[CHEN]
Oranges. Butir-butir benda bulat berwarna jingga berjatuhan dari kantong kertas yang Irene bawa. Jeruk-jeruk itu menggelinding, membuat gadis itu panic dan berusaha memungutinya. Ia menghembuskan nafas lelah begitu semua jeruk yang jatuh terkumpul. Gadis itu berusaha memasukkan semua jeruknya ke dalam tas ranselnya, membuat tas ranselnya menggembung.
Sesampainya di rumah, Irene langsung mengambil wadah untuk meletakkan jeruk-jeruknya dan mencucinya sebelum diletakkan di dalam wadah buah-buahan.
Ia tersenyum sendiri melihat jeruk-jeruknya tertata rapi. Irene memang sangat menyukai jeruk. Gadis itu kemudian meletakkan ransel dan berganti pakaian. Dengan baju santai, ia mengambil wadah jeruknya dan duduk menonton tivi.
Deringan ponselnya membuat Irene mengalihkan perhatian dari tivi dan mengangkatnya.
'Kau sudah makan?' suara Reina terdengar.
"Not yet," jawab Irene singkat.
'Pasti kau sedang asik memakan orenji-orenji-mu itu. Mau kubawakan sesuatu?'
"Tidak usah. Aku bakal masak sebentar lagi. Kau mau ke sini?"
'Ani, kalau kau tidak mau kubawakan sesuatu, aku tidak jadi ke tempatmu. Baiklah, sampai nanti.' Putus Reina.
Irene lalu berdiri dan membawa wadah jeruknya ke dapur. Perutnya mulai protes minta diisi makanan yang berbobot. Ia menggembungkan pipinya memperhatikan jeruk-jeruknya. Ia menyukai jeruk dari dulu namun semakin menyukai jeruk setelah dia bertemu dengan seseorang. Seseorang yang Irene sukai yang selalu mengingatkannya akan jeruk. Ia lalu berpaling dan membongkar isi kulkasnya, mencari bahan untuk dibuat makanan ketika bel pintunya berdentang.
"Reina?" ucapnya tanpa sadar. Irene mengedikkan bahunya dan berjalan ke pintu depan. Ia menatap ke monitor sebelum membuka pintu flat-nya. Seorang pemuda berhoodie dan berkacamata terlihat.
"Orenji...," gumamnya tak percaya. Irene membuka pintunya kemudian dan bertemu pandang dengan Chen.
"Hai," sapa pemuda dihadapannya dengan senyum manis.
Irene hanya diam dan memandangi pemuda itu.
"Rene...," ucap Chen pelan. Irene berbalik masuk ke flat-nya, tanpa menutup pintu. Chen tersenyum datar dan melangkah masuk. Ia meletakkan barang yang dibawanya di atas meja makan dan menatap punggung Irene yang membelakanginya.
Perlahan, pemuda itu mendekat dan memeluk Irene dari belakang, membuat Irene melepas sayuran yang dia cuci.
"Mian. Aku tahu aku salah tapi tolong...aku akan menjelaskannya selengkapnya. Jangan marah," gumam Chen di telinga Irene.
Gadis itu memejamkan matanya dan berbalik memandang Chen, memandang wajah seseorang yang selalu membuat hatinya berdegup kencang.
"I'm home," ujar Chen manis.
Irene tersenyum tipis. "Welcome home," sahutnya dan memeluk Chen erat.
Chen balas memeluk kekasihnya. "Tidak usah masak, aku sudah membeli makanan dan harus kita makan sekarang. Kau pasti belum makan dan hanya makan jeruk dengan perut kosong, kan?"
Irene tertawa datar dan menundukkan kepalanya. Chen mengangkat dagu Irene dan menatapnya dalam. "Orenji yang paling kau sukai berdiri dihadapanmu, tapi tolong jangan makan aku," goda Chen.
"Jongdae~~" seru Irene dengan wajah memerah, membuat Chen tertawa lebar.
