Maleficent (c) Disney.
fik pertama di sini, salam kenal!
Maleficent terbang seolah dari sanalah ia dapat hidup.
Diaval pikir memang benar adanya. Ia pernah melihat Maleficent dalam dendam dan hati yang tertutup sekian lamanya, bertahun-tahun dan Diaval menyerah menghitung berapa kali Maleficent melayangkan pandang ke langit bebas; sayap-sayap makhluk mungil Moors; begitu lama hingga Diaval perlu mengulang panggilan lebih dari dua kali.
Diaval juga tahu, bahwa sekali-dua kali Maleficent pernah meraba sayap hitamnya kala ia tidur (pertentangan kecil membuat ia harus bertahan dalam wujud gagak sepanjang malam. Ia tidak keberatan, hei, ini memang wujud aslinya). Tentang jari Maleficent yang menyusuri bulu-bulu kasar sayapnya dengan lamat itu, sedikit-banyak mengetuk nurani Diaval. Maleficent rindu terbang. Diaval (mungkin) mengerti, saat ia terperangkap jaring pemburu, sebelum Maleficent mengubah ia jadi manusia, rasa panik akan kehilangan kebebasan, tawa puas paman tua dan si anjing karena berhasil menjerat buruan, Diaval mungkin tahu.
"Diaval, terbanglah bersamaku."
Sudah sangat lama ia tidak melihat suka pada wajah Maleficent. Kepak sayap itu benar-benar kuat seperti apa yang dibicarakan makhluk-makhluk Moors, Diaval ingin tahu bagaimana rasanya terbang dengan sayap sebesar itu, karena kini Maleficent mampu mengagumi Moors dari udara—sahabat lamanya, Moors yang indah oleh hati bijak Maleficent. Maleficent tanpa rambut panjang yang disembunyikan, juga senyum tak lebar namun mencapai mata.
Aye, aye, Captain.
