Kuroko no Basuke is Tadatoshi Fujimaki's
This fic belongs to the owner of AoKuro Weekly tumblr and Spiritwave ffn account. I just translate this fic into Bahasa. =)
Warnings: Aomine's a pervert.
"Kau tidak bisa terus melakukan ini."
Aomine menaikkan alisnya dan menyeringai. "Melakukan apa, Mr. Kuroko?"
Kuroko menggeram, frustasi dan lelah oleh 'permainan' konyol yang muridnya pikir sedang mereka mainkan. Pemuda itu terkenal dengan 'situasi' tertentu yang sedang memerangkapnya. Mendongak, ia menempelkan kedua telapak tangannya untuk mencoba dan membuat muridnya mengerti. "Aku bukan salah satu temanmu, atau teman bercintamu, atau terserah bagaimana kau ingin menyebutnya. Aku gurumu."
Aomine tertawa. "Dan?"
Rasanya bagian belakang kepalanya mulai sakit. Kuroko benar-benar hanya ingin menyingkirkan murid ini darinya. "Dan kau tidak bisa terus datang kepadaku seakan aku ini seorang gadis." Aomine tertawa lagi, tetapi lebih keras kali ini. "Ga-gadis? Oh my—" kalimatnya terpotong oleh lebih banyak kikihan yang keluar dari mulutnya. Menenangkan diri beberapa menit, Aomine akhirnya berhenti.
"Damn. Kau benar-benar berpikir aku datang kepadamu karena kau kelihatan seperti seoarng gadis?' Kuroko menghela napas. Aomine sekali lagi sama sekali meleset dari apa yang dimaksud. Ini mungkin menjadi yang kelima puluh kalinya.
"Tidak, Mr. Aomine. Dan kau tahu ini bukanlah yang aku mak—" sepasang bibir pada bibirnya, dan dalam keterkejutannya, Kuroko membuka mulutnya. Muridnya itu mendorong lidahnya masuk, dan menggesekkannya pada miliknya sendiri. Kuroko mendorongnya menjauh dan yang mengejutkan, Aomine tidak menolak. Keduanya terengah, tapi Aomine pulih lebih cepat, dan mulai berbicara.
"Alasan kenapa aku datang kepadamu adalah karena, pertama-tama, usiamu dua puluh tahun. Yang berarti kau enam tahun lebih tua dariku." Kuroko memutar bola matanya. Itu mungkin hanya sebuah fantasi seorang remaja untuk bercinta dengan gurunya. Aomine bicara lagi, menginterupsi pikirannya.
"Tapi juga, karena kau sangat menawan, karena aku ingin memiliki pantatmu yang manis dan mungil itu and fuck you senseless, karena aku ingin melihat wajahmu saat kau klimaks, mencium bibirmu, lehermu, semuanya. Aku ingin—" Kuroko mendorong kursinya ke belakang ketika Aomine mulai mendekat. Murid di depannya bergerak tiba-tiba, menghembuskan napasnya pada telinga milik pria yang lain.
"—melihatmu mengerang, memohon padaku. Meneriakkan namaku saat kau mencapai orgasme terbaik dalam hidupmu." Sudah cukup. Kuroko mendorong Aomine, dan guru yang kesal itu bicara. "Cukup, Mr. Aomine. Detensi hari Jumat. Jangan pernah membicarakan hal ini lagi."
Berdiri, Aomine menyeringai lebar pada gurunya. "Tentu, Mr. Kuroko. Aku minta maaf."
Sang guru tersenyum, akhirnya selesai!
"Tidak usah dipikirkan, Mr. Aomine. Selama kau menger—" Aomine melangkah ke pintu untuk pergi, melambaikan tangannya untuk menghentikan Kuroko melanjutkan kalimatnya.
"Yeah, yeah. Aku hanya ingin mengatakan satu hal terakhir." Kuroko menelengkan kepalanya, bingung. "Itu bukan hal yang bisa kau katakan saat kau memiliki 'sesuatu' yang mengeras seperti itu." Lalu, dengan tatapan penuh ketertarikan pada milik Kuroko, Aomine pergi ke kelas selanjutnya, meninggalkan seorang guru yang merasa sangat malu di belakang.
