TITTLE : LOVE IS…

CAST:

Ü BYUN BAEKHYUN

Ü PARK CHANYEOL

Ü WU YI FAN

Ü DO KYUNGSOO

Ü KIM JONGIN

Ü XI LUHAN

Dan akan banyak cast yang bermunculan seiring berjalannya waktu #apadeh

WARNING : OOC, TYPO BERTEBARAN AWAS KESANDUNG(?), BAHASA TIDAK SESUAI DENGAN EYD, VERY LONG STORY, GENDERSWITCH, OOC, AUTHOR YANG TERLALU SERING NYEMPIL(?)

GENRE: FRIENDSHIP, ROMANCE, SAD, ANGST.

AUTHOR: MAGNAE BARU SOSHI^^

DISCLAIMER : ALL CAST BELONGS TO GOD, AND THIS FICTION BELONGS TO ME. HOHO

MENERIMA KRITIK, SARAN, BUKAN BASH !

BASH? JURANG SONOH^^

RnR please

TIDAK MENERIMA SIDERS

SIDERS? SINIH NELEN PISO^^

DON'T COPAS

COPAS? EEQ MELAYANG :3

CHECK THIS OUT ! enJOY EAPS^^

.

.

.

.

.

Baek Hyun's POV

"Kyungie , aku ingin pulang dulu" kataku pelan memotong pembicaraan Kyung Soo, temanku.

Kyung Soo mengangkat sebelah alisnya, aku hanya tersenyum 'maaf'.

"kau tak mau mendengar curahan hatiku?" rengek Kyung Soo.

'iya' jawabku sinis dalam hati. Aku tak sampai hati mengucapkannya, aku tak mau merusak persahabatan dengan kata-kata sepele seperti ini.

"aku tak tau harus berbicara pada siapa lagi kalau bukan kau Baekkie.." sambungnya. Ia mencubiti pipiku gemas.

"aww.." ringisku.

"bukan begitu, aku harus membantu appa yang akan pergi ke Daegu. Lagi pula besok kita akan bertemu di sekolah, kau bisa cerita panjang lebar padaku.. hmm.. seperti biasanya" ia mendorong bahuku pelan. Aku tertawa garing.

Aku memasukkan buku-buku dan ponselku ke dalam tas. Sudah 3 jam aku di rumah Kyung Soo dengan niat belajar kelompok, tapi 2 jam kugunakan untuk mendengar curhatan Kyung Soo yang menyebalkan. Kupingku panas mendengarnya menjerit memanggil-manggil nama…

"Kris!" serunya semangat. "ia mengirimkanku pesan" sambungnya

"Jinjja?!" tanyaku berlagak tertarik.

"Ne!" soraknya. Aku hanya menunduk kesal.

Aku menyukai Kris. Aku bahkan menyukai Kris lebih lama daripada Kyung Soo. Aku menyukai Kris sejak kelas 1 SMA, sedangkan Kyung Soo baru menyukainya 2 bulan belakangan ini. Ini memang bukan salah Kyung Soo, ini sebenarnya salahku. Salahku karena tak pernah berterus terang pada Kyung Soo dan salahku karena bersahabat dengan Kris. Bagiku sahabat tak mungkin jadi cinta. Jadi aku pendam perasaan ini sendiri.

"D.O.." aku menepuk pundak Kyung Soo yang sedang memencet beberapa tombol di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri.

"ahh, Mwo?" ia terkesiap seketika.

"aku pulang dulu eoh.." kupaksakan senyum mengembang di wajahku..

"Mengapa ia sangat mudah mengekspresikan sesuatu. Dan aku tidak?!" gerutuku sepanjang jalan pulang. Kutendang-tendang kerikil kecil yang menghalangi jalanku. Berfikir bahwa kerikil itu Kyung Soo.

"Padahal jika aku mengatakannya mungkin ia akan menyukaiku. Aku cukup cantik dan pintar, mustahil ia bisa menolak pesonaku" aku terus menggerutu, menyesali diri.

