Our Wedding

Siapa bilang menjadi anak dari seorang ayah yang kaya raya bisa menjamin kebahagiaan seseorang. Apalagi jika anak tersebut merupakan anak tunggal, mereka akan mengira kalau anak tersebut akan sangat dimanja. Pasti banyak orang yang berfikir bahwa anak tersebut sangat tidak begitu halnya yang dirasakan oleh Hinata, lebih tepatnya Hyuuga Hinata. Mempunyai ayah yang kaya dan memiliki perusahaan besar sama sekali tidak menjamin kebahagiaan Hinata. Malah sebaliknya, Hinata merasa kebebasannya dibatasi.

Sampai suatu ketika, Hinata merasa benar-benar jenuh dengan semua keadaan yang seakan merenggut kebebasannya. Hinata ingin bebas memilih jalan yang diinginkannya. Setelah Hinata lulus SMA, Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kemewahan yang dirasa malah membebaninya. Sang ayah -Hyuuga Hiashi- bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan dengan entengnya membiarkan Hinata pergi. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Hinata ingin segera pergi. Wakaupun Hinata adalah putri tunggal Hiashi, tapi bukan semerta-merta menjadikan Hinata prioritas utama untuk ayahnya.

Dengan hanya bermodalkan ijazah SMA yang dibawanya, Hinata pontang-panting mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sampai saat Hinata menginjak usia 22 tahun, ditengah-tengah pekerjaannya sebagai pelayan restaurant,seseorang mendatanginya dan mengatakan kabar mengejutkan tentang ayahnya. Hinata kenal siapa orang itu -Hatake Kakashi- dia adalah orang kepercayaan ayahnya sekaligus pengacara pribadi keluarganya.

Kakashi mengabarkan bahwa ayah Hinata saat ini tengah dalam keadaan sakit keras dan sedang dirawat di Rumah Sakit. Hinata sangat terkejut, hampir 4 tahun tidak mendengar kabar dari ayahnya itu, tiba-tiba ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ayahnya sedang sakit keras. Tanpa pikir panjang, Hinata meminta Kakashi untuk mengantarkannya ke tempat ayahnya. Kakashi menuruti perminataan Hinata, karena memang itulah tujuannya menemui Hinata.

Warning : AU, [miss]TYPO, minim dialog, alur cepat, dsb.

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Rate : T

Pairing : Sasuke x Hinata

Genre : Romance, Hurt/comfort

Our Wedding

Hinata tengah berada di kamar inap ayahnya. Hiashi yang biasanya terlihat tegas dan berwibawa, kini tampak lemah dan tidak berdaya berbaring di kasur dengan banyak selang disekujur tubuhnya. Penyakit kanker yang memang sudah sejak lama diderita, membuat Hiashi akhirnya tumbang. Hiashi perlahan membuka kedua kelopak matanya begitu merasakan tanganya digenggam erat.

"T-tou san... ", Hinata berusaha memanggil ayahnya begitu melihat beliau mulai sadar.

"Hinata", Hiashi menjawab panggilan Hinata.

"T-tou san.. hiks.. a-apa tou-san.. hiks.. baik-baik saja ?", Hinata bertanya sambil sesengukan.

"Hn. Tou-san baik-baik saja".

"Syukurlah.. hiks.. a-aku pikir akan terjadi h-hal yang buruk pada tou-san", Hinata mengusap air mata yang sedari tadi menuruni kedua pipinya dan mencoba menghentikan tangisnya agar ayahnya tidak khawatir.

"Maaf karenaTou-san sudah merepotkanmu".

"Ti-tidak.. Tou-san sa-sama sekali tidak pernah me-merepotkanku".

"Benarkah?.. Syukurlah kalau begitu".

Ayah dan anak yang berada di dalam kamar salah satu Rumah Sakit itu kembali terdiam. Hinata masih tetap menggenggam tangan ayahnya dengan sangat erat dengan kepala yang sedikit menunduk mencoba menyembunyikan raut kesedihannya karena melihat keadaan ayahnya saat ini. Sedangkan Hiashi hanya terdiam sambil menatap langit-langit Rumah Sakit.

"Hinata", Hiashi kembali bersuara

"i-iya Tou-san", Hinata kembali mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah ayahnya.

"Tou-san punya satu permintaan dan Tou-san harap kau mau mengabulkannya".

"A-apa itu Tou-san ?".

"Tou-san ingin melihatmu menikah dengan pria pilihan Tou-san", ada nada memelas layaknya orang putus asa dalam setiap kalinat yang dilontarkan Hiashi pada Hinata.

