I Think I Love You!

By: 0312_luLuEXOticS

Cast: Luhan, Kim Jongin, Do Kyungsoo, and others

Genre: Romance(?)

Rate: T

Lenght: 1 of 3

Note: Semua cast di sini, Liyya cuma pinjem namanya aja. Cerita ASLI milik Liyya. Kalau ada kesamaan dengan cerita lain, itu murni hanya sebuah kebetulan.

Warning: Romance gagal, cerita abal-abal, ide cerita pasaran -_- typo(s) dimana-mana, feel ngawang(?) alias gak dapet *trus ngapa masih ditulis n di-post -_-* #Liyyanyengir XD

.

.

HAPPY READING^^

.

.

~O.O~

Kriiiiiiiiiiiiinnnnngggggg

Seorang namja cantik menggeliat tak nyaman dari tidurnya saat suara cempreng yang berasal dari jam waker nya itu menggema di seluruh penjuru kamar sederhanannya. Menggulingkan tubuh mungilnya pelan, dia pun langsung mengulurkan tangannya untuk menon-aktive-kan alarm nya kemudian merubah posisinya menjadi duduk di atas ranjangnya. Tangan kecilnya terangkat untuk mengucek matanya pelan. Menghilangkan sisa-sisa rasa kantuk sebelum beranjak dari kasur empuknya menuju kamar mandi setelah menguap cukup lebar.

Usai mandi dan sedikit merapikan penampilannya di cermin, namja manis itu meraih tas sekolahnya dan berjalan menuju dapur. Tempat dimana dia yakin sekali kalau teman serumahnya sedang berkutat dengan kekasihnya (read: alat masak).

Grebb

"Selamat pagi, Kyungie-yaaaaa!" ucap nya sambil memeluk Kyungsoo dari belakang. Menghasilkan senyuman tipis dari Kyungsoo karena tingkahnya -yang menurutnya- kekanakan itu.

"Pagi, Lulu Hyung! Mengapa kau terlihat senang sekali hari ini?" balas Kyungsoo seraya meneruskan sarapannya. Luhan memanyunkan bibirnya mendengar panggilan Kyungsoo yang menurutnya amat sangat tidak 'manly' itu. Namun dia hanya mengedikkan bahunya dan beranjak untuk duduk di depan Kyungsoo. Mengambil roti yang telah diolesi selai oleh dongsaengnya itu.

"Hmmmm, tentu saja aku senang. Hari ini kita akhirnya kembali ke sekolah setelah liburan super membosankan selama sebulan ini." Luhan menjawab pertanyaan Kyungsoo sembari memakan rotinya dengan lahap.

"Memang apa enaknya sekolah. Melelahkan!" tukas Kyungsoo. "Tch!" Luhan berdecih pelan mendengar pernyataan itu. "Sekolah itu menyenangkan, tau. Teman, guru, pelajaran, kelas baru, semuanya!" ujar Luhan tidak setuju.

"Benar hanya karena itu?" Kyungsoo menaikkan satu sudut bibirnya, menghasilkan tatapan 'apa maksudmu?' dari Luhan. "Kau sangat mengerti maksudku, Hyung!" Kyungsoo menjawab pertanyaan tak langsung dari Luhan itu. "Bukannya kau senang karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan penggemar nomor 1 mu?" goda Kyungsoo.

Luhan memutar bola matanya malas begitu mendengar kata 'penggemar nomor 1' yang keluar dari bibir Kyungsoo. Sangat paham apa -lebih tepatnya siapa- yang dimaksud oleh dongsaengnya itu.

"Hhhhhhh," Luhan meletakkan rotinya, mendesah lebay sebelum meneguk susu vanila favoritnya. "Kalau ada hal yang membuat sekolah menjadi tidak menyenangkan, itu adalah keberadaan orang yang kau maksud. Hhhhh, seandainya saja dia tidak ada di sana, pasti sekolah akan sangat menyenangkan," tutur Luhan.

"Wae? Dia anak yang baik menurutku," ujar Kyungsoo. "Tapi aku tidak suka," jawab Luhan.

