Secret Game
oOo
...Sepertinya, aku harus percaya dengan yang namanya takdir.
.
A YunJae Fanfiction
.
Rate : T
.
Genre: Humor, Romance, Family
.
Disclaimer : They belong to themself and God.
.
Warning: Boys Love, Typo, dst.
.
Don't Read if you don't like boys love. And don't bashing this couple!
Track One : Wasurenaide (Don't Forget)
oOo
"Kita Bertemu lagi, cantik!" seru seorang bocah berumur kurang lebih sembilan tahun—hanya tiga tahun lebih tua dari seorang bocah yang ia sebut 'cantik' itu— , bibir di wajahnya menyeringai penuh kemenangan.
Bocah 'cantik' itu menghela nafasnya.
'...Benar-benar merepotkan.' Lirihnya dalam hati.
Ia terus berjalan, mengabaikan bocah –yang menurutnya bersuara cempreng— itu. Tidak terima diabaikan, bocah cempreng itu segera mencengkram lengan atas bocah yang lebih muda darinya, dengan tatapan penuh amarah.
Menghela nafasnya kembali, bocah 'cantik' itu membalikkan badannya, menghadap bocah yang lebih tinggi dan besar darinya.
"Lepaskan aku, Kuma-san." Pintanya—dengan wajah datar—pada bocah yang bernama Kuma itu sembari menarik kembali tangannya. Ia membalikkan badannya kembali ke arah tujuan utamanya, yaitu kelas barunya.
"HEI! BERHENTI KAU,KIM JAEJOONG!" teriak Kuma, mengejar bocah 'cantik' itu.
Ya, Kim Jaejoong—bocah cantik itu—adalah murid baru di Shin Ki Academy, sebuah sekolah gabungan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dari salah satu distrik di Kansai. Ini hari pertama ia menjejakkan kakinya di sekolah dasar—seperti murid-murid lainnya— saat berumur 6 tahun. Dan juga hari pertama untuk murid baru sepertinya harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang terbentuk di sekolahnya.
Dan sialnya, orang yang pertama kali ia temui adalah bocah —sok—bernama Kuma, yaitu bocah yang selalu berusaha mencari perhatiannya,atau bisa dikatakan menindasnya.
Kuma kembali mencengkram lengan bocah bermarga Kim itu, erat. Bocah Kim itu hanya bisa merutuki Kuma dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh anak seusianya karena terus menghalanginya—tentu saja dalam hati—.
"Kuma-san, terima kasih atas setiap perhatianmu untukku. Aku sangat senang menerimanya, kurasa." Ujar Jaejoong, mencoba sakartis.
Jaejoong kembali berhadapan dengan Kuma, menepis tangan Kuma dari bahunya.
"tapi, sudah cukup. Aku sama sekali tidak tertarik dan tidak akan pernah tertarik padamu, jadi tolong jangan halangi jalanku." Lanjutnya. Tatapannya seolah berkata 'kau benar-benar merepotkan'.
"S-SIAPA YANG TERTARIK PADAMU? D-DAN APA MAKSUD TATAPANMU ITU,HAH?" teriak Kuma dengan terbata-bata, rona merah mulai terbentuk di kedua pipinya. Sepertinya, kata-kata dari bocah Kim itu tepat sasaran.
Jaejoong menghela nafasnya kembali. Memang susah bicara dengan orang susah, batinnya.
"...dasar bodoh."
Twich. Timbul empat persimpangan di dahi Kuma, pertanda amarahnya tidak bisa dielakkan lagi.
"Kau.." Kuma mengepalkan tangan kanannya sedangkan tangan kanannya mencengkram kerah seragam Jaejoong, bersiap menghajarnya. Jaejoong hanya pasrah dan memutup matanya, memikirkan biaya yang akan dikeluarkan untuk perawatan dirinya di rumah sakit nanti.
'BUAGH!'
.
.
.
.
