Divine
Cast : Kuroko Tetsuya, GOM, Mayuzumi Chihiro, dll
Pairing : AkashixTetsuya (namun bakalan lama jadi tunggu aja ya)
Genre : penulis tidak bisa menerka genre cerita jadi tebak sendiri saja :v :p
Length : Chapter, mungkin alur nya lambat. Jadi di mohon bersabar ^^
Rated : aman (T)
Warning! : GS, GenderBender, ooc, mungkin akan beda dengan yg ada di karakter, dan mungkin sedikit ada boyslove.
Penulis tidak mendapatkan apapun dan bentuk apapun dari menulis cerita, ini hanya hobi semata. Penulis masih pemula jadi mohon bantuan nya, mana yg harus di perbaiki.
Mereka (Karakter/cast) bukan milik penulis, mereka milik pemilik nya yakni : Fujimaki Tadatoshi
Tapi cerita ini murni milik saya, jadi selamat membaca!
Summary :
Kelahiran nya sendiri adalah suatu kesalahan.
Dosa yg bertentangan.
Hidup maupun mati.
Tidak ada yg melindungi nya.
Prolog :
Chapter 1 : Awal
Semua menatap nya, mata-mata itu selalu mengawasi semua gerak gerik nya. apapun yg ia kerjakan selalu salah, apapun ia lakukan adalah dosa di mata mereka. Selalu terbaikan sudah menjadi makanan sehari-hari, dan kenyang merupakan salah satu faktor dari sindiran-sindiran yg terlontar. Ia tidak suka dengan itu semua walaupun selalu ia terima setiap saat, ia ingin menghindar jadi ia memutuskan berlari dan terus berlari sejauh mungkin hingga sampai pada sebuah kamar dimana terdapat sosok yg terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang dengan selang-selang infus yg menempel di tubuh ringkih nya.
Jari-jari mungil nya menggapai, menggenggam erat jari pemilik tubuh ringkih tidak sadarkan diri, suara pendeteksi masih adanya sebuah kehidupan menggema mengisi ruangan.
"okaa sama" suara nya pecah di keheningan, getar suara mendobrak dinding pertahanan yg sudah lama ia bangun susah payah, air bendungan itu meluap juga, mengalir melalui pipi chuby sosok anak kecil yg baru mengecap udara selama 5 tahun. Genggaman mengerat, meminta kekuatan lebih.
"apa yg sudah ku perbuat sehingga mereka memperlakukan ku seperti itu?" dada nya serasa di remat, mengadu adalah salah satu obat yg ada. Kejadian pahit di usia muda mau tidak mau membuat nya menjadi lebih dewasa dari anak seumuran nya. deras linangan air mata semakin tak terelakan.
"beritahu aku" jeda waktu lama, linangan air mata pun sejenak terhenti, kepala itu mendongkak menatap sendu sosok yg masih bergeming, masih nyaman dengan posisi nya walau di tatap lekat-lekat oleh sosok lain.
"apa salah ku?" akhirnya lontaran pertanyaan yg selalu membayangi nya pun terucap. Ia tahu jika semua akan sia-sia, ia bertanya pun tidak akan pernah terjawab meskipun sosok yg ada di atas ranjang sadar sekalipun, namun kali ini berbeda.
"apa salah mu?" jawaban tak terduga dari sosok yg sebelum nya memilih tidur panjang, sosok itu menoleh dengan tatapan kosong milik nya. bocah berumur 5 tahun itu terlonjak kaget, genggaman tangan terlepas, tubuh nya mundur beberapa langkah karena kaget. Mata itu masih menatap nya kosong. Kaki nya bergetar hebat. Takut tentu saja.
"ti tidak mungin,"
"o okaa sama…" bisik nya lirih, namun sosok itu masih setia di sana. Dengan tatapan kosong nya, tubuh ringkih itu perlahan bangkit dan mendudukan dirinya di atas ranjang, rambut kusam nya menjuntai helai demi helai, kabel-kabel dan selang-selang yg menempel pada tubuh nya tercabut dengan mengerikan.
