Tittle: Is It Ramen?

Genre: Romance,Fluff

Pairing: Chanyeol/Baekhyun

Author: sensemi,cynee

Rating: T

Length: Two Shoot/Three shoot

Disclaimer: God and themself. And this fic is mine.

Summary: Again today,I don't know what I did this morning. Again today,my lunch Is it Ramen?

Note: Hai ._. aku bawa ff yang sebenarnya ide dari sensemi(luvyu) dan aku adaptasi jadi aku membawa nama dia disini. Dan ada beberapa ff kehapus. Mianhaeeeeeee T.T nanti akan aku post lagi ._. ini karena saudara ku otak otik-_- jadi aku menghadiahi ini dan satu FF lagi. Oh iya,FF Short mau aku lanjut mungkin ada yang mau? ._.

Pemuda dengan postur tubuh tinggi menggeliat di atas kasur nyamannya. Bangun dengan mata yang masih sipit dan nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi nya. Mencoba berdiri dan berpegangan dengan dinding—biru muda disampingnya.

Mengambil sikat gigi dan menggosok giginya dengan mata tertutup. Padahal jika dilihat-lihat ini sudah hampir jam sepuluh pagi. Untung ini hari sabtu—dimana dia libur sekolah.

Dan kira-kira jika dihitung dia hampir tidur dalam waktu 9 jam. Dan itu sudah melewati batas normal seseorang tidur. Dan,hell masih saja dirinya mengantuk.

Dia sedikit berfikir,apakah ini efek kelelahan karena mengerjakan tugas yang sangat banyak itu? Ah,tapi dia pun tidak mengerjakan sepenuhnya. Lagipula,itu dikumpulkan saat akhir tahun.

Lalu kenapa dirinya tetap mengantuk begini?

Dengan masih mengenakan piyama—bergambar rillakuma dia berjalan ke arah kalender dipasang. Dengan mata yang sudah—hampir tampak segar dia melihat tanggal berapa sekarang.

15 september 2016.

Dengan resah dia berjalan ke ruang tamu yang hanya diisi dengan TV dan—kotoran kucing?

Sial,apa Maru—kucingnya yang melakukan ini semua? Dan apakah harus ia bersihkan?

Sialnya lagi,harus. Karena ini rumahnya,yang paling istimewa. Tempat berlindung dirinya oleh debu-debu jahat diluar sana.

Kini dirinya dengan piyama masih melekat—erat ditubuhnya mencoba membersihkan kotoran kucing yang ada di lantai ruangan Tamu nya. Rumahnya tidak terlalu besar,tapi cukup untuk satu keluarga. Yeah,sayangnya keluarganya telah pindah ke Spanyol karena sebuah urusan penting.

Dan,kembali lagi dirinya disibukkan dengan seseorang yang datang kerumahnya.

"Benar ini rumah nomor 6104?" seseorang bertubuh mungil berdiri di hadapannya dan sebuah kotak berbungkus coklat di tangannya.

"Ya." sedikit mengusak rambutnya. Seseorang bertubuh mungil di hadapannya menyodorkan kotak tadi dan menyodorkan sekertas yang harus diisi dengan tanda tangan.

"Park—"

"Chanyeol." Pemuda tinggi ini mengambil barang—kotak tadi dan hendak menutup pintu rumahnya. Dia sudah penasaran duluan dengan isinya. Dia sama sekali tidak peduli bahwa isinya ternyata Bom Atom buatan Amerika ataupun Rusia,Shit.

"Okey. Permisi." Seseorang bertubuh mungil itu berjalan menjauh dan ingin menaiki kendaraan beroda dua itu. Entah dorongan darimana Chanyeol melihat name tag pemuda mungil itu.

"Byun..Baekhyun."

.

.

.

Chanyeol mendapatkan sebuah surat dan kiriman uang. Chanyeol tidak bisa berfikir—tepatnya mencari tahu kenapa Ibunya tidak mentransfer saja? Heh! Ibunya memang sangat rumit.

Ibu dan ayah mungkin akan pulang tahun depan. Kau jaga diri baik-baik. Ini ada uang untuk kau makan. Apa persediaan makanmu masih cukup? Aku kira masih. Dan,Kakak mu akan pulang tahun depan dengan gelar Sarjana dari Australia.

Belajar dengan benar,ibu tahu sebentar lagi akan ada liburan musim dingin. Jika musim dingin pakailah pakaian hangat. Jangan bermain macam-macam.

Kau boleh mengajak—

Chanyeol langsung melipat kembali surat dari Ibu nya dan meletakkan di tempat semula. Chanyeol berdecak,lalu berjalan ke arah dapur. Dan melihat isi lemari makanannya.

Dan disana tinggal tersisa dua bungkus ramen.

Chanyeol sangat-sangat bosan akan kehidupannya yang lama-lama membosankan. Bisakah dia ikut bersama Ibu dan Ayahnya di Spanyol? Atau pergi ke Rusia? Atau pergi ke Jerman? Swedia? Yeah,that is just a dream.

Dia berbeda dengan kakak nya yang sangat aktif dalam apapun. Pantas mendapat beasiswa ke luar negeri.