'tidak sakit, apa aku sudah mati? Baguslah, setidaknya biaya yang dikeluarkan hanya sedikit untuk pemakamanku. ' batin Jaejoong—yang terlalu perhitungan—.
'...apa Chun-nii akan datang ke pemakamanku?'
'
'
Sepuluh detik berlalu. tidak terasa perubahan apapun di tubuhnya. Perlahan-lahan, Jaejoong membuka matanya. Pengelihatannya menangkap Kuma yang tersungkur di lantai dan seorang anak laki-laki yang berdiri membelakanginya, kaki kirinya berada diatas punggung Kuma. Jaejoong menatap punggung tegap milik penolong dirinya, terpana.
"..apa kau tidak tahu peraturan di wilayah ini, hah? PERTAMA, JANGAN PERNAH MENGGANGGU SEORANG UEDA YUNHO YANG SEDANG TIDUR! KAU DENGAR?" teriak anak laki-laki yang lebih tinggi dari bocah Kim itu pada Kuma, menekan punggung bocah dibawahnya itu dengan kaki kirinya —berulang-ulang—, Membuat Jaejoong sedikit bergidik melihatnya.
Setelah cukup puas, penolong bocah Kim itu menghentikan penyiksaan—yang menurutnya hanya sedikit hukuman darinya—itu. Perlahan, ia membalikkan badannya, menghadap bocah dibelakangnya—yang baru disadarinya berada disana—.
.
.
Mereka berdua terdiam. Masing-masing memperhatikan objek di depan mereka dengan tatapan intens, terpaku dengan objek yang tercipta di hadapan masing-masing.
Jaejoong terus menatap anak laki-laki yang tampak lebih tinggi –dan manly—di hadapannya. Rambut coklatnya—termasuk poninya—menjuntai ke atas, kedua alis yang tadinya bertautan—akibat terganggu oleh Kuma— turun perlahan-lahan. Dan bibir hati—yang sedikit maju—milik penolongnya itu, benar-benar imut dimatanya.
Tidak terlalu berbeda dengan kegiatan bocah cantik di hadapannya, bocah manly bernama Yunho itu juga mengobservasi wajah yang menurutnya seperti malaikat turun di depannya itu. Menatap mata besarnya yang cute, pipi chubby serta bibir pout milik malaikat di hadapannya yang terlalu menggoda—menurutnya—. Dirinya mulai membayangkan hal–hal yang sama sekali tidak pantas dipikirkan oleh anak seusianya. Salah satunya, ia ingin merasakan bibir cherry yang manis milik bocah Kim itu. Itu baru salah satunya.
..Hei, jangan salahkan dirinya jika dia bisa berpikiran hal yang tidak pada umurnya itu. Salahkan ayahnya yang meletakkan koleksi majalah dewasa miliknya di bawah tempat tidur anaknya. Inilah konsekuesinya.
Keduanya masih berkutat di pikiran masing-masing, masih saling menatap satu sama lain. Sampai timbulnya suara erangan kesakitan yang memutuskan tatapan intens dari keduanya.
"Ugh.." Kuma mencoba berdiri. Yunho mengalihkan pandangan mereka ke asal suara, merasa kesal karena terganggu—lagi—. Sedangkan Jaejoong menunudukkan kepalanya, merasa kedua pipinya agak memanas akibat kegiatan tadi—yang menurutnya pertama kalinya terjadi—.
"Uh..K-KAU! APA MAKSUDMU MENGHAJARKU,HAH?" Teriak Kuma yang telah berdiri, menunjuk Yunho dengan tatapan amarah. Yunho menghadap Kuma sepenuhnya, semakin kesal.
"..maksudku? heh, Bukankah sudah kusebutkan salah satu peraturan dariku, HA?!" Balas Yunho tak kalah sengit. Tingkat kekesalannya semakin menjadi. Ia mulai berjalan mendekati Kuma.
"AKU TAK PEDULI DENGAN PERATURAN BODOH MILIKMU ITU!" teriak Kuma, murka. Yunho semakin menautkan alisnya, dan langsung mencengkram kerah seragam milik Kuma.
