dia menjawab. Suara pelan sekali, seperti berbisik, sampai aku kesulitan mendengarnya. "Kamu kan tahu sendiri..." Desahnya. "Aku tidak mungkin bisa ketemu mamaku lagi. Dia sudah pergi."

Aku hanya berani menatap rerumputan di bawah kakiku. Lu Yi pasti sedih sekali setelah aku mengingatkannya tentang mamanya. Bodoh sekali aku, Lu Yi sangat sayang pada mamanya yang sudah pergi, tapi aku malah mengingatkannya lagi.

"Setelah itu, aku jadi sadar, apa yang diajarkan mamaku ternyata sangat berguna setelah dia pergi." Katanya. Rasanya dia sedang tidak menceritakan padaku, tetapi sedang menghibur dirinya sendiri. "Saat aku akhirnya di asuh pamanku, aku tahu apa yang harus kulakukan kalau aku sendirian dan tidak punya teman. Aku jadi makin rajin belajar dan membaca, aku jadi sering berkumpul dengan alam daripada dengan teman-teman, toh mereka juga tidak mau mendekatiku."

Sekali lagi aku menatapnya. Matanya tetap memandang lurus ke depan. "Intinya, aku semakin kuat." Sambunya.

我找不到童年寫的情書 你寫完不要送人
Wo zhao bu dao tong nian xie de qing shu, ni xie wan bu yao song ren
I can't find the childh
ood love letter. Don't give it away after you write it

因為過兩天你會在操場上撿到
yin wei guo liang tian ni hui zai cao chang shang jian dao
Because you will find it on the playground two days later

你會開始喜歡上流行歌 因為張學友開始準備唱吻別
Ni hui kai shi xi huan shang liu xing ge yin wei zhang xue you kai shi zhun bei chang wen bie
You will start to like pop music because Jacky Cheung is about to sing Kiss Goodbye*

"Kalau begitu..." Aku memberanikan diri untuk membuka mulutku. "Mamamu itu orang yang baik sekali, ya? Meski dia cerewet, bawel, suka memberimu perintah ini-itu..."

Dia mengangguk pelan sambil menatap ke arahku. Matanya sendu, tapi aku melihat ada perasaan bersyukur di dalamnya. "Aku senang sekali mamaku seperti itu." Katanya. "Dulu aku justru tidak suka. Tapi sekarang aku mengerti kalau mama juga melakukannya untuk kebaikanku. Aku benar-benar bersyukur punya seorang mama yang baik sepertinya."

"Mama yang baik, ya..." Aku mengangguk. "Jadi, intinya, kamu bisa seperti ini sekarang juga karena mamamu?"

"Iya!" Jawabnya penuh keyakinan. "Setiap hari mamaku menyuruhku ini-itu. Dulu kupikir mamaku itu sangat cerewet. Tapi sekarang aku sadar, justru dia cerewet karena peduli dan sayang padaku. Kalau tidak, dia pasti akan membiarkanku melakukan apa yang aku mau. Tidak perlu susah-susah bilang ini-itu padaku."

"Aku sama sekali tidak menyangka..." Tanpa kusadari, aku terbayang kembali pada mamaku, mama yang selalu kubilang cerewet dan suka perintah, juga sok tahu. "... ternyata mamamu bisa memberikan pengaruh sebesar itu padamu, ya?"

Lu Yi mengangguk lagi. "Meski cuma empat tahun aku bersamanya, tapi itu sudah cukup untuk membentukku menjadi aku yang sekarang." Jawabnya. "Kerja keras mama itu tidak akan ada yang tahu kecuali kita sendiri. Makanya kamu pun tidak akan menyangka, kan?"

Tanpa menunggu jawabanku, dia melanjutkan. "Tadi kamu bilang suaraku juga enak didengar. Akan kuberitahu kenapa." Ia duduk kembali di sebelahku. "Waktu kecil dulu, setiap malam, mamaku akan menungguiku sampai aku tidur sambil menyanyi untukku. Mungkin karena sering mendengarnya menyanyi, aku pun lama-lama jadi ikut-ikutan menyanyi bersamanya. Setelah mamaku pergi pun, aku kadang suka menyanyi kalau sendirian. Ini membuatku ingat kalau mamaku akan selalu menjagaku." Ya ampun... Lu Yi kelihatan sedih sekali. Matanya mulai berkaca-kaca dan sialnya aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghiburnya. Bahkan, aku merasa dia tidak butuh penghiburan sekarang.

"Suara mamamu pasti merdu sekali." Kataku akhirnya setelah kami berdua lama terdiam. "Ya kan?"

"Iya..." Jawabnya, masih dengan suara setengah berbisik itu. "Yang paling aku suka adalah kalau sudah selesai menyanyi, mamaku akan mencium dahiku dan bilang kalau dia sayang padaku. Setiap malam dia selalu melakukannya."