Telepon rumah Chanyeol berdering nyaring—hampir memekakkan telinga nya.

"Yeobboseyo?" Chanyeol berbicara dengan nada malas dan sambil memasak ramen. Untung telepon rumahnya dekat dengan dapur.

["Yeobboseyo. Ini aku Sehun."]

"Oh,ya. Ada apa?" sesekali Chanyeol melirik ramen nya yang sepertinya sudah setengah jadi.

["Karena besok kita—masih libur. Jadi,mau kan kau ikut denganku?"]

"Tidak." Chanyeol benar-benar malas berbicara,sebenarnya dia malas untuk berbuat apapun. Pikirannya adalah lebih baik mati dibandingkan seperti ini.

["Ku jamin,kau akan senang."]

"Aku tidak tertarik." Chanyeol berusaha menuangkan ramen nya kedalam mangkuk. Dan berhasil.

["Ayo bertaruh. Jika aku benar kau harus ikut denganku."]

"Hm." Chanyeol mengambil sumpit dan sebuah sendok dengan cekungan dalam.

["Kau pasti sedang memasak ramen dan ingin memakannya."]

Chanyeol yang sedang mencicipi kuah ramen nya hampir tersedak. Dan mata Chanyeol terbelalak.

"Kau menang."

["Yeah! Besok jangan lupa!"]

Chanyeol mematikan langsung teleponnya,dan membawa ramen—makanan setiap harinya ke ruang makan. Ruang makannya mempunyai jendela yang menghadap keluar.

Entah kenapa,dia sabtu ini jalan di depan rumahnya sepi,terutama rumahnya sendiri. Kalau boleh dia berpendapat,ini karena sekelompok genk yang ada diujung jalan rumahnya. Tapi,sayangnya siapa yang mau mendengar pendapat seseorang yang bodoh?

Dan,kenapa jam nya lama sekali berjalan? Setiap selang sedetik seperti terasa sejam—ah berlebihan. Tapi,Chanyeol memang merasa dirinya sangat amat kesepian.

Pikir saja,pertama, tidak ada yang menyapa di pagi hari yang—seharusnya menyenangkan ini. Berkata,"selamat pagi" saja tidak ada. Huh.

Kedua,kenapa setiap hari dia harus memakan Ramen lagi? Setiap bangun tidur,sepulang sekolah,makan malam,bangun tidur lagi,dan seterusnya. Sampai-sampai dia harus bertanya pada tembok yang terdiam,"Apa ramen lagi?"

Ketiga,tidak ada siapapun kecuali dia—tunggu jangan lupakan Maru yang sedang menonton TV sekarang. Yeah,berdua saja dengan seekor kucing pemalas—seperti dirinya.

Keempat,kurasa rumah ini membosankan.

Chanyeol langsung berjalan ke arah luar dengan masih menggunakan piyama dan sandal tidur. Sabtu nya sangat membosankan. Seandainya,kakak nya masih tinggal disini—bukan di Australia,dan ibu nya adalah Ibu Rumah Tangga seperti Ibu Sehun.

"Lebih enak menjadi kau karena,jika tidak ada Ibu semuanya bebas. Aku saja dimarahi terus."

Tanggapan Sehun waktu itu menurutnya salah. Lebih enak dimarahi dibanding harus menjadi bebas. Terasa,diabaikan dan Chanyeol sungguh-sungguh tidak suka.

"Huh." Chanyeol menghela napas dan berjalan membuka pagar rumahnya. Menengok ke kanan dan kiri. Apa orang-orang sedang berlibur ke luar kota atau negeri?

"Hai."

Chanyeol termenung melihat sosok pemuda mungil pengantar barang tadi tiba di depannya. Chanyeol mengerjap seperti anak kecil yang diberi lollipop besar.

"Kau mengantar barang lagi?" Kata-kata itu keluar saja dari mulut Chanyeol yang keluar saja dari mulut Chanyeol yang yeah—menyebalkan.

"Tidak. Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu seperti penguntit." Pemuda mungil itu tersenyum layaknya bayi. Chanyeol memiringkan kepalanya dan mengira dia adalah bayi besar.

"Aku bukan penguntit." Chanyeol menggeleng dan hendak masuk ke rumahnya. Pemuda mungil itu memanggil namanya dengan benar.

"Chanyeol!"

Seperti sihir Chanyeol menoleh.

"Perkenalkan Namaku Byun Baekhyun!"

-To Be Continued-

a/n: Bagaimana? (._.) pendek ya? Ini baru prolog dan gantung banget -_- aku janji besok aku post kelanjutannya. Dan maaf ff aku kehapus hehe (._.) ini hadiah dan ada satu ff yang lagi proses. Sequel FF ini mau aku buat series .-. kisah kisah Chanyeol saat bertemu Baekhyun akan dibuat beda-beda dalam satu judul,yah begitulah. Ini terinspirasi dari lagu AKMU-Is It Ramen?. Ada yang tau? Mungkin pernah denger? Hehe.

Yaudah lah ya,aku mau garap ff yang lagi proses dan mau mengerjakan PR huhu ._.

Review please?