"Kau tidak tahu siapa aku,HAH?" Murka Yunho. Ia mendekatkan wajahnya kepada Kuma, menunjukkan kekesalan tingkat tinggi.
"KAU YANG TIDAK TAHU SIAPA AKU! AYAHKU BANCHOU GANGSTER TERBESAR DI WILAYAH INI,TERMASUK SEKOLAH INI!AKU YANG MENGUASAI SEKOLAH INI!"
"CIH,KAU DAN AYAHMU ITU HANYA SAMPAH DIMATAKU! AKULAH BANCHOU DISINI!"
"ENAK SAJA! ITU AKU!"
"..cukup besar juga nyalimu, heh..." Yunho menyeringai dan mulai mengepalkan tangannya, begitu juga dengan Kuma. Mencoba mengeluarkan keadilan yang seharusnya yang mereka miliki—bagi mereka—dengan menghajar musuh dihadapan masing-masing. Dan kemudian terdengarlah—.
.
'BLETAK!!'
.
—Bunyi dua buah dahi dipertemukan saat bersamaan dengan cukup keras-Ralat, sangat keras.
"AAAH!" teriak kedua pemilik dahi itu, kesakitan. Kedua bocah yang memegang dahi masing-masing—yaitu Kuma dan Yunho—melayangkan pandangan amarah ke arah pelaku yang mempertemukan dahi mereka, yaitu Kim Jaejoong. Tetapi, pandangan penuh amarah itu berganti menjadi pandangan horror, melihat wajah dingin—dan datar—dari seorang bocah yang lebih muda dari mereka itu.
"..Kalian berdua berisik sekali." Ujar Jaejoong tak kalah dingin dengan wajahnya, menatap kedua bocah didepannya—masih dengan ekspresi dinginnya yang menakutkan bagi kedua bocah ini—. Ia lalu menatap Kuma.
"dan kau, apa-urusanmu-denganku?" ujar Jaejoong kecil dengan sedikit menekankan kata-kata miliknya di bagian belakang, ekspresi dingin masih belum terlepas dari wajahnya. Ia terus berjalan mendekati Kuma yang berbuat sebaliknya, yaitu berjalan mundur. Jelas sekali untuk menjauhi bocah Kim itu.
"ng, ano..itu.." Kuma yang masih berjalan mundur terus tergagap—seperti suami yang tertangkap basah sedang berselingkuh oleh istrinya—. Tanpa pikir panjang, Kuma langsung membalikkan badannya dan berlari menjauhi Jaejoong dan Yunho.
"AWAS KAU,KIM JAEJOONG, UEDA! INI BELUM SELESAI!" teriak Kuma di sela-sela pelarian dirinya—masih sok—.
Jaejoong kembali menghela nafasnya, membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamar mandi—yang kebetulan berada di dekat mereka—, meninggalkan Yunho yang masih memegang dahinya yang memerah itu.
Bocah Kim itu muncul kembali dengan membawa saputangan miliknya yang telah dibasahi, menuju ke arah Yunho. Tangan kirinya menurunkan tangan kanan Yunho yang berada di dahi bocah tempramen itu, dan tangan kanannya mulai mengusap lembut dahi milik Yunho yang memerah dengan saputangan itu.
"..kalian tidak akan begini kalau kalian tidak membuat keributan, tahu." Ujar Jaejoong, masih dengan wajah datarnya.
Yunho memutar bola matanya kesal, menghadap bocah Kim itu.
"..INI SEMUA SALAH BOCAH SOK TADI! AKU TIDAK—"
"..tapi, terima kasih." potong Jaejoong. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil—yang benar-benar manis di mata Yunho—. Ia memegang tangan kanan Yunho—yang masih terpana melihat senyuman malaikat barusan—dan meletakkan sapu tangan yang basah itu di telapak tangan Yunho.