"kau ingin tahu apa salah mu?" ibu nya bergumam tidak jelas, kepala nya menunduk dalam, meenyembunyikan wajah pucat nya. Namun dengan cepat dan tanpa sepengetahuan nya, ibu nya sudah ada di depan nya dengan mata kosong seperti mayat. Ketakutan sudah pasti, ingin lari namun tak bisa. Kaki nya seolah tertancap di lantai ruangan kamar penginapan ibu nya selama ini. ingin berteriak namun tak mampu.
"o o kaa sa khgh!" ia tercekik hebat, jari-jari kurus ibu nya mencekik nya dengan kuat, kuku-kuku panjang itu menusuk tenggorokan nya, air mata sudah di pelupuk, ia tidak bisa bernafas.
"KAU INGIN TAHU APA SALAH MU!" ibu nya mengaum layak nya predator yg sudah menemukan mangsa. Tangan-tangan nya berusaha melepaskan namun sia-sia, tenaga ibu nya lebih kuat bahkan mungkin melebihi monster yg selama ini ia takuti.
"KESALAH MU ADALAH KAU HIDUP! KENAPA KAU LAHIR! KENAPAAA!"
. . ….!. . ….!
Jerit jam beker yg telah di setting sebelum nya menggema memenuhi ruangan, mata dengan warna birunya langit itu terbuka dengan cepat, nafas nya memburu dengan keringat membanjiri tubuh. Aquamarine milik nya melirik sekilas ke meja nakas dimana jam beker nya bekerja dengan tepat waktu pukul 06.00 dimana ia akan bangun dan memulai aktifitas nya. dengan gerakan seringan mungkin ia mematikan jam beker yg berbunyi keras minta di perhatikan sedari tadi, menyenderkan tubuh nya di kepala ranjang. kemudian benar-benar bangun dan menuju kamar mandi.
Masa terlewati dengan cepat, musim berganti dengan semesti nya dan kini ajaran baru pun telah di mulai, setelah melewati ujian sulit untuk masuk SMA berakhir. Salah satu nya SMA Teikou, SMA dengan berisikan murid laki-laki ini banyak di pilih, sehingga ujian masuk nya pun sulit. Dan Kuroko Tetsuya pun bisa bernafas lega karena telah terpilih dan masuk dalam SMA Teikou pilihan nya.
Kuroko Tetsuya tidak pernah terfikirkan ia akan segera memiliki teman, mengingat hawa keberadaan nya yg setipis kulit bawang putih tersebut, namun perkiraan nya melenceng jauh ketika ia bertemu dengan Kise Ryouta, pemuda dengan postur tinggi dan rambut kuning cerah dengan kerpibadian hangat dan ceria milik nya, mau dan mampu mendekatinya, walau Kuroko ingin sekali menghindari namun tidak akan tega melakukan nya.
"Kurokochi~!" teriakan yg sudah ia hafal selama 5 hari di sekolah baru nya. Kise dengan senyum cerah yg selalu menyambut nya setiap hari, berlari dengan kecepatan penuh dan pelukan maut yg membuat Kuroko serasa akan menginjak surga. Atau bisa di sebut hampir.
"Kise kun, sesak" namun maaf saja Kuroko tidak ingin menginjak tempat itu dulu sebelum keinginan nya tercapai. Merasa korban pelukan nya mulai tidak bisa bernafas, Kise dengan berat hati melepaskan pelukan nya dengan bibir yg mengerucut pertanda merajuk.
"Ohayou Kurokochi~!" semangat seperti biasa itu lah Kise Ryouta, Kuroko tersenyum tipis lalu mengangguk dan menjawab sapaan Kise. Sebelum suara salah satu sosok yg mereka kenali mengintrupsi keduanya dengan kesal.
"Mingir! Kalian menghalangi jalan!" ucapan ketus itu mampir pada gendang telinga Kise dan Kuroko, tubuh nya dan Kise terdorong sempurna, untung saja Kise dengan sigap melindungi nya hingga tidak terkantuk lantai. Tidak ada niatan menyumpah serapahi sosok tersebut, namun Kise yg tidak terima sudah meledak begitu saja.