Mendengar permintaan ayahnya tersebut, Hinata hanya dapat terdiam. Hinata tidak tahu harus menanggapi seperti apa permintaan ayahnya itu. Usia Hinata memang sudah cukup matang untuk menikah, tapi jika Hinata harus menikah dengan pria pilihan ayahnya, Hinata ingin sekali mengatakan pada ayahnya agar kembali mempertimbangkannya. Bukan apa-apa, Hinata yakin ayahnya pasti telah memilihkan calon yang terbaik untuknya, hanya saja Hinata merasa sedikit aneh.

"Te-terserah Tou-san saja", pada akhirnya jawaban itu yang bisa Hinata berikan. Hinata tidak ingin mengecewakan ayahnya lagi saat ini.

"Baguslah. Besok kau akan ku kenalkan dengan calon suamimu", walaupun masih terbaring sakit, gurat bahagia masih nampak diwajah Hiashi saat ini.

Melihat ayahnya bahagia, juga membawa kebahagiaan lain bagi Hinata. Semoga pilihannya kali ini benar.

Our Wedding

Hari pertemuan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Seperrinya calon suami Hinata agak telat karena ini sudah lewat 30 menit dari waktu yang dijanjikan. Walaupun Hinata saat ini akan bertemu dengan calon suaminya, Hinata tetap berpenampilan sederhana dengan hanya mengenakan dress simpel tanpa lengan yang dipadu padankan dengan bolero dari bahan jeans. Hinata menunggu dengan tenang di kamar inap ayahnya.

'Tok tok tok'

Setelah mengetuk pintu, sosok yang sedang ditunggu oleh Hinata dan Hiashi berjalan memasuki kamar itu dan sedikit membungkuk memberi hormat pada Hiashi.

Hiashi membalasnya dengan satu anggukan ringan. Sedangkan Hinata saat ini sedang mengawasi sosok itu, yang diyakini Hinata adalah calon Suaminya. Pria itu berperawakan tinggi dan memiliki gaya rambut yang mencuat kebelakang tetapi terasa pas untuknya. Pria itu juga memiliki garis wajah tegas yang menunjukkan kedewasaanya. Kedua bola mata berwarna gelap itu juga seakan menghipnotis Hinata walaupun saat ini dirinya bukan menjadi fokus objek penglihatannya.

Satu yang dapat Hinata simpulkan setelah melihat calon suaminya tersebut, Tampan. Tersadar akan pemikirannya tersebut, wajah Hinata langsung memerah dan untuk menyembunyikannya Hinata memilih untuk menunduk dan berhenti menatap sosok itu. Tapi tidak ada salahnya kan Hinata terpesona dengan calon suaminya sendiri.

"Maaf atas keterlambatan saya Hiashi-sama", Sosok itu kembali sedikit membungkukkan badannya, tapi kali ini sebagai tanda permohonan maafnya.

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau sedang sibuk mengurusi perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabku, Sasuke"

'Jadi namanya Sasuke', batin Hinata setelah mendengar ayahnya memanggil pria itu.

"Duduklah disebelah putriku", kata Hiashi memberi isyarat dengan tangannya agar Sasuke duduk disamping Hinata

Sasuke segera mengikuti perkataan Hiashi yang notabenenya adalah Presedir di tempatnya bekerja sejaligus calon mertuanya.

"Kenalkan, Dia adalah putriku", Hiashi mengatakannya sambil menunjuk ke arah Hinata

Sasuke mengulurkan tangannya didepan Hinata, dan Hinata menyambut uluran tangan tersebut.

"Uchiha Sasuke"

"Hyuuga Hinata"

Perkenalan yanga sangat singkat, tapi menurut mereka berdua itu sudah cukup. Setidaknya mereka tahu nama masing-masing dulu.

"Hinata, dia adalah tangan kanan Tou-san diperusahaan. Selama Tou-san dirawat, dialah yang mengambil alih semua urusan perusahaan", jelas ayahnya tentang sosok Sasuke pada Hinata.

"Dan Sasuke, Hinata adalah putri tunggalku", hanya sesingkat itu Hiashi mengenalkan putrinya pada Sasuke.

"Kenapa saya tidak pernah melihat nona Hinata disekitar anda, Hiashi-sama ?", tanya Sasuke

"Karena suatu alasan, putriku harus pergi dan kemarin di baru kembali", Hiashi enggan membicarakan alasan kepergian Hinata.

