A merely boy and demon

Disclaimer : Masashi K.

Pairing : SasuNaru

Warnings : Shonen-ai, drama

Summary : seorang remaja yang ingin diakhir hidupnya di temani oleh seorang iblis.

Ditulis untuk Sasuke n Naruto Shrine :),


'Srat…sratt…srattt'

Sebuah diagram besar berbentuk pentagram dan beberapa lingkaran di dalamnya serta huruf-huruf yang tidak terbaca. Seorang remaja kurus, dan selembar kertas kumal di tangannya. lembaran lainnya berserakan di lantai. Wajahnya penuh peluh dan ke khawatiran, kalau-kalau usahanya tidak berjalan dengan baik. Di dalam sebuah gubuk kecil yang hampir rubuh, dan pakaian tipis yang kotor. Seorang anak laki-laki bermata biru dan berambut pirang kemerahan. Di masing-masing pipinya ada tiga garis menyerupai kucing dan matanya sebelah kanan ditutupi eyepatch. Ia tidak buta, namun tidak ingin seorang pun melihat mata sebelahnya.

Ia adalah seorang manusia. Manusia yang keberadaannya dibenci oleh manusia lainnya. Alasannya hanyalah karena ia terlahir dengan keganjilan di tubuhnya. Yatim piatu yang tidak pernah mengetahui siapa ayah dan ibundanya. Laki-laki yang tidak pandai berhitung, bahkan berpendidikan pun tidak. Bukan karena rumahnya jauh dari pemukiman dan ia miskin sehingga tidak sanggup untuk bersekolah seperti anak normal lainnya. Tapi karena orang akan melemparinya batu jika melihatnya.

Tidak berlebihan kalau ketakutan dan rasa benci ada di mata para penduduk lainnya. Bahkan ia penasaran kenapa ia dapat berlangsung hidup hingga saat ini. Katanya dulu ia dirawat oleh monster rubah di dalam pegunungan. Ia tidak bisa ingat masa-masa hidupnya dibawah usia 7 tahun. Masa kecilnya pun, tidak pernah ia mengecap rasa bahagia. Orang membencinya sejak ia mengingat dirinya 'hidup'.

Tanaman berupa buah-buahan dan sayuran yang ia tanam di luar gubuk tergoyang karena ada hembusan angin yang datangnya entah dari mana. Ikan-ikan bersembunyi di sudut terdalam kolam kecil di tengah-tengah ladangnya. Ia tidak pernah berbelanja ataupun 'barter' dengan penduduk. Itu karena penduduk desa hanya akan melemparinya dengan makanan sisa atau bahkan basi. Mungkin karena itu tubuhnya sangat kecil dan sakit-sakitan.

Benar, ia mengidap penyakit. Bocah yang belum genap berusia 17 tahun itu mengidap penyakit mematikan yang karenanya ia sering memuntahkan darah atau hanya sekedar mimisan. Ia tidak tahu apa nama penyakitnya, karena ia tidak memiliki uang untuk berobat. Biasanya ia hanya memaksa dirinya untuk tidur hingga rasa sakit dalam tubuhnya menghilang.

Angin berhembus, berputar-putar di gubuk kecil itu dan kemudian seakan-akan masuk ke dalamnya. Bintang-bintang tertutupi awan pekat. Udara semakin rendah, dan ia terbatuk beberapa kali menghirup debu dari pusaran angin dihadapannya. Dari pentagram yang memunculkan sinar berwarna merah, dari situlah muncul seseorang bayangan hitam kelam.

Ia tidak takut, karena baginya seburuk apapun rupa iblis maupun setan dihadapannya tidak akan membuat hatinya kecut. Tanpa disadarinya ia meremas selembar kertas berisi mantra di dadanya. Debarannya terlalu kuat, dan berkali-kali berharap kalau ini bukan saat terakhirnya. Karena ia belum mengucap permohonannya.

Laki-laki bermata biru muda itu tahu ia akan segera mati. Entah dari mana datangnya firasat itu, tapi ia lebih suka mengatakannya sebagai intuisi.

Sosok dihadapannya semakin jelas terlihat, tidak seperti dalam dongeng dan legenda di masyarakat yang ia curi dengar. Iblis dihadapannya tidak berwarna merah, dan tidak pula bertanduk serta berekor. Pakaiannya hitam, pakaian seperti jubah panjang hitam. Tapi satu yang pasti ia memiliki mata yang hitam, dan kulit yang pucat serta tubuh yang sangat tinggi, mungkin dua kali lipatnya.

Tidak, ia tidak takut. Sekalipun ia terkejut dan lututnya melemas. Hingga tubuhnya terduduk di lantai. Ia tidak takut, sekalipun jubah itu terbuka dan memperlihatkan sayap hitam dibelakangnya. Ia sungguh tidak takut dengan seringaiannya. Karena baginya, mati seorang diri itu, hal yang paling ia takutkan. Meninggal, tanpa seorang pun yang tahu…

'Krek', 'Krek'

Iblis dihadapannya terlihat seperti sedang meregangkan lehernya. Mata hitamnya yang sangat tajam menatap remaja laki-laki dihadapannya. Wajahnya terlihat bosan dan seringaian muncul saat ia melihat tiga garis di pipinya.

"Bocah sepertimu berhasil memanggilku…" dalam ucapan sinisnya terdengar mengejek, "Kau ingin membuat perjanjian macam apa denganku?"