"apa masalah mu Aomine!?" teriak Kise bersungut-sungut, sedangkan Kuroko tidak berkomentar sama sekali, dengan tatapan yg tidak bisa di artikan. Aomine Daiki, pemuda dengan kulit dim itu hanya melirik sekilas, berdecak dengan keras dengan pandangan sinis yg menghujam.
"cih! orang lemah sebaik nya menyingkir!" setelah berkata cukup kasar, Aomine langsung meninggalkan mereka berdua di tempat tanpa mau mendengar protesan milik Kise dan masih ke terdiaman Kuroko Tetsuya.
"tidak apa-apa Kise kun" suara Kuroko memutuskan sumpah serapah Kise saat ini, pemuda bersurai blonde itu pun menatap nya dengan isyarat kawatir yg berlebih, seakan meyakin kan si pemilik suara. Kuroko mengangguk dan langsung mengajak ke kelas sebelum bel masuk berbunyi. Dan dalam perjalanan menuju kelas Kise selalu bergumam dengan kesal mengenai sifat buruk Aomine terhadap mereka terlebih pemuda dim itu seperti mempunyai dendam terhadap Kuroko, ia selalu bertanya-tanya apa kesalahan Kuroko? Dan pemilik surai baby blue itu hanya bisa diam tanpa pernah melontarkan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Dan kejadian yg biasa di sebut pembullyan memang sudah marak terjadi, yg lemah akan tertindas dengan yg kuat, itu sudah menjadi hukum mutlak di dunia. Dan tidak ada pahlawan kesiangan di dunia nyata bahkan untuk mengorbankan diri hanya untuk menolong seseorang, semua ingin mencari aman dan hidup sesuai alur yg ada, tanpa ada niatan menghancurkan batasan ketakutan yg mereka miliki. Karena hidup yg mereka topang sudah sangat lah berat, untuk alasan apa menambah jumlah beban berat hidup mereka. Bahkan terseret masalah orang lain, yg mungkin tidak mereka kenal.
.
(/ ^0^)/ Deffense \\(^0^ \\)
.
Kise Ryouta nama nya, ia di kenal dengan kepribadian periang dan terkesan ceroboh, ia selalu menebarkan aura cerah di sekitar nya dan membuat teman-teman nya nyaman di samping pemuda blonde tersebut dan malah sering juga ingin memukul pemuda kebanyakan energy tersebut karena sifat kekanakan nya yg membuat mereka jengkel setengah mati. namun untuk kali ini, laki-laki dengan surai pirang tersebut tengah menatap tajam sosok yg lebih tinggi di depan nya, Aomine Daiki.
"Kise kun, Yamete kudasai" Kuroko mencoba melerai, atau kalau bisa membuat tarikan kerah seragam olahraga masing-masing tersebut terlepas. Tidak ada yg mau mengalah, bahkan Aomine kini tengah menyeringai.
Mereka saat ini tengah berada di lapangan basket, dengan beberapa anggota baru lain nya yg hanya bisa menonton tanpa mau turun tangan melerai mereka berdua, terlebih jika berurusan dengan Aomine Daiki, siswa yg terkenal dengan kenakalan nya tersebut. mereka dengan senang hati akan mundur teratur. Entah apa yg membuat kedua pemuda ini tiba-tiba sudah bersiap dengan posisi ingin membunuh satu sama lain, yg pasti ini ada hubungan nya dengan Kuroko Tetsuya yg menjadi incaran sang gangurou, Aomine.
"jadi Kise, katakan pada ku" Aomine memulai, mata tajam nya melirik Kuroko dan itu terlihat tidak baik jika Aomine tetap untuk memutuskan melanjutkan acara bicara nya.
