A moment To Remember
Main Cast : Lee Donghae, Lee Hyukjae
Genre : Romance, Family, Hurt/Comfort
WARNING!
BOYS LOVE
DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!
THE STORY IS MINE
Typo may applied, don't be silent reader please. NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION!
TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.
THANK YOU ^^
.
.
Because love keeps growing, like fingernails...
.
.
Studio foto yang terletak di sudut jalan itu sudah sepi sejak tiga puluh menit yang lalu. Jalanan di depan bangunan yang tidak begitu luas itu pun sudah sepi. Hanya ada satu atau dua orang yang masih berada di luar, berjalan terburu-buru sambil merapatkan mantel musim dingin yang mereka kenakan. Langit sudah berubah warna menjadi jingga, menandakan hari sudah senja. Seorang laki-laki dengan sorot mata sendu menengok keluar dari jendela, lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Satu lagi hari berat yang telah ia lewati.
Lee Donghae berdiri di dekat jendela sambil memperhatikan butiran salju yang jatuh ke tanah. Beberapa kali ia menghela napas, sambil terus memandangi butiran salju yang putih bersih itu. Donghae melirik jam tangannya dan mendesah. Jam enam lewat, sudah waktunya menutup studio. Setelah memasukkan kembali kamera sumber penghasilannya ke dalam tas khusus, Donghae keluar dan mengunci studio sambil menggigil. Angin musim dingin berembus menusuk tulangnya.
Donghae baru akan melangkah, tiba-tiba ponselnya berdering memecah keheningan. Dari Rumah Sakit. Sebelum mengangkat panggilan telepon itu, Donghae menarik napasnya dan mengembuskannya sekaligus. Ia juga berdeham, menjernihkan suaranya agar terdengar lebih bersemangat. Belum sempat Donghae mengucap salam, pemberitahuan dari ujung sana langsung membuat tangannya bergetar. Tanpa banyak berkata, Donghae menutup sambungan telepon dan masuk ke mobilnya.
.·:*¨¨* ≈D&E≈ *¨¨*:·.
"Haru!" Donghae membuka pintu dengan sedikit kasar, membuat seorang gadis kecil yang sedang duduk di ranjangnya tersentak kaget. "Maaf, ayah terlambat."
Gadis kecil itu memberengut, di hadapannya ada kue tart dengan lilin berbentuk angka enam di tengahnya. Lee Haru yang sangat cantik, menatap Donghae dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca. Donghae menghampirinya dengan langkah gontai, lalu duduk di sampingnya sambil terus memandangi wajah cantiknya.
"Mengapa …" Gadis itu tiba-tiba terisak. "Ayah terlambat?"
Donghae memeluk dan mengecupi puncak kepala Haru. Kata maaf tidak berhenti terucap dari mulutnya. Dalam hati Donghae tidak berhenti mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan ulang tahun putrinya? Melupakan hari istimewa jantung hatinya. Donghae menghela napas pelan, lalu melepaskan pelukannya dan menatap mata bulat Haru.
"Bukankah Haru sudah enam tahun sekarang?" tanya Donghae sambil menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi putih Haru yang bersemu merah. "Sudah enam tahun, artinya Haru sudah bertambah besar dan tidak boleh terlalu sering menangis."
Haru masih terisak sambil memandangi Donghae, tangan kecilnya terjulur untuk mengusap pipi Donghae. "Ayah juga menangis."
Untuk sesaat Donghae bergeming, lalu buru-buru menghapus air matanya. Ia bahkan tidak sadar air matanya mengalir begitu saja. "Oh, ayah tidak menangis. Ini … karena angin di luar begitu kencang jadi mata ayah perih dan mengeluarkan air mata."
Haru tidak membalas kata-kata ayahnya dan melirik ke arah jendela. Dia memandangi salju yang turun dengan lebat. "Haru ingin main salju. Haru tidak suka berada di Rumah Sakit terlalu lama."
"Maka dari itu, Haru harus segera sembuh. Hm?" Donghae tersenyum sambil mengelus rambut panjang Haru yang hitam dan lebat. "Jadi, Haru bisa pulang ke rumah dan bermain salju dengan ayah. Mengerti?"
Dan gadis kecil itu mengangguk, kemudian memeluk tubuh ayahnya. "Ayah dingin," gumamnya pelan.
"Hmm, tapi Haru membuat ayah merasa hangat."
.
.
TBC
.·:*¨¨* ≈D&E≈ *¨¨*:·.
Halo, aku bawa fic yang berchapter lagi ^^
Ini masih prolog, kalo sekiranya responnya bagus, akan dipublish secepatnya chapter satu dan berikutnya ^^
Review ya ^^ biar tau responnya...
.
.
With Love,
Milkyta Lee
