Kagerou Days (c) Jin.
pengakuan dosa: saya gatau di daerah kayak gimana daisy bisa tumbuh #pletak #malesriset
Bunga-bunga daisy yang mekar itu kerap mengingatkan Shintaro pada Ayano.
Pagi-pagi sebelum kelas mereka terisi lebih dari enam tas, sedikit coretan kapur di papan tulis, lantai telah disapu sehari sebelumnya, Shintaro akan mendapati tas Ayano di atas meja sedang figurnya entah di mana. Ia mengedarkan pandang dan baru sekarang menyadari, bahwa kelas ini terasa sepi sekali di waktu-waktu tertentu.
Shintaro hampir duduk lalu menelungkupkan kepala ketika suara Ayano mengintervensi, berikut beberapa kali ketukan dari kaca jendela di sisi barat. Shintaro menoleh untuk bertemu Ayano, senyumnya yang tulus, dan isyarat coba kemari dari gerak tangan gadis itu. Shintaro bangkit setengah tak rela (namun tidak masalah). Ia menggeser bingkai jendela dan melongok ke luar.
Ayano menggenggam teko penyiram tanaman di tangan, tengah menumpahkan air pada rumpun bunga di sisi kelas. Shintaro pernah melihat bunga itu pada halaman belakang buku catatan Ayano, di mana Ayano menggoreskan pena untuk mengabaikan cuap-cuap sensei tentang klasifikasi makhluk hidup.
"Kau ... apa yang kaulakukan, Ayano?"
Ayano mengangkat teko hingga corongnya berhenti menumpahkan air. "Tentu saja menjaga mereka agar tetap segar, Shintaro-kun." Ia tersenyum lagi. "Paman penjaga sekolah sepertinya lupa menyiram sebelah sini."
Shintaro tidak mengerti alasan Ayano bersusah-payah, walau ia menghargai kepedulian Ayano yang besar itu (karena dia Ayano dan bukan yang lain), maka Shintaro bertahan hingga Ayano selesai dan kembali ke kelas.
"—Kisaragi-san, berhenti melamun dan buka bukumu pada halaman 74."
Shintaro hampir tergagap. Mengabaikan beberapa pasang mata melayangkan atensi ("Kisaragi sering melamun akhir-akhir ini,"), ia gegas membuka halaman 74. Sepintas pandangannya berlari ke bangku tepat di sisinya; kosong, tentu saja.
Shintaro melirik rumpun daisy di sepanjang dinding luar kelas; mereka mekar dengan titik-titik embun di mahkota ramping berwarna putih.
("Kau tidak bosan melakukan itu setiap hari?"
"Tidak. Bunga ini indah, Shintaro-kun. Sayang jika tidak dirawat baik-baik.")
Tidak akan ada orang yang memperhatikan bunga-bunga daisy itu lagi.