"apa kau menyukai Tetsu?" tentu saja, Aomine tidak akan pernah bisa bicara dengan baik dalam artian lembut ataupun santun. Anggota baru club basket yg ada di lapangan tersebut, mengernyitkan dahi antara bingung dan juga kaget. Sedangkan Kise sudah naik darah dan ingin sekali memukul Aomine saat ini ketika melihat keterkejutan Kuroko saat itu. bahkan pemuda bermahkotakan biru nya langit tersebut mengepalkan kedua tangan nya di sisi tubuh ringkih milik nya.
"Aomine Teme! Apa yg kau bicarakan!" dan ledakan terjadi lagi, tapi ledakan kali ini lebih besar dari biasanya, terbukti dari cengkraman Kise semakin mengerat pada pemuda tan di depan nya dan itu semakin membuat Aomine senang.
"jangan malu Kise, jika kau gay…."
"hentikan Aomine…" Midorima Shintaro sudah muak dengan adegan ini. ia ingin memulai aktifitas club bola basket yg telah ia pilih namun perkelahian bodoh ini malah terjadi. Semua teman-teman nya mulai berbisik-bisik, entah itu apa yg mereka bicarakan dan Midorima tidak ingin tahu akan hal tersebut. namun mungkin dengan bisikan-bisikan tersebut kedua nya melepaskan cengkraman masing-masing. Mereka sadar jika masih tetap melanjutkan perkelahian maka mau tidak mau, mereka akan berhadapan dengan kapten basket mereka, Nijimura Shuuzo.
"osu!" dan orang yg di bicarakan pun muncul dengan pelatih mereka yg berjalan di belakang nya dengan beberapa lembar kertas yg ada di tangan kanan nya. Tanpa di intrupsi, mereka mulai berbaris dan memulai aktifitas club mereka. Dengan meninggalkan aura mengerikan milik Aomine dan Kise yg belum hilang di tambah rasa bersalah Kuroko.
Seperti biasa, anak baru di wajibkan memilih extra kulikuler yg sudah di tetapkan di sekolah mereka, dan dengan tekad Kuroko memilih Basket bersama Kise, walaupun sebenarnya fisik nya tidak cocok berada di club ini.
Warna jingga memenuhi, sore sudah menjemput dan kegiatan club basket pun berakhir. Setelah membersihkan ruang club Kuroko dan Kise pun memutuskan pulang bersama, mengobrol tentu saja akan sangat menyenangkan, namun jika mereka berdua maka yg akan banyak bicara adalah Kise dan Kuroko lebih memilih mendengarkan.
Bunga sakura berguguran dengan indah nya, tertiup angin dan jatuh ke sungai yg jernih. Kuroko masih melangkahkan kaki nya dan sesekali merespon ucapan Kise.
"jadi Kurokochi, aku masih penasaran kenapa Aomine sangat membenci mu ssu?" dan pertanyaan ini tidak pernah bosan Kise utarakan, ia masih penasaran dan jika Kuroko belum menjawab jangan harap ia akan berhenti bertanya dan mencari jawaban nya.
Kuroko melirik nya, kemudian menatap langit senja. Seperti nya sudah mulai gelap pikir nya, pemuda dengan surai baby blue menghembuskan nafas nya, terkesan lelah sekali.
"mungkin karena fisik ku ini Kise kun" jawab Kuroko pelan. Kise terkesiap sejenak, sehingga langkah kaki nya terhenti, menatap punggung kecil milik Kuroko. Orang yg tidak buta akan tahu jika fisik lelaki ini memang kecil dan terbilang lemah, namun, apa hanya itu? pikir Kise, dengan langkah lebar Kise sudah beriringan dengan langkah pendek Kuroko.
"itu tidak masuk akal ssu!" Kise tidak terima, hanya karena fisik Kuroko Tetsuya yg memang kecil dari laki-laki pada umum nya? tidak masuk akal. Kuroko mengendikan bahu nya cuek dan di persimpangan jalan mereka harus berpisah karena jalan menuju rumah mereka sudah berbeda dan Kise terpaksa menelan semua kalimat nya.