Kyungsoo kembali menarik sudut bibirnya dan tersenyum jahil pada Luhan. "Tidak baik terlalu membenci seseorang, Hyung. Orang bilang, benci dan cinta itu hanya memiliki perbedaan yang sangat tipis, Hyung!" tuturnya sambil menaik-naikkan alisnya menggoda Luhan.

Lagi, Luhan memutar bola matanya mendengar ucapan Kyungsoo. "Whatever," ucapnya acuh dan meneruskan sarapannya. Mengabaikan senyuman jahil yang masih tercetak di wajah manis Kyungsoo. Lebih baik tidak diteruskan, atau bisa-bisa dia kehilangan selera makannya pagi ini.

"Kyungie-ya! Hari ini, kau ada kegiatan sepulang sekolah?" tanya Luhan mengalihkan pembicaraan. "Hmmmmm, sepertinya tidak ada, Hyung. Wae?" Kyungsoo balik bertanya. Luhan menggelengkan kepalanya. "Jeongmal? Kalau begitu, nanti temani aku membeli beberapa buku pelajaran yang baru, ne!" jawab Luhan.

"Buku baru? Arrasseo. Sekalian aku juga mau membeli buku resep lagi, hehehe." Kyungsoo menganggukkan kepalanya setuju. "Kajja!" ajaknya setelah mereka menyelesaikan sarapan dan membereskan semuanya.

Sepanjang perjalanan, Luhan terus tersenyum. Di dalam bis tadi, dia bertemu dengan beberapa teman sekelasnya dan itu membuatnya lebih semangat lagi untuk belajar hari ini. Untungnya, tahun ini pun dia masih satu kelas dengan Kyungsoo. Tentu saja bersama beberapa sahabatnya yang lain juga.

Sekolah di Korea merupakan impian Luhan. Mungkin karena terlalu sering menonton K-Drama di rumahnya dulu. Karena itulah, dia sangat sedih jika liburan sekolah datang dan excited setiap liburan sekolah usai. Luhan merupakan murid pindahan dari China. Dia pindah ke Korea waktu kelas 3 SMP karena Baba nya dipindah tugaskan di sana. Dan karena saat itu bahasa Korea Luhan masih belum bagus, dia harus turun satu kelas. Karena itulah, meskipun usianya setahun di atas Kyungsoo, mereka berada di kelas yang sama sekarang.

Di penghujung kelas 3, Luhan harus kehilangan orang tuanya dalam sebuah kecelakaan. Sebuah kebakaran yang tidak hanya menewaskan kedua orang tuanya namun juga melahaphabis rumah mereka beserta isinya. Luhan tidak punya siapa-siapa di Korea, hanya ada Kyungsoo, sahabatnya yang selalu menemaninya. Karena itu, dia merasa sangat berterima kasih pada Kyungsoo dan orang tuanya yang mengijinkan dia untuk tinggal bersama mereka.

Saat mereka menginjak bangku SMA, orang tua Kyungsoo terpaksa harus pindah tugas ke Jepang. Dan karena rumah mereka terlalu besar untuk ditempati oleh 2 orang, Tuan Do membelikan sebuah rumah sederhana untuk Kyungsoo dan Luhan tinggal. Awalnya Luhan menolaknya. Walau bagaimana pun, dia merasa sudah terlalu banyak berhutang pada keluarga Kyungsoo. Tapi Eomma, ibunya Kyungsoo, membujuk -memaksa- nya. Mengatakan kalau Luhan sudah seperti anak bagi mereka. Dan Luhan tidak bisa menolak lagi.

"Aaaahhh, aku merindukan sekolah ini!" ucap Luhan senang saat dilihatnya pintu gerbang yang terbuka lebar dari kejauhan. Kyungsoo hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis melihatnya. Dia sendiri tidak habis pikir, bagaimana bisa Luhan begitu suka dengan yang namanya sekolah.

"Selamat pagi, Ahjussie!" sapa Luhan pada pria paruh baya penjaga sekolah mereka, Pak Kim, yang langsung disambut dengan tawa renyah dan ramah dari yang disapa.