Jaejoong kecil membalikkan badannya, mulai beranjak dari tempat itu. Tetapi, langkahnya terhenti oleh cengkraman tiba-tiba di kedua bahunya. Membuatnya kembali menghadap bocah tempramen yang menatapnya intens.
"..ada apa?" tanya Jaejoong, heran dengan perlakuan tiba tiba dari Yunho. Ia merasa aliran darahnya mulai naik ke wajahnya, melihat tatapan yang diberikan Yunho.
Yunho hanya diam, tidak membalas. Tanpa membuang waktu Ia mulai menutup matanya dan mendekatkan wajah mereka, mempertemukan bibir hati miliknya dengan bibir cherry milik Jaaejoong.
.
Jaejoong merasa isi kepalanya kosong. Ia tidak membalas, merasakan bibir beraroma mint milik Yunho yang menempel di bibirnya.
Jika dirinya ditanya apakah ia Shock dengan pelecehan seksual dari bocah tempramen itu, tentu. Bingung? apalagi.
Tentu saja. Siapa yang akan menyangka bocah yang seharusnya masih polos diusianya itu akan berani menciumnya didepan umum tanpa alasan yang jelas. Perlu ditekankan, seorang bocah.
Sayangnya, ini bukan saatnya tanya jawab dengan bocah Kim yang mulai menikmati perlakuan dari bocah Ueda itu, meskipun bibir mereka hanya menempel, tanpa melakukan pergerakan apapun.
Merasa membutuhkan oksigen, Yunho mulai melepaskan bibir hatinya dari bibir cherry Jaejoong yang semakin memerah. Kedua bocah yang bertolak belakang itu sama-sama menarik nafas, kemudian melepaskannya. mereka kembali bertatapan.
"..."
"..!" Yunho yang koneksi otaknya mulai tersambung panik dengan apa yang dilakukannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rona merah mulai menjalar di kedua pipinya.
'Aish, apa yang kulakukan!' batinnya. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya yang memerah, salah tingkah.
Dengan perlahan, Yunho mengarahkan pandangannya kembali ke Jaejoong. Rona di kedua pipinya semakin bertambah melihat bocah Kim yang menatapnya dengan sepasang doe eyes miliknya yang sedikit tercengang, serta jari telunjuk di tangan kanannya menyentuh bibirnya yang semakin memerah—akibat perbuatannya tadi—. Membuat bocah tempramen itu mulai berkeringat dingin.
"a-aku..MAAF!" dengan panik Yunho segera membalikkan badannya, berlari secepat kilat dan meninggalkan Jaejoong yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
.
Ini pertemuan pertama mereka, pertemuan seorang Kim Jaejoong yang berumur enam tahun, dengan seorang Ueda Yunho yang berumur satu tahun lebih tua darinya. Pertemuan yang membuat seorang Kim Jaejoong tersenyum untuk pertama kalinya setelah kejadian itu, dan membuat seorang Ueda Yunho meminta maaf untuk pertama kalinya. Serta pertama kalinya untuk mereka—Jaejoong dan Yunho—merasakan yang namanya first kiss.
Pertemuan yang tidak akan terlupakan—karena memang tidak akan bisa untuk dilupakan—.
_TBC_
Banchou : Pemimpin
a/n:
Ya, saya tahu ini fanfic ini abal, penuh Typo , sangat berantakan dan tidak sesuai dengan EYD karena ini fanfic pertama saya, mian. -_- *bows*
Saya tidak terlalu mengetahui bahasa Korea, tetapi saya sangat menyukai pairing YunJae dan YooSu. Karena itu, saya buat settingnya di Kansai, Jepang. Yunho appa, Changmin oppa dan Junsu oppa adalah orang Jepang, sedangkan Yoochun oppa dan Jaejoong umma tetap orang Korea. Sekali lagi, mian ^_^
Bagi para senior-senior Yunjae Shipper dan yang membaca fanfic ini, Hajimemashite. Akari imnida. Nice to meet you. *bows again*
mind to review? *with minnie puppy eyes*:D