Epilog :
Warna Jingga membentang, awan tertiup angin dengan lembut nya. Surai hijau nya pun ikut melambai tergoda angin. Kacamata yg membingkai wajah rupawan nya ia naikan walau tidak melorot sama sekali, iris emerald nya masih menatap bentangan warna jingga di atap sekolah nya. dengan telaten Midorima Shintaro mengelus boneka teddy bear yg ada di genggaman, lucky item katanya.
"semua akan baik-baik saja nanodayo" bisik nya pada diri sendiri.
Di tempat lain, tepat nya di dekat jembatan yg membentang dengan gagah nya di atas sungai kota tersebut. di atas rumput hijau pemuda dim tersebut merebahkan tubuh nya, menatap warna jingga yg mulai memudar.
"Gomen" suara yg serak hingga terdengar seperti bisikan, sebelah lengan nya ia gunakan untuk menutup kedua mata nya dan tanpa ia sadari setetes air mata meluncur dengan lancang nya.
"TadaimUWAAAAH!" Belum sempat ia masuk ke dalam apartemen nya, Kise Ryouta di kejutkan dengan terjangan Anjing jenis Golden Reriever milik nya. gelak tawa milik Kise keluar tatkala 'Leon' nama Golden Reriever milik nya menjilati wajah nya dengan penuh semangat.
"yosh, yosh!" Kise mendudukan dirinya, mengelus bulu-bulu halus kecoklatan milik Leon.
"apa kau lapar?" tanya Kise dan langsung di sahut gonggongan oleh Leon.
Kuroko Tetsuya menatap pantulan tubuh nya di depan sebuah cermin besar setinggi tubuh nya. dengan perlahan namun cekatan jari-jari tersebut membuka satu persatu kancing kemeja nya. setelah semua yg melekat pada tubuh ringkih nya tergeletak tak berdaya di atas dingin nya lantai, kedua lengan kecil itu lunglai di sisi tubuh nya.
Udara dingin menyapa permukaan kulit hingga membuat nya memerah. Bibir plum itu di gigit, cairan asin kembali keluar tanpa ijin dari si pemilik.
Tubuh dengan tinggi di atas rata-rata tersebut menghentikan langkah kaki nya, untuk beberapa meter lagi ia akan sampai pada rumah mungil nya, namun entah kenapa ia malah melihat wanita paruh baya yg tengah melayani pengunjung kedai makanan nya.
"okaa chin" bisik nya lirih. Wanita paruh baya itu seakan di panggil langsung menolehkan kepala nya, dengan senyum hangat milik nya, wanita itu buru-buru keluar kedai dan menghampiri pria bersurai ungu tersebut.
"Okaerinasai Atsushi,," kalimat sambutan itu membuyarkan aksi lamunan Murasakibara Atsushi.
"kenapa melamun?" tanya sang ibu. Murasakibara Atsushi menggeleng kemudian memeluk sang ibunda dengan erat.
"tadaima Okaa chin" balas nya penuh kelembutan.
Alunan biola mengisi sunyi nya ruangan dengan cahaya temaram tersebut, sudah satu jam yg lalu ia memainkan nada-nada dari alat yg tengah ia panggul tersebut, dan sudah satu jam yg lalu wanita dengan surai merah tersebut masih duduk nyaman di kursi nya, sesekali kedua netra tersebut terpejam untuk menikmati alunan lagu yg tengah di suguhkan oleh putra semata wayang nya, hingga alunan indah tersebut terhenti.
"sugoi na, Seijuuro kun~" puji nya tulus. Akashi Seijuuro tersenyum.
TBC
Yoshaaaa! Akhirnya…
Bisa di bilang pernah bikin fict tapi bukan karakter anime, jadi ini adalah fict pertama ku di anime, jadi kesalahan pasti ada, di mohon koreksi nya, mana kesalahan nya, di tunggu saran-saran dari kalian semua dengan tangan terbuka.
Review, follow dan fav adalah salah satu dukungan untuk fict ini jadi mohon bantuan nya ~~