BUGGHH..

"aww.. appo…" aku meringis sambil mengusap bahuku yang ditabrak seseorang dari arah belakang.

Aku mendongak menatap si penabrak. Ingin rasanya kucekik lehernya hingga putus. Beraninya ia membangunkan macan tidur! Darahku sudah mendidih di ubun-ubun!

"Chan Yeol.." aku menautkan alisku heran. Apa yang ia lakukan di tempat ini. Rumahnya 4 blok jauhnya dari sini.

"kau tak apa-apa?" tanyanya kemudian.

"sebelum kau bertanya keadaanku seharusnya kau meminta maaf dulu" balasku sambil terus meringis.

"haaahhh…!" ia membuang nafas keras.

"tapi kau berjalan terlalu ketengah, jadi ini bukan salahku" elaknya sambil memasang wajah super menyebalkan.

"dalam semua hukum dunia, yang terluka adalah korban. Kau yang bersalah" aku tetap bersikeras dengan pendapatku.

"tapi waktuku terlalu berharga untuk bertengkar dengan yeoja pemarah sepertimu di tengah jalan seperti ini" ia tersenyum mengejek. "Aku harus pergi.." sambungnya.

Chan Yeol pun melangkah meninggalkanku yang masih kesal padanya. Ia tetap berjalan meskipun aku berteriak memanggil-manggil namanya.

"YAK ! dasar tuli!" seruku padanya. Aku yakin ia bisa mendengar makianku, tapi ia tetap saja tak menoleh sedikitpun.

.

.

Chan Yeol's POV

Aku terus berlari, berlari dari kejaran berandal yang mengerjarku dari sekolah hingga aku terjebak di sini.

"dia mungkin lari ke sini boss!" seru berandal 1 pada seorang anak urakkan yang terus membelalakan matanya mencari sosokku.

"ayo! Kejar anak itu!" si anak urakkan memimpin 3 anak buahnya berlari ke arah timur. Aku pun keluar dari persembuyianku dengan lega lalu kembali berlari. Aku takut mereka mengejarku lagi.

BUGHH..

Aku menabrak sesuatu.

"aww.. appo…" ia meringis. Gadis itu teman kakak laki-lakiku, Kris hyung.

"Chan Yeol.." ia menatapku lekat-lekat. Mungkin ia heran melihatku terdampar di sini. Aku memang tak pernah pergi ke tempat ini sebelumnya.

"kau tak apa-apa?" tanyaku sambil menepuk-nepuk lututku yang penuh debu, mungkin karena tadi aku bersembunyi di balik tembok taman.

"sebelum kau bertanya keadaanku seharusnya kau meminta maaf dulu" ia terus saja mengaduh. Dasar manja!

Teman-teman Kris hyung bukanlah anak-anak yang nakal. Mereka bahkan termasuk aktivis dan golongan popular di SMA. Seperti Kris hyung, Gadis ini, Kyung Soo, Kai, dan Luhan, mereka dikenal oleh para guru. Semua ingin berteman dengan mereka, tapi aku tidak. Mereka terlihat sangat membosankan dan payah. Terlebih karena mereka adalah teman Kris hyung. Aku tak mau berteman dengan mereka.

"tapi kau berjalan terlalu ketengah, jadi ini bukan salahku" aku mendengus kesal.

"dalam semua hukum dunia, yang terluka adalah korban. Kau yang bersalah" ia tetap bersikeras dengan pendapatnya yang salah.

"tapi waktuku terlalu berharga untuk bertengkar dengan gadis pemarah sepertimu di tengah jalan seperti ini" aku tersenyum mengejek. "aku harus pergi…" sambungku.

Tanpa ba-bi-bu, aku langsung melenggang kangkung meninggalkan gadis pemarah itu. Meski Gadis itu tetap memanggil namaku tapi aku tak menggubris. Aku tak mau terjebak lebih jauh dengannya.

