The Devil Went Down To Sakuragaoka

Genre : friendship

Disclaimer : K-ON! Bukan punya saya, saya cuma punya OC-nya saja

Synopsis : Sebuah event persahabatan antar sekolah agaknya memperkenalkan mereka dengan kumpulan orang yang salah...

Rating : T

Author's note : Akhirnya setelah mendapatkan inspirasi entah darimana (agaknya youtube dan guitar hero bertanggung jawab^^), saya memutuskan untuk menulis ini...


.

PROLOG

.

Beberapa orang berkata bahwa SMA adalah masa-masa yang paling indah dalam hidup dimana kau bisa bersenang-senang dengan temanmu, menggila seperti tiada aturan dan bebas tanpa harus berpikir macam-macam. Hidup seolah hanya dibagi dalam dua dunia yang sempit antara belajar dan bersenang-senang, antara sekolah dan rumah.

Akan tetapi pernahkah pula kau berpikir bahwa untuk beberapa orang, masa-masa SMA justru merupakan masa-masa paling mengerikan. Masa-masa paling mengerikan dimana kau selalu dirundung ketakutan akan ketidaksesuaian dan bagaimana reaksi orang-orang terhadap keberadaanmu (beberapa mendefinisikannya sebagai kata populer dalam beberapa arti tertentu). Dalam masa ini pula Ego-mu akan diuji dan sebagaimana manusia yang dirundung dalam lingkaran setan bernama dosa...kau akan selalu diliputi oleh rasa iri dan kehendak untuk bisa jadi yang terbaik di antara sekian banyak orang. Dan berkaitan dengan hal itu kau akan berusaha memenangkan pengaruh dengan segala cara entah itu dengan cara membuat dirimu menjadi tampak bodoh atau menyembunyikan segala kegelisahanmu rapat-rapat di balik sebuah topeng kosong bernama 'keren'. Apapun yang kau pilih sejatinya kedua hal tersebut adalah dua hal yang sangat sulit untuk menjadi sebuah pilihan dan tak ada pula jaminan kau akan sukses dengan apa yang kau inginkan dari kedua hal itu. Singkatnya, kau akan mulai memahami maksud Jean Paul Satre dengan sebuah kata-katanya yang terkenal bahwa hidup itu seperti melempar dadu dimana seperti layaknya sebuah dadu yang dilempar, kita tidak akan tahu apa yang akan menanti kita di depan sana...apakah itu suatu peruntungan atau...kemalangan...

Singkatnya, tak ayal pula harus dikatakan bahwa kehidupan SMA juga penuh perjuangan.

Dan hal itu tentunya juga berlaku untuk Huang Luo Yi alias Mark, seorang murid pindahan yang telah menjalani kehidupannya sebagai seorang pelajar sebuah sekolah swasta di Jepang sejak dua bulan yang lalu sebagai buntut kebijakan orang tua angkat yang menurutnya lebih mengarah pada suatu upaya untuk menyingkirkannya sejauh mungkin dari 'pusat pemerintahan'.

"Kurasa mereka pasti sedang bersenang-senang di rumah". Pikirnya dalam hati membayangkan kedua orangtua dan kedua adik angkatnya sedang menggelar pesta pora sambil bersorak, "Akhirnya kita bebas! Nggak ada yang menghabis-habiskan beras lagi di rumah, nggak ada lagi yang mencuri kue di depan rumah! He's Japanese problem now!" sembari membaca sebuah buku berjudul 'Japanese for Dummies' disela-sela waktu menunggu kedatangan kereta pagi yang akan membawanya ke stasiun dekat sekolahnya.

Seperti namanya, ia adalah seorang Han berkewarganegaraan RRT. Ia sejatinya berasal dari Taipei tetapi semenjak diadopsi oleh orang tua angkatnya tiga tahun yang lalu, ia tinggal di Shanghai sampai setidaknya tiga bulan yang lalu dimana akhirnya 'vonis' pembuangannya dikeluarkan dan berkekuatan hukum tetap. Ia harus menghadapi kenyataan akan segala hal yang baru. Negara yang baru, sekolah yang baru, orang yang baru, budaya yang baru...dan yang paling parah...bahasa yang baru, suatu hal yang benar-benar membuatnya serasa menjadi seekor E.T di tengah peradaban film The Matrix.

"Kubayangkan adik-adikku itu pasti sedang tertawa terkekeh-kekeh melihat kakaknya ini dianggap sebagai orang kampung di negeri orang."