Hinata yang mendengar penjelasan singkat akan dirinya pada Sasuke hanya menundukkan kepalanya dalam. Sebenarnya Hinata sedikit kecewa dengan pernyataan ayahnya tersebut, Hiashi memuji Sasuke sebagai tangan kanannya dan bahkan percaya sepenuhnya dengan sasuke dan membiarkannya mengambil alih perusahaan sedangkan untuk Hinata, bahkan Hiashi sepertinya enggan bahkan untuk sekedar memujinya. Bagaimanapun juga bukankah Hinata adalah Putrinya sendiri sedangkan Sasuke hanyalah orang asing, kenapa sekarang Hinata merasa seolah-olah dirinyalah yang menjadi orang asing.

"Hinata, Kau sudah setujukan dengan pilihan ayah", kini Hiashi bertanya pada putrinya

"I-iya Tou-san"

"Baguslah. Sasuke, Kau juga sudah menyetujuinya kan ?. Buktinya kau menerima tawaranku dengan datang kemari", Hiashi ganti menoleh ke arah Sasuke.

Tawaran, maksudnya Hiashi menawarkan putrinya sendiri untuk dinikahi Sasuke. Great, bahkan Hinata sekarang terlihat seperti seorang pengemis yang minta segera dinikahi.

"Kalian akan menikah besok", tegas Hiashi

"Be-besok ?.. ta-tapi Tou-san, apa ini ti-tidak terlalu cepat ?", Hinat tahu ayahnya ingin segera melihatnya menikah, tapi tetap saja jika dia harus menikah besok, itu benar-benar terlalu mendadak.

"Tidak... lagipula kalian tidak perlu menyiapkan apa-apa. Besok kalian akan langsung menandatangani surat nikah dan dengan begitu kalian sudah sah secara hukum sebagai suami istri", jelas Hiashi.

"Tap-"

"Baik Hiashi-sama. Besok saya akan datang menandatanganinya", belum sempat Hinata memprotes, Sasuke sudah lebih dulu menyetujuinya.

Apa-apaan pria ini, Hinata tahu Sasuke sudah menerima Hinata sebagai calon istrinya, tapi tetap saja, apa Sasuke sama sekali tidak merasa tertekan dengan semua ini.

"Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya mohon diri. Masih banyak pekerjaan lain yang harus saya selesaikan"

"Hn", Beberapa tahun bekerja dengan Hiashi membuat Sasuke mengerti maksud gumaman itu adalah tanda bahwa Hiashi mengijinkan Sasuke melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Setelah mendapat ijin dari calon mertuanya, Sasuke segera beranjak tempatnya dan pergi meninggalkan kamar rawat inap itu.

"Tou-san tahu ini sangat mendadak. tapi bagaimanapun juga, Tou-san ingin segera melihatmu menikah. Dengan begitu Tou-san bisa tenang. uhuk.. uhuk..", Hiashi sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang dideritanya, darah tampak keluar dari hidungnya.

"Tou-san.. Tou-san bertahanlah", melihat hal itu Hinata sangat terkejut dan segera memanggil dokter.

Our Wedding

Hinata menunggu dengan cemas didepan kamar inap ayahnya. Sudak lebih dari dua puluh menit sejak dokter datang untuk memeriksa kondisi ayahnya, tapi belum ada tanda-tanda dokter itu akan keluar.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya dokter yang merawat ayahnya keluar.

"Dokter, ba-bagaimana keadaan Tou-san saya ?", Hinata segera menghampiri dokter tersebut.

"Sudah tidak ada harapan lagi. Sakit yang pasien derita sudah berada pada tahap akhir. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi keadaan pasien saat ini sudah benar-benar parah", jelas sang dokter.

"Se-sebenarnya Tou-san saya sa-sakit apa dokter ?"

"Pasien menderita kanker darah stadium akhir. kami sudah memberi obat agar rasa sakitnya sedikit berkurang", jawab dokter itu.

Hinata sangan shock mendengar penyakit yang diderita ayahnya saat ini. Jadi selama ini ayahnya berjuang melawan sakitnya sendirian. Sebagai anak, Hinata merasa gagal karena tidak mengetahui keadaan ayahnya.

Pantas saja ayahnya ngotot ingin sekali melihat Hinata swgera menikah. Jadi ini alasannya, Hinata menyesal karena sempat berpikiran buruk tentang ayahnya.

Our Wedding

Hatake Kakashi datang dengan membawa berbagai dokumen yang harus Hinata dan Sasuke tanda tangani untuk pernikahan mereka. Hinata dan Sasuke menandatangani semua dokumen itu didepan Hiashi. Setelah mereka selesai menandatangani semuanya, Hiashi tersenyum lega melihat putrinya sekarang sudah menjadi seorang istri.

