Disclaimer : Bleach belongs to Kubo Tite.


Pulpen

Ichigo/Rukia

Rating : K

One-Shot


"Hey, Kuchiki, bisakah aku meminjam pulpen sebentar?"

Kuchiki Rukia, gadis berambut hitam pendek itu mendongak ke atas, menatap pemilik suara yang telah merusak konsentrasinya untuk membaca semua wacana yang ada di dalam kamus besar yang ia pinjam dari perpustakaan beberapa hari yang lalu. Rukia berpikir bahwa kafe di kampus merupakan tempat yang tepat untuk membaca setelah ruang perpustakan telah dipadati oleh mahasiswa yang sedang serius belajar untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian sebentar lagi. Ternyata dugaannya salah, kafe di kampus bukan tempat yang tepat.

Seseorang mendatanginya dan mengganggunya.

"Oh, tentu. Silakan, Kurosaki-kun." Rukia menyerahkan pulpennya yang bewarna merah gelap dengan warna hitam pada ujung pulpen tersebut kepada laki-laki itu dan kembali membaca buku. Laki – laki itu berambut pendek acak – acakan dan berwarna orange, Rukia selalu bertemu dengannya ketika perkuliahan telah dimulai, setiap mata kuliah, waktu yang sama dan tempat yang sama. Tentu saja, itu karena mereka adalah teman sekelas, tapi mereka tidak pernah bebicara bahkan menyapa. Mereka saling mengetahui nama mereka hanya pada saat dosen memanggil nama mahasiswa yang tertera di buku absen dosen. Itu pun hanya nama marga keluarga mereka saja. Asing, mungkin itu julukan yang cocok buat mereka.

Pemuda berambut orange itu duduk tepat di kursi di depan Rukia dan membuka buku tulis miliknya. Ia mulai menggerutu.

"Huh? Kuchiki, pulpenmu tidak bekerja?"

Terusik lagi, Rukia menghentikan acara membacanya, ia mendongak natap pemuda itu. "Apa? Itu mustahil. Aku baru saja memakainya."

Pemuda bersurai orange itu memberikan raut muka menyerah. "Baiklah, mungkin pulpen ini tidak berfungsi jika aku yang menggunakannya."

Tetapi Rukia menyakinkan pemuda itu bahwa pulpennya tersebut berfungsi dengan baik sebab ia baru membelinya dua hari yang lalu di sebuah toko peralatan tulis, toko langganannya.

"Benarkah?" Kata pemuda berambut orange itu, dan kemudian ia menyodorkan bukunya menuju gadis bersurai hitam gelap dengan kacamata yang menghiasi wajahnya.

"Jika ucapanmu benar, bisakah kau menuliskan nomor ponselmu dan emailmu di sini?"

Rukia terkejut sejenak kemudian sebuah senyuman tipis terlihat, menghiasi wajahnya. Pemuda itu pun membalas senyuman gadis di depannya, tersenyum lebar dengan memperlihatkan deretan giginya.

... Dan itu dapat dibilang, awal dari persahabatan yang baik. Dan awal terjalin sebuah hubungan.


The End


Mohon direviews tentang komentar kalian setelah membaca cerita ini. Terima kasih.