Remaja bermata biru itu bangkit, setelah ia tersadar dari keterkejutannya, "Jangan panggil aku bocah!" dan hilang seluruh rasa ragunya.

"Hn…" seringainya kembali muncul di bibir tipis berwarna kemerahan dengan ujung yang menghitam, "Kau tidak takut padaku,… dobe."

'Ctik'

Ia tidak mengerti apa arti 'dobe' tapi instingnya mengatakan kalau artinya tidak jauh berbeda dengan kata 'bodoh'.

"Teme! Jangan panggil aku dobe! Aku punya nama! Naruto! Namaku Naruto!" teriaknya.

"Heh? Nama yang tepat untuk orang konyol sepertimu."

Mereka saling mengadu tatapan tajam matanya.

"Sudahlah, terserah kau saja." kata Iblis itu dengan malas, "Cepat katakan apa keinginanmu, agar aku bisa mengikat perjanjian denganmu, dan seharusnya kau sudah tahu apa konsekuensi memanggilku."

Mata biru itu menatapnya tanpa ragu. Kebingungan yang tanpa ragu.

"Konsewewensi?"

"Konsekuensi!"

"Konsusekuwensi?"

Iblis berambut gelap itu nepuk dahinya, lalu menghembuskan napasnya, "Sudahlah… aku tahu kau bodoh. Tapi aku tidak tahu kalau kau sebodoh ini." katanya sambil menahan diri untuk mencerca remaja dihadapannya ini lebih dalam lagi, "Kau akan mati tidak wajar, dan nanti kau akan dicap untuk ke neraka." Ia menyeringai saat remaja dihadapannya tertunduk.

Saat wajah itu diangkatnya, mata biru itu menyimpan kepedihan yang sangat dalam, "Hm… aku tahu…" katanya sambil tersenyum kecil. Mata iblis itu terbelalak karena tahu apa yang ada dipikiran Naruto. Iya.. ia dapat membaca pikiran manusia. 'Asalkan aku memiliki teman… kah?' pikirnya.

Iblis itu mengetukkan jemarinya di udara, dan muncul pentagram yang serupa dengan yang digambar oleh Naruto hanya saja bila pentagram milik Naruto berwarna merah, miliknya hitam keunguan. Warna kegelapan.

"Sebutkan namaku, pemuda… dan ucapkan permohonanmu, lalu alirkan darahmu." Kata Iblis itu dengan menutup separuh matanya, sedetik kemudian muncul diagram yang sama di bawah Naruto. Cahayanya kontras dengan warna rambut pirang dan biru matanya.

Muncul tulisan di atas diagram itu, עֲזָאזֵל מטעם *. Iblis itu menyibakkan jubah di kepalanya, dan di wajahnya terlihat kesakitan. Lalu sepasang tanduk hitam berlekuk-lekuk memutar sejengkal bertahta di kepalanya. Matanya memerah, dan terdapat tiga titik memutar terlihat seperti angka '666', giginya memanjang dan rambut tumbuh di sekitar wajahnya. Tubuhnya membesar dan menjadi jauh lebih kekar. Bulu-bulu yang terlihat seperti bulu unggas beterbangan. Warnanya hitam dan kelam, dan sudutnya tajam melebihi pisau apapun di dunia.

Panggil namaku!

Mata birunya terbelalak, ia seorang buta huruf. Tapi mulutnya bergerak dengan sendirinya,

אוצ'יהא סאסקה **

Begitu ia membacanya.

Iblis itu menggenggam tangan kanan Naruto dan dengan jemarinya yang tajam ia menusuknya hingga mengeluarkan darah. Setetes demi setetes mengalir dan jatuh di atas pentagram yang menjadi berwarna merah.

"Keingananmu…"

Mata biru itu menatapnya, dan terselip kekhawatiran serta perasaan yang tidak pernah Iblis itu lihat. Ketakutan, ketamakan, dendam, kemarahan, kebencian… banyak perasaan buruk lainnya yang biasanya ia rasakan ketika mengikat perjanjian dengan manusia. Tapi kali ini… perasaan ini seperti… perasaan lega…

Senyum kecil muncul di bibir laki-laki yang tubuhnya sangat pendek baginya. Matanya terlihat bahagia, tapi Iblis itu tahu… kebahagian kosong. Harapan kosong.

"Katakan keinginanmu," katanya sekali lagi. Bukannya ia tidak sabar, ia hanya ingin memastikan anak itu mengerti kalau 'permohonan'nya itu harus diucapkan. Walaupun ia bisa mengerti, apa yang ada dipikirkan anak itu. tapi 'permohonan' terkadang berbeda dengan apa yang ada dihati.

Laki-laki berambut pirang itu tersenyum lebar sekarang, "Aku ingin kau menjadi temanku, dan menemaniku hingga aku mati nanti."

"Hanya itu?" Iblis itu meliriknya, permintaan yang aneh menurutnya.

"Hanya itu." katanya tanpa ragu.

Iblis itu menyeringai dan mengusap darah yang mengalir dari jemari Naruto hingga lukanya menghilang. Gubuk kecil nan reyot itu berhenti bergetar, dan angin kencang berhenti berhembus. Meninggalkan seorang remaja laki-laki yang tertidur dan seorang iblis.

Tbc

A/N: daily update (till March 14). *bahasa ibrani/Hebrew, artinya atas nama Azazel, **Uchiha Sasuke.