"YAK! dasar tuli!" umpatnya. Aku hanya tersenyum sinis tanpa menoleh. Aku senang ia kesal.

"anggap saja bisikan angin" gumamku puas.

Baek Hyun's POV

Pagi menyibak kabut malam yang menyelimuti tidur panjangku. Cahaya fajar menerobos lewat tirai tipis kamarku. Kehangatannya membuatku berada pada waktu ternyaman di pagi hari. Pagi yang hebat!

Aku merenggangkan tubuhku yang sangat terasa pegal. Beberapa kali aku menguap sebagai tanda aku ingin lebih banyak waktu untuk tidur.

"Baekkie, ini sudah jam 6! Kau harus bersiap ke sekolah" eomma berseru dari dapur.

Setelah mendengar teriakan eomma aku langsung melompat dari kasur dan berlari ke kamar mandi. Tak ada waktu bersantai setelah jam 6 pagi kecuali pada hari minggu, itu aturan hidup no. 86.

"Baekkie!" Kyung Soo memanggilku saat aku baru berjalan 2 langkah dari pintu kelasku.

"hai Kyungie" sapaku lemas. Aku pun duduk di bangku di sebelah Kyung Soo.

"kau kenapa?" tanya Lu Han

"aku tidak apa-apa, aku hanya belum siap menghadapi hari ini" jawabku sambil menggumam.

"Mwo?" Kyung Soo kembali bertanya.

"aku bilang aku tidak apa-apa" jawabku sambil tersenyum dan langsung menunduk di bangku dengan bertopang pada dahiku.

"itu Kai dan Kris!" seru Kyung Soo.

Aku hanya mengintip sekilas lalu kembali menunduk. Aku sedang tak ingin menonton drama.

"Baek Hyun-ah, kau kenapa?" tanya Donghae.

"aku baik-baik saja" jawabku sambil sedikit curi-curi pandang pada Kris yang kini sedang mengobrol dengan Kyung Soo. Sungguh! Aku menyesal melihatnya, kini hatiku jadi sakit.

Aku bangkit dari dudukku lalu melangkah meninggalkan Kris, Kyung Soo, Kai dan Lu Han yang kini sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

"Baekhyun-ah kau mau ke mana?" tanya Lu Han mencegah langkahku.

"sekarang aku sakit, sebaiknya aku pergi ke unit kesehatan" jawabku pelan hampir tak terdengar.

Kris, Kyung Soo, Kai dan Lu Han mendekatiku.

"sebaiknya aku pergi ke unit kesehatan" ulangku dengan suara yang masih pelan.

"ayo, biar kuantar" Kris memegang lenganku.

Ada sesuatu yang membuat aku merinding. Seperti ada sesuatu yang berputar di perutku. Rasanya dunia berputar ke arah yang salah. Aku merasa pusing. Aku rasanya ingin meledak! Tuhan, jika aku akan mati saat ini. Biarkan aku terlelap dan pergi di pelukannya

"jangan!" seru Kyung Soo.

"Mwo?" tanyaku kaget. Aku takut salah dengar. Sependengaranku, Kyung Soo mengatakan jangan pada Kris yang hendak mengantarku. Apa Kyung Soo mulai menyadari kalau aku juga menyukai Kris?

"maksudku, aku saja yang mengantarmu ke unit kesehatan. Sekalian aku akan memanggil Park sonsaenim" Kyung Soo mendekatiku lalu meraih tanganku hingga tautan tangan Kris terlepas dari lenganku.

"Kajja!" Kyung Soo menarikku untuk segera beranjak. Aku pun mengikuti langkah Kyung Soo dengan gontai. Aku semakin menyadari bahwa keadaan selalu menentangku untuk bersama dengan Kris.

Kyung So telah pergi ke ruang guru untuk memanggil Park sonsaenim. Lalu aku berjalan pelan dan agak terseok-seok menuju unit kesehatan. Meskipun aku tak benar-benar sakit tapi aku sudah memutuskan untuk membolos di jam matematika ini. Ini sama sekali bukan diriku.