"Hiashi-sama, semua dokumen sudah ditandatangani. Selanjutnya saya akan mendaftarkan pernikaha mereka ke catatan sipil", jelas Kakashi

"Hn. kuserahkan semua urusan itu padamu"

"Kalau begitu saya undur diri dulu", Kakashi membungkuk memberi hormat pada Hiashi sebelum pergi.

"Sekarang kalian berdua sudah sah menjadi suami istri. Aku titip Hinata padamu Sasuke, tolong jaga putriku baik-baik", Setelah mengatakan itu, Hiashi memejamkan kedua matanya seperti orang yang akan tertidur.

"T-tou-san.. Tou-san.. hiks.. bangun Tou-san.. hiks..", Hinata terus memanggil ayahnya disela-sela tangisannya.

Sedangkan Sasuke hanya memandang kosong ke arah Hiashi -mertuanya- dengan tatapan kosong. Sampai akhirnya para rim dokter datang dan memberikan pertolongan sebisa mungkin, tapi apa daya. Takdir berkata lain dan pada saat itu, Dokter mengatakan bahwa sang pasien telah meninggal dunia.

Mendengar hal tersebut, Hinata jatuh pingsan dan Sasuke segera menahan tubuh istrinya agar tidak terjatuh menghantam lantai dibawahnya.

Kebahagiaan dan kesedihan datang secara bersamaan pada Hinata. Kebahagiaan karena pernikahannya dan kesedihan karena di hari yang sama Hinata juga harus kehilangan Ayahnya.

Our Wedding

Seminggu setelah pernikahan Hinata dan Sasuke, mereka memutuskan untuk tinggal di kediaman Hinata yang dulu. Rumah megah dengan gaya eropa yang memiliki tiga tingkat dan puluhan pelayan yang bertugas mengurus rumah megah tetsebut.

Setelah menikah dengan Sasuke, Hinata jadi mengetahui beberapa hal tentang suaminya itu. Seperti Sasuke yang ternyata adalah seorang yatm piatu katena kedua orang tua dan kakak laki-lakinya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat dirinya masih anak-anak. Sasuke bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti Hinata, karena kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya sasuke baru saja menyelesaikan pendidikannya sampai lulus S3 dan menyandang gelar profesor saat dirinya berusia 30 tahun. Pantas saja ayahnya menjadikan Sasuke tangan kanannya.

Hinata tengah menyiapkan sarapan untuk Sasuke sebelum suaminya tersebut berangkat ke kantor. Sasuke turun dari kamar mereka yang berada di lantai dua dan berjalan menghampiri Hinata yang terlihat masih sibuk menyiapkan sarapan.

"Aku berangkat", setelah mengatakan itu Sasuke hendak pergi sebelum akhirnya mengurungkan niatnya mendengar perkataan Hinata.

"Ti-tidak sarapan dulu ?", tanya Hinata

"Tidak usah. Hari ini aku ada rapat penting dengan client", setelah mengatakan itu Sasuke benar-benar pergi.

'haah..', Hinata menghela nafas panjang, ini sudah satu minggu semenjak pernikahan mereka dan sikap Sasuke padanya masih tetap dingin.

Bukankah Sasuke sendiri yang pertama kali menerima ajakan pernikahan ini dan Hinata hanya mengikuti arus saja. Tapi kenapa sekarang Sasuke malah bersikap sedingin itu padanya.

Sasuke sama sekali tidak pernah memakan makanan yang sudah dibuat Hinata dengan susah payah. Selalu saja ada alasan yang dilontarkan Sasuke. Seperti pagi ini, urusan kantor selalu dijadikan alasan untuk menghindari Hinata. Ketika malam tiba dan Sasuke sudah pulang, pasti dia akan beralasan sudah makan malam di kantor dan menolak memakan masakan yang dibut Hinata -lagi-

Setelah itu Sasuke akan langsung pergi menuju kamar mereka, membasuh diri, setelah itu segera tidur. Terus seperti itu selama seminggu ini. Entah bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya. Hinata hanya berharap yang terbaik.

TBC..

Eee ?

ngerasa aneh gk sih waktu Hiashinya meninggal?. Kayaknya cepet banget meninggalnya

Saya gk bisa buat adegan yang salah satu tokohnya ada yang meninggal. Jadi ya beginilah. Saya mau lebih fokus pafa kehidupan pernikahan Hinata dan Sasuke kedepannya. Adegan inti sebenarnya udah saya siapkan, adegan awalnya ini yang bikin saya bingung gimana nyeritainnya.

Gimana ? Apa mau dilanjut ?

R

E

V

I

E

w

Please.. *^_^*