媽媽的辛苦 不讓你看見 溫暖的食譜在她心裡面
Ma ma de xin ku bu rang ni kan jian, wen nuan de shi pu zai ta xin li mian
Mother's hard wo
rk isn't seen by others. She knows the warm recipe by heart

有空就多多握握她的手 把手牽著一起夢遊
You kong jiu duo duo wo wo ta de shou, ba shou qian zhe yi qi meng you
When you have time, hold her hand and sleep dream together

Senyum Lu Yi manis sekali waktu itu. Aku sama sekali tidak pernah melihat mama Lu Yi itu seperti apa. Tapi melihat Lu Yi, aku rasa mamanya pasti adalah wanita yang sangat cantik, baik, dan pintar. "Mamamu memang mama yang hebat."

Aku melihat dengan mata kepala sendiri Lu Yi memandang jauh ke langit, dan air mata mulai membasahi wajahnya. Aku bersumpah aku tidak bohong! Lu Yi menangis. "Mamaku mama yang terhebat. Kalau aku melihatnya, aku jadi ingat tentang malaikat-malaikat yang baik dan lembut. Aku rasa waktu aku lahir, sudah ada malaikat yang akan menjaga dan mendidikku. Ya mamaku itu." Tuturnya dengan suara sedikit tertahan.

"Tapi sekarang, dia sudah pergi." Lanjut Lu Yi sambil menyeka airmatanya. Dia berusaha menutupinya. Sayangnya aku sudah tahu. "Dia ada di surga sekarang, tapi aku yakin dia akan terus melihatku dari atas sana."

美麗的白髮 幸福中發芽 天使的魔法 溫暖中慈祥
Mei li de bai fa, xing fu zhong fa ya tian shi de mo fa, wen nuan zhong ci xiang
Beautiful white hair, growing inside happiness. Angel's magic benevolence within (her) gentleness

Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lagi. Aku protes! "Mamamu baik hati, sih!" Kataku. "Makanya kamu bisa seperti ini! Coba kalau aku punya mama sebaik mamamu, pasti aku juga bisa sepintar dan sesopan kamu sekarang!"

Lu Yi kelihatannya kaget sekali mendengar perkataanku. Lho? Apa aku salah? Bukannya malam itu dia juga lihat sendiri mama mengomeliku hanya karena aku tidur sedikit lebih malam dari biasanya? Eits, ini bukan pertaman kalinya mamaku mengomeliku, ini sudah ratusan kalinya. Pantas kan kalau aku kesal?

Anehnya, Lu Yi berpikiran lain. "Kamu salah..."

Oh?

"Mamamu juga adalah mama yang baik." Lanjut Lu Yi. "Sekarang coba pikirkan. Tengah malam itu mamamu sampai bangun malam-malam dan mengajakmu untuk tidur sendiri. Padahal dia kan bisa minta tolong dayang lain? Tapi karena dia sangat sayang padamu, dia akhirnya turun sendiri dan sekalis mengatakannya padamu."

"Tapi..." Aku mencoba membantah. "Mamaku terlalu banyak omong! Bahkan dia juga tidak bisa memberi kebebasan sedikit pun padaku! Aku kan cuma mau senang-senang sebentar!"

"Kamu kan sudah cukup bersenang-senang waktu itu." Balas Lu Yi lagi. "Lagipula, apa kamu pikir mamaku beda dengan mamamu? Sama saja! Semua mama itu pada dasarnya pasti akan banyak omong kalau menghadapi anaknya, tapi itu karena mereka sayang pada kita."

Aku memonyongkan bibirku sementara dia tertawa kecil sambil menepuk-nepuk kepalaku. "Mama kita sama-sama baik hati dan sayang pada kita berdua. Perbedaan kita cuma satu. Aku mendengar perkataan mamaku, sementara kamu selalu membantah mamamu." Ungkapnya dengan tegas, tetapi lembut. "Kalau selalu begitu itu, bagaimana kamu bisa jadi seperti aku?"

"Jadi kuncinya..." Aku menyimpulkan. "... adalah dengan mendengar perkataan mama."

聽媽媽的話 別讓她受傷
Ting ma ma de hua, bie rang ta shou shang
Liste
n to mother's words, don't let her get hurt

Sepertinya Lu Yi tidak mendengar perkataanku. Dia melanjutkan lagi. "Dulu aku ingin sekali cepat besar, supaya aku bisa menjaga mamaku seperti dia sudah menjagaku juga. Tapi sekarang dia sudah pergi." Desahnya. Oh, tidak... Lu Yi, jangan menangis lagi... "Sekarang, secepat apapun aku besar, aku tidak akan bisa menjaganya. Kenapa dia harus pergi sebelum dia bisa melihat hasil kerja kerasnya, ya?"

Rasanya aku bisa mengerti perkataan Lu Yi. Bahkan aku perlahan aku merasa aku harus mencontoh Lu Yi sedikit demi sedikit. Maksudku, aku kan juga ingin sehebat dia. Jadi, betapapun cerewetnya mamaku, aku harus mencoba mematuhinya.

"Beda denganmu, Meimei." Katanya padaku tiba-tiba. "Mamamu masih ada. Kamu ingin kan cepat besar supaya bisa membuat mamamu bangga?"

"Tentu saja..." Jawabku pelan. "Tapi, Lu Yi, sekarang kalau mamamu tidak ada, kamu masih tetap akan rajin belajar seperti dulu?"