Setelah sampai di depan pintu unit kesehatan, aku pun membuka pelan daun pintunya. Suasana sepi di unit kesehatan membuatku lebih tenang dan tak menyesal telah melarikan diri ke sini.

"cepat tutup pintunya!" seseorang membentakku. Aku langsung meloncat kaget sambil menutupi kedua mataku.

"tutup pintunya!" serunya sekali lagi. Setan tak mungkin mengulangi perkataannya hingga dua kali. Setelah mendapat keyakinan bahwa yang memanggilku bukanlah setan, aku pun perlahan membuka kedua bola mataku.

"Chan Yeol…" lagi-lagi aku bertemu Chan Yeol. Kini ia terbaring di salah satu ranjang unit kesehatan yang hanya berjumlah dua. Ia membungkus tubuhnya dengan sebuah selimut tipis. Kakinya yang panjang tak tertutupi selimut itu dan hanya terayun-ayun bebas.

"apa yang kau lakukan disini?" tanyaku lagi. Chan Yeol membalikkan tubuhya dan memunggungiku.

"apa yang kau lakukan disini?" aku menghampirinya dan bertanya keras di telinganya.

"ini bukan urusanmu!" ia bangkit lalu memelototiku penuh amarah.

"aish! Kau harusnya belajar, orang tuamu banting tulang demi memberimu pendidikan yang layak. Dan kau malah meringkuk disini?!" aku sangat kesal. Bukan karena Chan Yeol membentakku. Tapi karena Chan Yeol tak benar-benar belajar di sekolah ini. Aku benci orang seperti itu! Meski kini aku melakukannya..

Chan Yeol menarik nafasnya dalam lalu membuangnya. Ia berusaha tersenyum dalam kesalnya.

"disana ada satu ranjang lagi, kau bisa beristirahat disana dan berhenti menggangguku" ia menunjuk ranjang satu lagi dengan senyum keterpaksaan yang terlihat jelas.

Aku menggeram keras. Aku mati kutu...

Aku pun berbalik lalu membaringkan diriku di ranjang. Rasanya sangat tak nyaman. Tak ada bantal ataupun selimut. Dan yang lebih parah lagi aku tak bisa tidur tanpa bantal dan selimut.

Kulihat Chan Yeol yang kini sedang tertidur sambil memunggungiku. Karena ranjang kami yang sejajar, aku bisa melihat jika ia menggunakan 2 bantal dan 2 selimut! Ia tidur dengan satu bantal dan memeluk bantal lainnya. Lalu ia menyelimuti tubuhnya dan menggunakan satu selimut lagi sebagai ganjal kasurnya dengan tembok. Ia sangat keterlaluan!

"Chan Yeol-ssi!" aku menghampirinya lalu membangunkannya, walaupun ku tahu ia tak benar-benar tidur.

Ia menoleh sekilas lalu kembali memejamkan matanya.

"kemarikan hak milikku!" aku langsung menarik bantal yang ada dalam pelukannya. Ia pun dengan refleks langsung mempertahankan bantal itu.

"sejak kelas tiga, aku selalu menggunakan 2 bantal dan 2 selimut. Dan tak ada yang keberatan" Chan Yeol menarik bantalnya lebih kuat.

"alas an tak ada yang keberatan saat kau menggunakan 2 bantal dan 2 selimut adalah karena tak ada yang pernah mengunjungi unit kesehatan ini!" aku pun berusaha menarik bantal itu lagi. Dengan seluruh tenaga yang kumiliki aku berusaha merebut 'harta' ini.

"lepaskan!" bentaknya tanpa mengendurkan kekuatannya dalam menarik bantal itu.

Aku pun melepaskan bantal itu karena tanganku sudah perih dan sepertinya memerah.

Duggh!

Chan Yeol terjerembab ke belakang. Kepalanya membentur tembok unit kesehatan yang penuh dengan poster dan bagan-bagan kebersihan.

