Title: Dance with Me

Chapter: Prologue

Starring: Huang Zi Tao, Wu Yi Fan, Wang Da Lu, Zhou Mi

Author: Annannnn

Rating: Mature

Genre: mystery, dark, suspense, crime AU

Disclaimer: I have a great power upon my fanfic and this story undeniably mine to post and edit. I only use their names for the sake of storyline. You have no rights to copy and change the storyline under any circumstance. Inspired by When I was Your Man, a song by Bruno Mars.

Warning: It contains GAY THINGS, man and man making out. Vulgar words. You've been warned. Read on your own.


.

Meniup lilin yang menerangi sudut taman tempatnya merenung, membawa lelehan membeku di atas piringan perak itu ke dapur. Merenggangkan tubuhnya yang terbalut t-shirt bergaris-garis putih kelabu, ia memandangi lampu temaram di tengah taman, terlihat lesu sinarnya menyapu rerumputan pendek musim panas, jalan berbatu putih dan bunga-bunga indah yang tertidur dalam kuncupnya. Desahannya terdengar jelas di tengah sepinya malam, menggema ke sudut-sudut gelap. Mengerjap, ia menyerah, membawa jurnal harian yang lusuh akibat dibaca berulang kali. Di tiap lembaran tergores oleh tinta, terkadang buyar di sana-sini akan tetes air mata yang mengering, mengerutkan permukaannya. Bisikan yang tak pernah tersampaikan, nyeri yang sudah dilupakan olehnya yang telah terbang terlalu jauh dan tiada terlintas inginnya untuk kembali.

Akhir-akhir ini pria tersebut memiliki kebiasaan untuk membawa lilin ke taman, duduk di sudut penuh carnation, dan krisantimum putih yang semerbak wanginya. Menyiratkan ketulusan, kemurnian, kejujuran dan loyalitas cinta. Sesuatu yang sempat mengulas senyum di wajah mereka yang melihat, di wajahnya yang setia merawat penuh kasih dengan tangan halus berjemari lentik, dengan senyum indah yang mewarnai hari-harinya. Jurnal itu telah menjadi bagian hidupnya selama ini, menjadi sesuatu yang paling berharga sekaligus menyiksa.

~†~†~†~

Ruangan lembap dengan temaram pendar lampu hijaunya. Tangannya berkecipak mengambil rendaman film hasil agitasi dari cairan developer kemudian memasukkannya ke dalam rendaman fixer di bak datar lainnya. Pria itu keluar meninggalkan ruangan tersebut selama kurang lebih setengah jam kemudian dan kembali dengan sedikit terengah, melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda. Mencuci bersih film hasil rendamannya kemudian menggantungnya bersama beberapa roll film lain. Tangannya meraih roll yang sudah kering, menjepitnya dengan hati-hati di atas lensa pembesar dengan filter, ia mengetes campuran developer dan fixer dengan sebuah kertas kosong. Terlihat mengangguk pelan, ia memulai kegiatannya menghadirkan gambar nyata ke lembar demi lembar kertas foto yang putih sempurna.

Membakar kertasnya perlahan, mencelupkannya ke dalam larutan developer, ia menggoyangkan bak datar itu perlahan. Setelah puas, ia mencelupkannya kembali ke dalam larutan fixer kemudian melanjutkan dengan film yang tersisa sembari menyenandungkan sebuah lagu yang sering didengarnya. Yang sering diresapinya dengan secangkir teh chamomile ataupun segelas Grenache yang kentara rasa beri dengan sedikit sitrus yang merebak. Indah, hangat, menenangkan. Senyum terulas di wajahnya memandangi jejeran foto yang berhasil dicetaknya, mengusapnya perlahan seraya berjalan ke luar, ia akan memajangnya bersama yang lain. Memperlihatkan kepada dunia betapa indah karya-karyanya.

~†~†~†~

Tetes-tetes hujan jatuh menghujam dari kumulonimbus kelabu membasahi tanah, menguarkan bau segar akan rumput, akan alam yang tak mengusik tidurnya. Mengalun menina-bobokan hati yang tak mungkin utuh tanpa meninggalkan jejak dalam. Sang anak Adam bergerak gelisah dalam tidurnya, kelopak matanya bergetar tak tenang, keringat membasahi pelipisnya. Rambutnya acak-acakan, bahunya naik turun seiring dengan rusuknya yang terangkat seakan tersiksa untuk menghela nafas barang sejenak. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang teramat sangat meski ia tidur di atas ranjang empuk nan hangat dengan bantal bulu angsa dan selimut tebal yang melindunginya.