Ingin rasanya ia melempar buku sial yang sedang dibacanya itu karena sebal mengingat sudah beberapa bulan ia tinggal di Tokyo tetapi tidak kunjung paham perbedaan antara huruf kanji, dan kana sehingga hal ini kerap kali membuatnya tertimpa masalah, mulai dari tersesat, salah membeli minuman sampai kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal ini diperparah dengan kesialannya tadi malam yang membuatnya nyaris menangis dan meringkuk sendirian di kamar selama tiga jam.

Alhasil, kini ia menghadapi pagi harinya dengan rasa kantuk yang sangat berat.

"Jam 6.20..."

Ia mengamati sebuah jam tangan yang melingkar di tangan kanannya sambil menguap,

" Sepertinya masih sempat..."

Dengan rasa enggan, ia lalu mengangkat gitarnya yang terbungkus dalam sebuah softcase bewarna hitam dan berjalan menuju sebuah mesin penjual minuman otomatis di dekat kantor pengelola stasiun tak jauh dari tempatnya sekarang.

"50 Yen dan sekaleng kopi boss cappucino dingin mungkin akan membantu...kumohon, kesadaranku...bertahanlah..."

KLONTANG!

Suara uang yang jatuh di dalam mesin menandakan bahwa mesin siap melayani.

"Cappucino dingin...cappucino dingin..." Kedua bola mata hitam pemuda itu berlarian mencari sebuah kata bertuliskan "CAPPUCINO" di sela-sela rasa kantuknya tetapi sial baginya semuanya tertulis dalam huruf hiragana yang tidak begitu ia pahami, sebagai hasilnya ia kini tertahan di depan mesin itu dengan gaya seperti seekor rusa yang baru saja masuk kampung.

"Sial! kenapa mereka tidak membuat mesin seperti ini dalam huruf kanji saja! Yang mana cappucinonya!"

Ia bingung dan terus menerus mencari huruf yang mungkin ia tahu atau ingat tetapi sampai lima menit ia belum juga menentukan pilihannya.

"Pengumuman! Pengumuman! Kereta akan segera memasuki stasiun! Harap para calon penumpang untuk berdiri di belakang garis kuning!"

Sebuah speaker yang terhubung dengan kantor pengawas berbunyi nyaring memberitahu jika apa yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang di stasiun itu akan segera datang.

"Pengumuman! Pengumuman! Kereta akan segera memasuki stasiun! Harap para calon penumpang untuk berdiri di belakang garis kuning!"

"Oh! NO!"

Kontan mendengar pengumuman seperti itu, sang pemuda menjadi panik. Dengan tergesa-gesa ia akhirnya menggunakan cara terakhir...menekan dengan asal dan alhasil sebuah suara respon atas pencetannya itu segera terdengar tanda minuman telah siap.

GLUDAK!

Cepat...cepat...nggak ada waktu lagi. Ia lalu mengambil barang yang terjatuh itu dengan tergesa-gesa dan tak lama kemudian berteriak kaget karena kopi yang baru saja dibelinya itu rupanya bukan sekaleng cappuccino dingin melainkan sebuah kopi hitam bermerk boss espresso yang panas.

"ARGH! Sial betul aku hari ini!"

Dengan kesal ia memasukkan kaleng panas itu ke dalam saku celana seragamnya dan berlari menuju ke dalam kereta yang telah berhenti menunggu penumpang yang akan dibawanya ke tempat tujuan masing-masing...dimana masa depan terbentang lebar...terlepas dari cara apa yang akan kau gunakan...

Tapi manusia...oh manusia...kau memang tidak lebih dari seorang pelempar dadu...


The Author sez :

Yah...ini adalah sebuah fic pertama berbahasa Indonesia di fandom ini kayaknya...dan seperti layaknya sebuah prolog...saya nggak bisa ngomong banyak...nggak bisa janji banyak...juga nggak bisa kasih banyak (contoh author yang pelit wuakakakakakakak -ditonjok-)...yang jelas ada beberapa hal yang membuat saya akhirnya menulis fic kayak gini, yakni :

Fic The Guitarist punya xxMrBrownsound - insprasi utama awal berdirinya nih fic, coba aja dibaca pasti ada bagian yang mirip (tapi nggak ada maksud buat plagiat...4 sure!)

Fic Thunderstruck by The Guitar Person

Komik Tiger Wong dan segala sempalannya by Tony Wong - inspirasi nama

Omegle

Youtube (sumber referensi chara^^)

Dan terakhir...sampai jumpa di chapt berikutnya...dan...sudikah anda memberikan secuil review? -begging face tapi keburu ditendang-