Dia mengangguk penuh tekad. "Tentu saja! Dia tidak ada di sini tapi bukan berarti dia tidak melihatku." Sekali lagi Lu Yi melayangkan padangan matanya ke langit. "Kan sudah kubilang, mamaku pasti akan melihatku dari surga. Meski aku tidak akan bisa menjaganya lagi, aku harus bisa membuatnya senang. Jadi aku tidak boleh megecewakannya. Karena itu aku belajar serajin-rajinnya."

想快快長大 才能保護她
xiang kuai kuai zhang da cai neng bao hu ta
You want to grow up quic
kly so you can take care of her

"Hei, Meimei..."

Aku mengangkat alis mendengar panggilannya. "Ya?"

"Tentang kejadian malam itu..." Dia berhenti sejenak. "... kurasa kamu harus minta maaf pada mamamu. Mamamu kan menyuruhmu tidur karena tidak ingin kamu sakit, tapi kamu malah marah-marah padanya."

Itu pesan yang dikatakan Lu Yi padaku. Pikir-pikir, perkataannya benar juga, sih. Untuk apa mama sampai perlu susah-susah menyuruhku ini itu, bilang ini-itu, padahal itu semua sama sekali tidak ada untungnya buat mama sendiri. Pasti mama melakukannya untuk kebaikanku sendiri.

Mama memang sayang padaku.

Bodohnya aku adalah tidak menyadarinya sejak awal. Jadi, besoknya, atau tepatnya kemarin, setelah percakapan itu dengan Lu Yi, aku mendatangi mamaku. Di balik punggungku aku menyembunyikan seikat bunga Meihua berwarna merah kesukaan mama yang kupetik sendiri, juga selembar kertas berisi tulisan cakar ayamku.

Kukira karena telah mendiamkannya selama tiga hari ini, mama akan marah padaku. Tapi rupanya tidak! Mama malah tersenyum padaku. "Meimei, ada apa?"

Mula-mula aku sangat ragu memberikannya. Tapi akhirnya tanganku terulur dan aku menyerahkan seikat bunga itu padanya beserta kertas yang tulisannya kutulis dengan tanganku sendiri. "Ini buat mama..." Kataku malu-malu sambil menunduk.

Mama sedikit terkejut dan mengambilnya, kemudian membuka lipatan kertas yang kuberikan. Sambil membacanya, aku meminta maaf padanya. "Mama, Meimei minta maaf, ya? Dua hari yang lalu Meimei sudah nakal pada mama. Meimei janji tidak akan mengulanginya lagi."

Mama sekali lagi terkejut mendengarku, tetapi lebih terkejut lagi setelah membaca kertas itu. Di atas kertas itu cuma tertulis empat huruf sederhana yang singkat, yang mudah sekali ditulis untuk anak berumur delapan tahun sepertiku. Setelah membacanya, aku bingung kenapa mama seperti berusaha menahan tangis. Lalu, tanpa aku sadari mama langsung memelukku, lama sekali sampai aku rasa orang-orang di sekeliling kamu melihat kami terus-menerus, lalu tersenyum sendiri. Dan aku juga tahu Lu Yi ada di sana, mengintip sambil tersenyum.

Bunga Meihua yang kuberikan masih ada, bahkan mama menaruhnya dalam vas kecil yang indah. Kertas yang kutulis itu juga masih ada, disimpan baik-baik oleh mama dikotak perhiasannya. Katanya supaya aman dari rayap. Sampai kapan mama menyimpannya, aku juga tidak tahu.

Di kertas itu ada tulisan tanganku.

Bagi mama, empat kata itu sepenting perhiasan-perhiasannya yang berharga.

"我爱妈妈..."
Wo ai mama...
aku sayang mama...

Begitulah ceritanya. Makanya hari ini aku menceritakan cerita ini pada kalian semua. Aku ingin kalian juga mencoba sayang pada mama kalian. Dan kalau kalian merasa mama kalian terlalu cerewet, itu semua karena mama kalian juga sayang pada kalian semua. Dan kalau dia mengomel, itu karena dia peduli pada kalian. Mulai sekarang aku akan belajar untuk mendengar perkataan mamaku, seperti kata Lu Yi! Soalnya, aku ingin sekali seperti dia.

Oh iya! Berkat pengalaman itu, aku jadi tahu mamaku sayang padaku meski dia cerewet. Dan aku jadi semakin sayang padanya juga.

Ups! Mama memanggilku! Maaf, ya? Tapi aku mungkin mama memanggilku untuk makan siang. Mama selalu bilang, kalau kita makan terlambat, perut kita bisa sakit, lho! Jadi, aku harus pergi sekarang! Dadah!

Oh iya! Ingat baik-baik, sayangi mama kalian, ya!


Terima kasih sudah membaca... maaf kalo rada lebay ato nggak menyentuh banget...

Yah... pesan yang mau aku sampaikan ya kayak kata Yangmei dan Lu Yi AKA Lu Xun itu aja... Sekali lagi, terima kasih sudah membaca...