"Selamat pagi, Luhannie. Aigoooo, sebulan tidak bertemu, kau semakin manis, eoh!?" godanya membuat Luhan manyun. Mengapa semua orang harus mendeskripsikan dirinya dengan kata-kata sejenis itu? Apa kata 'manly' tidak ada di dalam kamus mereka?

"Aku tidak manis, Ahjussie! Tapi aku ini tampan!" ucapnya PeDe membuat Pak Kim kembali tertawa ranyah. Sangat mengerti kalau namja mungil yang sudah seperti anaknya itu sangat tidak suka dengan julukan-julukan seperti itu.

"Kekekekekeke. Arrasseo arrasseo! Anakku memang paling tampan!" ujarnya mengacak surai madu Luhan. "Bagaimana liburanmu?" tanya nya kemudian.

"Huft. Membosankan. Kyungie meninggalkanku sendirian selama 3 minggu, Ahjussie!" adunya manja. Pak Kim kembali tertawa, sedangkan yang tertuduh hanya bisa memutar bola matanya malas. 'Tch! Dia selalu memaksa orang untuk mengakui ke-manly-annya tapi dia bertingkah seperti itu!' batinnya.

"Yaaaa! Itu salahmu sendiri, Hyung! Mengapa saat aku mengajakmu mengunjungi Eomma dan Appa ke Jepang, kau tidak mau!"

"Hehehehehe," Luhan memberikan cengirannya. "Mau bagaimana lagi, Kyungie-ya! Aku kan harus bekerja untuk kelangsungan hidupku. Tidak ada waktu untuk berlibur. Hehehehe. Peace!" ujarnya dengan satu tangan terangkat untuk membentuk huruf 'V' di samping wajahnya. Sebenarnya Luhan ingin sekali mengunjungi Tuan dan Nyonya Do. Dia juga merindukan kedua orang tua angkatnya itu. Tapi Luhan terlalu sungkan kalau harus merepotkan mereka yang harus mengeluarkan uang -lagi- untuk tiket pesawatnya jika dia ikut. Nanti, kalau uang tabungannya sudah terkumpul, Luhan sudah berjanji pada dirinya sendiri, dia pasti akan mengunjungi mereka.

"Aigoooooo! Makanya, seharusnya Luhannie punya pacar. Biar tidak bosan kalau Kyungsoo tidak ada," ujar Pak Kim, lagi-lagi menggoda Luhan.

"Aeeeyyyy! Luhan Hyung itu, terlalu pilih-pilih, Ahjussie. Padahal kan, banyak sekali yang mengantri," sahut Kyungsoo. "Apalagi penggemar nomor 1 nya itu," lanjutnya membuat Luhan membelalakkan matanya seketika.

"Yaaaak! Sekali lagi kau menyebut kata itu, maka—"

"LULU HYUUUUUUUUNGGG!" ocehan Luhan tertelan seketika saat mendengar teriakan menggelegar yang berasal dari luar gerbang sekolah itu. Beberapa meter dari tempat mereka berdiri, seorang namja tampan nan seksi berkulit tan tengah melambaikan tangannya ke arah mereka -lebih tepatnya ke arah Luhan- dengan senyuman sumringahnya. Dia! Si 'penggemar nomor 1' Luhan.

Glekk

Luhan menelan ludahnya kasar saat mendengar suara itu. Perfect time, pikirnya. Kenapa dia harus langsung bertemu dengannya bahkan di pagi indah pertamanya?! Ini pasti pertanda buruk baginya.

"Euuummm, Ahjussie! Sepertinya sebentar lagi bel akan berbunyi. Kalau begitu, kami ke kelas dulu, ne?! Annyeong!" Luhan segera melesat pergi dari sana, menghindari si 'penggemar', tidak lupa menarik tangan Kyungsoo agar ikut bersamanya.

"Looohhh! Lulu Hyuuuuung! Kau mau kemanaaaa?"

