Remember me
By : Lisa Saberofcatana
Pairing : SasuNaru
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Rated : M
Warnings : Shonen-ai, Yaoi, Boyslove, MxM, OOC, AU, Miss typo(s), bahasa berantakan, dan lain-lain.
Summary : Aku tidak memintamu untuk menjadi milikku, karena itu memang tidak akan pernah bisa dan tidak akan pernah terjadi. Aku hanya ingin kau mengingatku. Bahkan jika hanya sebagai seorang gila yang selalu mencintaimu.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
I do not own the character
A/N : Rated M pertama Lisa!
Uzumaki Naruto menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Menjadi dirinya sangatlah menyedihkan. Dia mencintai sahabatnya sendiri, yang sudah punya kekasih. Dan sekarang ia harus menemani sahabatnya yang sedang terpuruk di sebuah kelab malam.
Dan parahnya, sahabatnya adalah seorang laki-laki.
Terserah orang-orang mau menyebutnya apa, homo menjijikan, sakit mental, atau apapun itu ia tidak peduli. Karena cinta adalah hal yang tidak memiliki tolak ukur.
Dan cinta juga hal yang begitu menyakitkan. Sama menyakitkannya dengan melihat Uchiha Sasuke yang sedang galau dihadapannya. Orang yang dicintainya…
"Naruto-hik? Ayo ikut aku-hik." Ujar Sasuke tiba-tiba bangkit dan menarik tangan Naruto.
Kelab yang memang elit tersebut memang memiliki fasilitas yang wajib diacungi jempol. Sampai kamar bagi para orang yang terlalu mabuk- bisa juga untuk orang yang tidak tahan untuk segera making love- pun disediakan.
"Kita mau kemana, eh? Sasuke!" Tanya Naruto bingung.
Sasuke mengajaknya memasuki sebuah kamar di lantai dua kelab tersebut. Hal ini membuat perasaan Naruto campur aduk. Takut, ragu, dan juga.. senang?
Sasuke menghempaskan Naruto keatas ranjang dan mengurung Naruto dibawahnya. Sasuke mulai meracau.
"Sakura-hik, dia.. mengapa dia selalu menyakitiku? Kenapa dia tidak pernah mengerti aku-hik? Ia bersikap egois.. Diajak bercintapun tak mau-hik! Apa dia benar-benar mencintaiku?"
Sebelum Naruto dapat menjawab pertanyaan Sasuke, Sasuke sudah lebih dulu melumat bibir Naruto dengan rakus. Seperti ia lebih membutuhkan bibir itu ketimbang udara.
Naruto mencintai Sasuke.. Jadi tidak ada salahnya kan jika ia menerima semua ini?
x-x-x-x-x
Sasuke mengerjapkan matanya berkali-kali. Efek minuman keras memang sungguh menyakitkan, hangover-nya parah sekali. Tapi ia ada dimana?
Sasuke melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ia berada di sebuah kamar asing, bertelanjang bulat dan sedang memeluk Uzumaki Naruto, sahabatnya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Tanpa diberitahu, sebenarnya Sasuke tahu apa yang terjadi. Tapi melakukannya dengan Naruto? Setahunya ia masih normal.
"Hei, usuratonkachi! Bangun!"
"Ngh.. Ya?"
"Kenapa kau tidak menolakku semalam?" Tanya Sasuke langsung.
Mata Naruto membesar. Jujur, ia terkejut- sangat terkejut jika Sasuke bertanya seperti itu. Naruto memandang lurus kedepan dengan sendu, tidak menatap Sasuke yang ada di sebelahnya. Lalu berkata pelan.
"Aku.. mencintaimu."
Kini giliran Sasuke yang terkejut. Tapi ekspresi terkejut diwajahnya tak bertahan lama. Wajah tampan itu kembali datar.
"Aku ini normal." Ujar Sasuke dingin.
Ucapan Sasuke bagai sebilah es tajam yang menusuk tepat di hati Naruto. Tapi memang, ia sudah menyiapkan mentalnya untuk keadaan seperti ini.
"Aku tahu! Aku tahu! Aku akan mencoba untuk tid-"
"Aku belum selesai bicara, usuratonkachi!" Sela Sasuke tiba-tiba. "Aku memang normal. Aku butuh pelampiasan."
Sasuke memberi kunci apartemennya pada Naruto. "Tidak ada yang tahu aku punya apartemen. Mulai sekarang kau tinggal bersamaku."
Naruto tidak tahu, ia harus berterima kasih atau justru ingin bunuh diri.
Naruto sudah menjadi sebatang kara semenjak ia masih berumur 13 tahun. Makanya semenjak ia bertemu Sasuke saat ia SMA, ia sungguh sangat bersyukur.
Sasuke adalah orang pertama yang mengakui keberadaannya. Menganggapnya sahabat sekaligus rivalnya. Sasuke terlalu mengambil banyak peran dalam kehidupan Naruto.
Sebagai seorang sahabat sekaligus rival, dan juga sebagai cinta pertama Naruto.
Sasuke terlalu banyak memiliki ruang di hati Naruto. Hati yang ia pikir hanyalah ruang kosong berdebu yang telah lama mati semenjak ia melihat orang tuanya mati.
Naruto tahu ia masih tetap tersakiti, dengan kembalinya fungsi ruang hati tersebut.
"Jadi, mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku disini. Mungkin kau akan banyak menungguku dari kantor. Jika kau bosan kau bisa pergi ke pusat perbelanjaan atau ke taman. Lokasinya dekat." Jelas Sasuke.
"Baiklah, teme."
"Kalau begitu.. lebih baik kita mulai sekarang, Naruto. Aku sudah tidak tahan." Ujar Sasuke lalu menarik Naruto ke kamarnya.
