Kuroko no Basuke is Tadatoshi Fujimaki's
This fic belongs to the owner of AoKuro Weekly tumblr and Spiritwave ffn account. I just translate this fic into Bahasa. =)

Warnings: Suggestive themes and swearing.


Kembang api meledak di udara beriringan dengan hitung mundur Tahun Baru dimulai. Dua pemuda di tempat tersendiri, tersembunyi di hutan, dengan pemandangan sempurna akan kembang api-kembang api itu. Tangan mengait erat, mereka mengabaikan hitungan mundur, menikmati surga kecil mereka.

"Tetsu..." pria yang lebih tinggi memulai. "Kau tahu apa yang bisa kita lakukan untuk merayakan?" si pria pucat, Tetsu, memandang kekasihnya ragu-ragu, mengangkat alisnya dalam gestur tanya dengan pandangan yang menyatakan dengan jelas opininya mengenai apapun yang ingin dikatakan oleh pria yang lain. "Daiki, kita tidak akan melakukan sex di sini." Daiki mengeluh dalam ketidaksetujuan, mencoba menjelaskan padanya bagaimana 'bercinta di publik' merupakan sesuatu yang sebenarnya tidak begitu tidak sopan dan bahkan akan 'terasa sangat nikmat!'

Tetsu mendesah dalam ketidakpercayaannya akan pria berkulit mocha itu, menggelengkan kepalanya dan bahkan tertawa di akhir. "Tidak, pertama, seseorang bisa menemukan kita." Daiki membuka mulutnya untuk mulai bicara, hanya untuk dipotong oleh tatapan Tetsu. Berdeham, ia melanjutkan. "Kedua, itu adalah sesuatu yang... itu hal pribadi. Privat." Lagi, pria yang lebih tinggi mencoba untuk bicara, dan dia tidak dihentikan kali ini. "Tapi, tidak ada yang akan melihat kita, dan aku selalu ingin sekali melakukan ini. Tolonglah!"

Setelahnya, mereka terdiam selama yang kelihatannya seperti berjam-jam, dan kedamaian itu dipecahkan saat Daiki menyadari rona yang sangat merah dan gelap pada kekasihnya. "Tetsu, kau baik-baik saja? Tunggu, apa kau memutuskan untuk me—" Tetsu menghirup napas dalam-dalam, mengeluarkan udara dalam bentuk yang kelihatannya seperti gumpalan-gumpalan mirip asap ledakan. Dia mengalihkan matanya, sepenuhnya menolak untuk melihat Daiki. "Alasan sebenarnya, aku tidak mau," dia merendahkan suaranya sampai seperti bisikan, hampir tak terdengar dengan segala kebisingan yang dibuat oleh para kembang api. "Adalah karena seseorang akan menyadarinya karena suara yang aku—kita, buat."

Daiki mengerutkan alisnya dalam kebingungan, wajahnya mencerah saat ia berpikir tentang solusi. Mengambil tangan Tetsu, dia hampir berseru. "Kau hanya harus menahannya! Tetap tenang, kau tahu?" menatap kekasihnya, sang pria pucat berubah dari yang tadinya hanya warnah kemerahan tipis di wajahnya menjadi merah merona saat semua darah dalam tubuhnya seperti mengalir cepat ke kepalanya. Menutupi wajahnya agar tersembunyi dari Daiki, dia mendongak hanya untuk menanyakan satu pertanyaan. "Daiki, pernahkah terpikir olehmu, bahwa aku tidak bisa diam denganmu?"

Daiki menaikkan alisnya dalam keterkejutan yang menyenangkan, menyeringai dalam cara yang ia tahu akan membuat lutut Tetsu melemas. "Well, aku tersanjung." Pria yang lebih pendek menghela napas lagi, melipat tangannya di dadanya dan membuang pandangannya. Daiki memutar bola matanya dan tersenyum, menggamit bahu kekasihnya dan menariknya dalam pelukannya. Dia merendahkan kepalanya dan mencium pipi Tetsu, lalu hidungnya. "Hey, aku mencintaimu."

Menutup mata dan balas tersenyum, Tetsu menjawab.

"Well, mungkin tidak sesusah itu menahan untuk tidak berisik."

Daiki tersenyum lebar. "Kau terangsang!"