Luhan menulikan telinganya seketika. Memfokuskan otaknya untuk berlari lebih kencang. Memaksa Kyungsoo, yang terlihat ngos-ngosan di belakangnya, untuk berlari mengikuti irama(?) langkahnya.

'Uuuurrrggghhh! To much for a perfect day! Mimpi apa aku semalam? Mengapa harus bertemu dengannya sepagi ini? Apa salah dan dosaku, ya Tuhaaan! Benar-benar pertanda buruk!' gerutu Luhan sambil terus berlari menuju kelasnya. Lebih cepat dia menemukan kelasnya, lebih cepat pula dia terbebas dari namja itu. Namja yang selalu mengikuti kemana pun langkah Luhan selama hampir setahun ini. Namja yang mengaku diri sebagai penggemar nomor 1 Luhan. Namja yang selalu mengganggu privasi Luhan. Namja yang selalu membuatnya berfikir dua kali untuk melangkah keluar dari kelasnya saat istirahat tiba. Karena keluar dari kelas means bertemu dengannya. Dimana pun itu. Namja yang bernama...

"Yaaaak! Kim Jongin! Berhenti mengikuti dan menggangguku! Ini bahkan masih terlalu pagi! Apa kau tidak punya pekerjaan lain!?" teriak Luhan dengan amat sangat sebal saat Jongin berhasil menyamakan langkah lebarnya dengan langkah mungil Luhan.

"Aigooooo aigooooo! Yeppeo Hyung! Lulu Hyung yang cantik! Jangan marah-marah. Ini bahkan masih terlalu pagi untuk marah-marah. Iya kan D.O Hyung?!" jawabnya yang dijawaban dengan anggukan mantap dari Kyungsoo yang masih terlihat 'ngos-ngosan'. "Lagi pula, ini kan memang pekerjaanku, Hyung. Menyambut Lulu Hyung tercinta dan mengantarkannya menuju kelasnya," lanjutnya, mengacuhkan 'death glare' yang dilemparkan Luhan padanya.

"Uuuurrrggghhh! Tapi aku tidak membutuhkanmu untuk mengatarku, Kim Jongin! Dan aku ini tidak cantik!" seru Luhan lagi.

"Hyuuuuuung! Berapa kali aku bilang, jangan panggil aku Jongin! Itu tidak keren sama sekali. Panggil aku Kai! Biar terdengar lebih seksi. Lagi pula semua orang memanggilku begitu!"

"Dan berapa kali juga aku bilang! Namaku Luhan! Bukan Lulu!" jawab Luhan tak mau kalah. "Lagi pula namamu itu Jongin! KIM JONGIN! Aku tidak mau memanggilmu 'Kai'!" Luhan menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek, tapi malah diartikan lain oleh Jongin.

"Aigooooo! Apa kau ingin memanggilku dengan panggilan yang berbeda dari orang-orang, Hyung?"

"Wha—"

"Aaawwwww, manis sekali! Tidak perlu malu, Hyuuung! Kalau begitu, khusus untuk Lulu Hyung yang cantik dan aku cintai, aku tidak akan keberatan dipanggil 'Jongin'!" ucapnya membuat emosi Luhan semakin memuncak.

"Yaaaaaak! Kau—"

"Jja! Karena sudah sampai di kelasmu, berarti tugasku sudah selesai, Hyung!" potong Jongin sebelum berbalik menuju kelasnya. Namun tidak lupa untuk berteriak lantang sebelumnya.

"SAMPAI KETEMU NANTI, HYUUUUUNG! SARANGHAAAEEE!"

Oh My God! Luhan bisa merasakan panas di pipinya. Bukan karena merasa tersipu apalagi tersanjung atas pernyataan Jongin yang didengarnya hampir setiap hari itu, tapi MALU karena teriakan itu membuat semua orang menatap dan memperhatikannya. Tidak terkecuali Kyungsoo yang terkekeh pelan di sampingnya.

Dukk

Luhan membenamkan kepalanya di atas meja. Menutupi rasa malu yang tengah melandanya. Menghindari tatapan entah apa itu dari teman sekelasnya.