"aww.." ia meringis kesakitan. Aku tahu itu pasti sangat sakit.

"kau yang menyuruhku melepaskan bantal itu!" jawabku cepat.

"aish! Beritahu dulu! Baru lepaskan!" bentaknya.

"minta maaflah padaku!" suruhnya, aku langsung membuang muka.

"ini BU-KAN salahku" aku menekankan kata 'bukan' pada ucapanku.

"dalam semua hukum dunia, yang terluka adalah korban. Kau yang bersalah" ia mengutip perkataan yang kuucapkan saat ia menabrakku di jalan kemarin.

"aish!" aku mendesis lalu kembali ke ranjangku dan berbaring. Aku kesal harus berlama-lama dengannya. Ia sangat menyebalkan, sangat berbeda dengan Kris.

Aku berusaha memejamkan kedua mataku meski dingin terus saja membuat bulu kakiku meremang. Tengukku pun mulai pegal karena aku hanya menggunakan kedua tanganku sebagai alas kepala.

Bugg~

Aku yakin Chan Yeol yang melakukannya. Ia melemparkan sesuatu padaku, dua kali!

Aku mendelik padanya. Ia hanya kembali berbaring dan tentu saja dengan posisi membelakangiku.

"pakailah bantal itu, tanganmu yang kecil bisa lumpuh jika digunakan alas kepalamu yang besar. Dan selimut itu, gunakanlah untuk menutupi rokmu. Kau pikir kau menggoda?" ia berkata tanpa melihatku. Aku hanya bisa mengepalkan tinjuku kesal.

Bugg~

Aku mengirimkan bantal dan selimut itu kembali pada Kyuhyun, tentu saja dengan cara dilemparkan. Ia terperanjat dan kembali membelototiku.

"kau selalu tak bisa melihat ketulusan dari setiap perbuatanku" ia menghampiriku dengan cepat. Aku mundur dan merapat ke tembok. Aku merasa sedikit takut sekarang. Bagaimanapun Chan Yeol adalah pembuat keributan.

"niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik!" aku membentaknya demi menutupi suaraku yang bergetar.

"setiap bertemu denganmu aku selalu merasa kesal!" ucapnya sungguh-sungguh.

"aku tak ingin berbagi lagi takdir denganmu. Jadi mulai sekarang, marilah kita saling menjauh" ia menatap mataku dengan kedua mata besarnya. Meskipun aku agak sedikit takut, tapi aku tetap berusaha tak memalingkan wajah.

Chan Yeol pun pergi meninggalkanku di unit kesehatan. Aku menghembuskan nafasku lega karena ternyata Chan Yeol tak melakukan hal buruk padaku.

Aku terdiam beberapa lama sebelum menyadari bahwa Chan Yeol meninggalkan tasnya di unit kesehatan. Aku pun mendekati tas Kyuhyun untuk melihat isinya. Dan sesuai perkiraanku, tas Chan Yeol tak ada isinya.

"sesuai perkiraanku! Tasnya kosong, sekosong kepalanya!" aku menggebrak ranjang yang baru saja Chan Yeol gunakan untuk berbaring.

Tanganku tak sengaja meraba sebuah benda keras dari bawah bantalnya. Sebuah buku. The Alchemist. Buku yang sangat kuat dan romantis dalam mengupas sebuah kisah cinta dan pengejaran mimpi.

"Apakah Chan Yeol membaca buku seperti ini?"gumamku tak percaya.

TBC / DELETE?

RnR please.

AAAAAAAAA~ FF MACAM APA INI /,\

OIYA. MAAP YA. DISINI Chan Yeol DIBUAT NAKAL, TRUS AWALNYA MEREKA (BAEKYEOL) BERANTEM, TRUS BAIKAN DAN LANJUT KE JENJANG BEIKUTNYA(?)

KEPO KENAPA BISA BAIKAN? SIMAK EPISODE SELANJUTNYA HANYA DI SINI! HOHOHO #HELEH

LEAVE REVIEW PLEASE