Terlihat hujan membasahi kaca jendelanya, meninggalkan goresan-goresan jejak air menciptakan alur yang bermuara di lantai marmer dingin di luar sana. Pohon-pohon beserta dahannya seakan tunduk pada angin, pada kelebatan curahnya di tengah malam gelap gulita. Gerakan tangan dan kepalanya semakin tak tentu arah hingga akhirnya ia membuka mata menatap langit-langit dengan nafas terengah, jantung berpacu kencang. Napasnya terdengar terputus-putus, matanya membelalak mendengar suara petir bersahutan. Tergesa mengepalkan tangannya, mengambil bantal dan menutup telinganya erat. Mencoba mengenyahkan pikiran terburuk dan membiarkan hujan berlalu. Jika pagi menjelang, semuanya akan menjadi lebih baik dari sekarang.

~†~†~†~

"Seorang pria berumur 22 tahun telah hilang sejak tanggal 25 Juli 2016 dengan mengenakan kemeja kotak-kotak coklat, jeans hitam dan topi putih di kawasan…"

Pagi itu tangannya cekatan menggoreng scrambled egg, beberapa iris bacon, sosis, dan roti bakar yang ditata di atas piring putih yang lebar. Kopi sudah diteguknya dengan mata terpaku lurus pada berita di televisi. Menuang sisa kopi dari teko kacanya dan menghabiskannya, diambilnya salad kentang yang tadi sudah dibuat kemudian ditaruh ke atas nampan bersama segelas besar susu almond, ia pun melenggang keluar meninggalkan televisi yang masih menyala.

"… Bila melihat keberadaan pria tersebut, harap menghubungi pihak berwajib." Suara iklan minuman terdengar keras tanpa ada yang memperdulikan. Lonceng angin berdenting pelan, damai digoda semilir angin yang merayu mendayu-dayu menerbangkan tirai tipis tergantung di jendela yang terbuka, membawa harumnya musim panas.

~†~†~†~

Seorang pria berambut hitam legam menelusuri deretan nama dalam daftar di tangannya. Mata tajamnya menangkap beberapa buah nama yang mengusiknya, mengernyitkan dahi, ia mencarinya di database. Orang pertama, Jiang Peng, seorang pegawai Los Angeles Magazine berumur 25 tahun, berdomisili di San Marino. Matanya menyipit memperhatikan catatan kriminalnya yang tidak memiliki noda yang berarti, hanya ada tindakan mengutil satu kali pada umur 15 tahun, tak ada tuduhan berarti.

Meneliti orang kedua, seorang guitar coach di Red Pelican Music berusia 24 tahun, berdomisili di China Town bersama partner-nya yang merupakan seorang akuntan di salah satu bank swasta. Catatan kriminalnya bersih mulai dari kepindahannya dari tanah kelahiran, hingga tinggal di California selama tiga tahun terakhir.

Pria ia menghembuskan nafas, menyesap espresso dari gelas kertasnya merasakan kepalanya berdenyut dan ekor matanya menangkap tiga nama yang belum sempat ia selidiki lebih jauh. Seorang teknisi yang memasuki musim semi keduapuluhempatnya dengan catatan kriminal ringan yaitu mendekam di sel selama semalam karena mengemudi saat mabuk, dan semalam lagi untuk membuat keributan di bar, tak ada yang terlalu membahayakan. Pria yang bermata pencaharian sebagai v-logger dan freelance model yang cukup terkenal belakangan ini. Serta seorang lagi, pria dengan pekerjaannya sebagai freelance photographer dan videographer yang cukup ternama dan karyanya patut dikagumi. Meneguk habis espresso-nya, ia meng-copy beberapa data yang diperlukan kemudian menge-print-nya. Mengambil hardcopy yang masih hangat dari printer yang baru berhenti, ia beranjak dari tempat duduknya, memasukkan lencananya ke kantung dan mengambil postman bag-nya. Berjalan cepat ke tempat mobil Audi-nya terpakir.

.

.

Note: Hadiah untuk Yui a.k.a yuikitamura91 yang baru mengalami lucid dream pertamanya, selamat ya, nak, lol. /jahat

Apakah kata-kata 'next' atau 'lanjut' itu bisa dihitung comment? Setidaknya jika memang berkenan meninggalkan komentar, mungkin bisa dimulai dengan mengomentari isi fanfic-nya. Thanks for reading. Don't plagiarize, keep writing. Don't judge, keep moving. God bless you. : )