"Mengapa kau selalu menolaknya, Hyung? Menurutku Kai adalah anak yang manis!" tukas Kyungsoo yang telah duduk di sebelahnya. "Setidaknya, bersikaplah sedikit lebih baik padanya."

Luhan sontak mengangkat kepalanya mendengar penuturan itu dan langsung menatap Kyungsoo. Manis? Apa telinganya salah dengar? Atau Kyungsoo memang benar-benar baru saja mengatakan kalau Jongin adalah anak yang manis? Dan apa itu 'Kai'? nama itu terdengar menggelikan! Dimana letak keseksiannya! Cih!

"Waeeeee?" tanya Kyungsoo saat mendapatkan tatapan dari Luhan. "Kau,, menyukai namja pengganggu ketenangan hidup orang itu?" Luhan balik bertanya.

"Hhhhhmmmmm, bagaimana ya?" Kyungsoo terlihat berfikir sejenak. "Selain manis, dia juga baik menurutku. Seandainya saja aku tidak sedang dalam masa pendekatan dengan Suho Hyung, aku pasti menyukainya," ujar Kyungsoo lagi membuat mulut Luhan semakin menganga lebar.

Luhan mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Kyungsoo. "Kyungie-ya! Mau mampir ke dokter setelah dari toko buku nanti? Sepertinya otakmu bermasalah!" ucapnya.

Pletakk

"Yaaak! Dasar Hyung lebay!" cibir Kyungsoo setelah berhasil mendaratkan jitakannya di jidat mulus Luhan atas penuturan tidak senonoh(?) nya barusan.

"Tch! Salah sendiri bicara yang tidak-tidak." Luhan mengusap kepalanya dengan bibir manyun. "Lagian, apanya yang manis? Kerjanya hanya mengganggu ketenangan orang lain! Membuat masa sekolahku yang harusnya seperti di surga menjadi pindah ke neraka!"

"Aiissshhh! Itu karena kau menanggapinya negatively, Hyung. Cobalah untuk menilainya dari sisi positif. Kai pasti tidak seburuk itu, kan?!"

Luhan kembali menatap Kyungsoo dengan tatapan anehnya. Mengapa namja bermata bulat ini sangat gigih membela Jongin? Bukankah seharusnya dia berada di pihak Luhan? Namun kemudian dia menopang dagunya dengan telapak tangannya di atas meja dan menatap ke sembarang arah. Memikirkan apa yang dikatakan Kyungsoo barusan. Mencoba mengingat-ingat atau mencari sisi positif dari apa yang dilakukan Jongin padanya selama ini. Mengabaikan Park Sonsaeng-nim yang mulai menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di depan kelas.

. . .

Kim Jongin.

Hoobae yang berada satu tingkat di bawahnya. Hoobae yang dikenalnya saat orientasi sekolah dulu. Saat itu, Luhan yang merupakan anggota seksi kedisiplinan OSIS tengah berjalan di sepanjang koridor menuju aula sekolah dan menemukan seorang namja *ehem*tampan*ehem* berkulit sedikit coklat dan *ehem*seksi*ehem* yang -sepertinya- tengah mengendap-endap untuk kabur dari acara.

Tentu saja sebagai seorang anggota seksi kedisiplinan, dia harus menjalankan tugasnya. Luhan memanggil Jongin dan menghukumnya saat itu juga. Tanpa tahu kalau itu adalah awal dari hancurnya(?) masa-masa sekolah yang paling dicintainya. Karena setelah hari itu, Jongin selalu datang padanya untuk meminta hukuman dengan wajah yang sama sekali tidak menunjukkan kalau dia menyesal. Sebaliknya, Jongin justru terkesan seolah menikmati setiap hukuman Luhan.

"Sunbae, aku tidak membawa atributku."

"Sunbae, aku tidak memakai dasiku."

"Sunbae, aku tidak mengerjakan tugasku."

"Sunbae, aku terlambat hari ini."

"Sunbae, jasku terkena kuah ramen tadi pagi."