Naruto hanya bisa menurut.
x-x-x-x-x
"AH!"
Ia hanya bisa mendesah dengan nikmat jika diperlakukan seperti ini. Pikirannya menolak untuk melakukan ini semua. Ini hanya pelampiasan, ini salah. Tapi hatinya berkata, asal bersama Sasuke.. tidak apa-apa.
"Ah! Ah! Suke-Ah!"
Naruto terlalu lelah merasa kesepian.
"Nikmaat, Aah! Ahh!"
Jadi kali ini biarkan ia merasa dibutuhkan, sekali ini saja.
"Aku mencintaimu, Sasuke.."
Sasuke selalu pulang setiap jam 10 malam. Tapi seminggu sekali ia menginap. Ia selalu meninggalkan Naruto setiap malam dalam kegelapan.
Dan waktu itulah yang sering Naruto gunakan untuk menangis diam-diam.
Isakan Naruto terdengar di seluruh penjuru kamar itu. Sangat memilukan dan menggerogoti hati.
Ini memang salah, tapi terkadang manusia memang mengambil jalur yang salah. Karena memang manusia adalah makhluk yang paling sempurna, tapi belum tentu sempurna.
Naruto juga selalu bangun dengan sisi ranjang yang dingin. Karena memang Sasuke tidak akan pernah berada disampingnya, untuk menghangatkannya.
Baik dalam bercinta ataupun kehidupannya.
Menyedihkan.
x-x-x-x-x
Entah kenapa kali ini mendadak Sasuke menginap. Padahal jatahnya menginap untuk minggu ini sudah ia gunakan beberapa hari yang lalu.
"Aku bertengkar dengan Sakura." Ujar Sasuke tiba-tiba. Mereka sedang berselimut setelah kegiatan bercinta mereka tadi. Bersiap untuk tidur.
"Bersabarlah." Hanya itu yang dapat Naruto ucapkan. Jika ia mengucapkan sesuatu lebih jauh lagi, maka perasaannya juga akan terluka lebih dalam lagi. Naruto langsung membalikkan badannya dan berpura-pura tidur.
Tapi lagi-lagi hatinya menghianatinya. Tanpa dapat ditahan, ia terisak.
"Ada apa, Naruto?" Tanya Sasuke saat mendengar isakan Naruto.
"Tidak apa-apa, hanya teringat orang tuaku saja." Dusta Naruto. Ia memaksakan sebuah senyum kecil.
"Baiklah. Jika ada apa-apa ceritakan saja padaku." Ujar Sasuke lalu mengelus rambut Naruto pelan. "Oyasumi."
Rasanya Naruto malah ingin menangis lebih kencang lagi. Perhatian Sasuke barusan..
Sepertinya takdir sedang berusaha mempermainkan perasaannya.
x-x-x-x-x
Hubungan Naruto dan Sasuke semakin dekat saja. Ini membuat Naruto semakin bimbang. Ia harus bagaimana jika suatu saat Sasuke meninggalkannya?
Naruto menggeliat dari tempat tidurnya. Lalu Naruto mendadak bangun dengan segera dari posisi tidurnya. Hari ini Sasuke ulang tahun!
Naruto memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membuat Sasuke senang.
Akhirnya Naruto memutuskan untuk membuat kue untuk Sasuke.
Setelah mandi dan bersiap-siap Naruto segera pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli segala keperluan dan resep untuk membuat kue.
Akhirnya setelah berjuang dan tangan luka-luka karena memotong buah-buahan, rambut berantakan dan terkena tepung berkali-kali, dan pipi belepotan mentega, kuenya selesai.
Naruto menamakan ini semua 'Perjuangan Dua Puluh Tiga Juli'
Ah, abaikan.
Jadi Naruto menaruh kue itu di kulkas lalu menunggu Sasuke pulang.
15 menit, 20 menit, 30 menit.. Sasuke belum pulang juga.
Naruto memutuskan untuk terus menunggu.
x-x-x-x-x
Sasuke pulang dalam keadaan luar biasa lelah. Hari ini lembur. Sekarang sudah pukul 10 malam. Jadi Sasuke memutuskan untuk tidak mampir lagi ke apartemennya dan langsung pulang kerumah.
Sasuke hanya tidak tahu keputusannya membuat hati seseorang semakin terluka.
Saat tiba dirumah, ia mendapati Sakura dan keluarganya memberi kejutan ulang tahun untuk dirinya. Hal ini membuatnya terkejut, namun tetap senang.
Kehangatan dengan Sakura inilah yang selalu ia tunggu.
Jadi malam itu Sasuke mengajak Sakura untuk candle light dinner di taman belakang dekat apartemennya. Tak mempedulikan bahwa hari sudah malam.
x-x-x-x-x
Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya. Ternyata ia tertidur. Sekarang sudah pukul 11 lewat. Sepertinya Sasuke tidak akan datang.
Untuk menutupi kekecewaannya Naruto memutuskan untuk bermain ayunan di taman belakang.
Naruto menggunakan jaket tebal lalu segera keluar dari apartemen itu lalu pergi ke taman belakang.
Tinggal beberapa langkah lagi dari ayunan saat ia melihat seseorang yang sangat dikenalinya sedang makan malam dengan kekasihnya.
Ya, dengan kekasihnya. Tentu saja Naruto tidak punya hak untuk melarang mereka. Tapi air matanya tidak mau berkompromi. Air matanya turun deras.
Naruto segera berlari menuju apartemennya. Setelah sampai, tangisnya pecah. Naruto meraung seperti seorang bayi. Naruto menangis sejadi-jadinya disana. Seperti saat ia kehilangan orang tuanya dulu.
Rasanya sakit sekali…
Tbc..