Luhan berusaha menahan dirinya untuk tidak berteriak sebal pada Jongin setiap kali dia datang menghadapnya dengan senyuman nakal yang terpatri di wajah tampannya. Berkata pada dirinya sendiri untuk bersabar, bahwa sebentar lagi masa orientasi sekolah akan berakhir. Begitu juga pastinya dengan semua gangguan ini. Namun—

"Selamat pagi, Sunbae! Mau jalan ke kelas bersama?"

"Luhan Sunbaeeee! Aku membawakan kue untukmu! Kau suka Strawberry Cake, kan?"

"Yeppeo Sunbae! Aku dengar, kau suka bunga Mawar Putih."

"Hyung! Ternyata kau suka membaca buku di perpustakaan? Assaaaa! Kalau begitu, aku akan berbaik hati untuk menemanimu setiap kali kau membaca di sini, Hyung."

"Luhan Hyung! Aku membeli 2 Bubble Tea. Mau menikmatinya bersama di bawah pohon sana?"

"Yeppeo Hyuuuung! Aku menyukaimu!"

Kalimat terakhir adalah pernyataan suka pertama dari Jongin setelah kurang lebih 4 bulan mengganggu ketenangan masa sekolah Luhan yang indah. Jongin mengatakan itu saat sedang 'menemani' Luhan membaca buku di perpustakaan. Kalimat yang sempat menarik perhatian Luhan selama beberapa menit. Namun kemudian, Luhan hanya memutar bola matanya. Mengingat bagaimana sikap Jongin yang terkesan 'playful' dan sedikit kekanakan -di matanya-, tidak mungkin Jongin serius dengan ucapannya barusan, pikir Luhan.

"Lulu Hyuuuuuuung! Aku mencintaimuuuu!"

Dan kalimat itu adalah pernyataan cinta yang pertama kali dari Jongin untuknya. 2 bulan setelah pernyataan di perpustakaan waktu itu. Saat itu Luhan sedang berada di kantin bersama Kyungsoo dan beberapa temannya yang lain. Dan teriakan Jongin itu cukup membuat suasana kantin yang tadinya ramai menjadi hening seketika. Setiap pasang mata yang ada di sana beralih menatap Luhan yang sudah se-merah cherry manis siap petik di tempat duduknya. Entah karena malu atau karena hal lainnya, Luhan sendiri juga tidak tahu. Dan sebelum dia bisa mencerna apa yang sedang terjadi saat itu, Luhan telah berlari secepat kilat untuk keluar dari kantin. Menghindari tatapan penasaran dari penghuni kantin, meninggalkan Jongin dengan pernyataan cintanya yang tak terbalas. Tidak menangkap tatapan sendu dan kecewa dari Jongin untuknya.

Jika Luhan berfikir kalau Jongin akan mundur setelah kejadian di kantin saat itu, maka Luhan salah besar. Karena hari-hari setelah itu, kunjungan Jongin justru semakin intens. Kemana pun Luhan melangkah saat di sekolah, maka Jongin akan ada di sampingnya. Bercerita tentang segala hal. Terus berbicara meskipun Luhan terlihat tidak tertarik sama sekali. Tidak lupa mengucapkan 'I Love You' setiap mereka akan berpisah jalan.

. . .

"Baiklah anak-anak. Kerjakan semua soal di halaman 90-100 dan kumpulkan pada pertemuan selanjutnya!"

Ucapan perpisahan(?) dari Park Seonsaeng-nim menyadarkan Luhan dari lamunannya. Luhan mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali. Tidak mempercayai dirinya sendiri yang baru saja menghabiskan 3 jam pelajaran Bahasa Inggris yang paling disukainya hanya untuk melamunkan seorang KIM JONGIN!

'Ini semua gara-gara Kyungsoo!' pikirnya seraya menatap Kyungsoo dengan sedikit memicingkan matanya dan mempoutkan bibir cherry nya. Kyungsoo yang ditatap hanya bisa berkedip imut. Tidak paham mengapa Luhan tiba-tiba menatapnya seperti itu.

"Waeyo?" tanya Kyungsoo innocent. Luhan berdecak pelan dan membereskan mejanya. Mengikuti Kyungsoo dan yang lainnya menuju ruang ganti. Pelajaran selanjutnya adalah pelajaran olahraga. Untungnya jam olah raganya tidak bersamaan dengan kelas Jongin, atau dia tidak akan bisa merefreshingkan matanya dengan menatap guru olah raga mereka yang sangat tampan itu dengan tenang, karena keberadaan Jongin yang bisa dipastikan akan mengganggunya.

Terkadang Luhan bertanya pada dirinya sendiri. Jongin tidak pernah membahas kejadian di kantin waktu itu. Seolah dia tidak ingin tahu apa jawaban Luhan. Seolah apapun jawaban Luhan, itu tidak berarti untuknya. Seolah dia menunggu untuk Luhan menjawabnya tanpa dia harus bertanya lagi. Atau memang seperti itu?

Luhan bahkan sempat berfikir kalau mungkin Jongin marah padanya dan dia ingin sekali meminta maaf padanya karena kejadian tempo hari. Dia merasa bersalah karena langsung pergi waktu itu. Dia tidak bermaksud untuk pergi begitu saja. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk mempermalukan Jongin yang -mungkin- terlihat seperti orang bodoh saat Luhan meninggalkannya tanpa jawaban. Luhan hanya terlalu malu saat itu dan tubuhnya bergerak di luar kesadarannya.

Tapi saat keesokan hari dan seterusnya Jongin tetap mendatanginya dengan senyuman tampan di bibirnya, bersikap seolah-olah dia tidak pernah mengumumkan perasaannya pada Luhan di depan hampir seluruh siswa, Luhan mengurungkan niatnya untuk meminta maaf. Dan ucapan 'Aku mencintaimu' yang keluar dari bibir Jongin setiap hari tanpa kenal tempat dan waktu itu membuat Luhan menarik satu kesimpulan.

Jongin sepertinya tidak benar-benar serius dengan apa yang diucapkannya.

Jongin masih muda dan cenderung kekanak-kanakan, menurut Luhan. Dia suka bercanda. Dia juga sedikit usil. Luhan sering melihatnya –tidak sengaja melihat, karena dia tidak mungkin melihat apalagi memperhatikan namja berkulit Tan itu- saat sedang menjahili teman-temannya.

Mungkin memang Jongin suka mengganggunya. Mungkin Jongin suka saat Luhan marah. Mungkin Jongin suka mengusilinya karena Luhan sama sekali tidak pernah menanggapinya. Mungkin Jongin hanya main-main saja, sama dengan apa yang dilakukannya pada teman-temannya yang lain. Mungkin,,, kata-kata cinta itu tidak ada artinya sama sekali.

Luhan mengedikkan bahunya acuh. Itu semua kan terserah Jongin. Mengapa dia harus repot-repot membuang waktunya untuk memikirkan itu. Kalau memang Jongin hanya main-main saja, itu sama sekali buka urusannya. Jongin itu menyebalkan. Sekali menyebalkan ya tetap menyebalkan. Sampai kapanpun!

Atau mungkin Luhan sedang berusaha mencoba menyangkal satu hal. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, terbesit sedikit rasa kecewa saat dia memikirkan hal itu. Tapi mengapa? Jika memang Jongin tidak serius dengan apa yang diucapkannya, mengapa dia harus kecewa? Jongin bukan siapa-siapa untuknya. Hanya seorang Hoobae usil yang suka mengganggunya. Jadi, tidak ada alasan baginya untuk kecewa. Benar kan?

. . .

TBC

A/N:

Annyeoooooong :D

Liyya datang lagi dengan menyeret(?) KaiHan XD Semoga feel nya dapet :(

Maaf kalau pendek ^_^ Chap ini kan masih chap perkenalan :D Maaf juga kalau jelek :'( Ini gak akan panjang-panjang kok. Cuma 3shot doank :D

Oke! Liyya gak mau banyak ngemeng. Makasih yang udah nyempetin baca :D Boleh minta pendapatnya, kan?

See U next Chapter^^

Maybe,,,,, ^_^