.
Haikyuu! © Furudate Haruichi
Warning: college!KageHina, OOC-maybe, Jealous!Kags, BL, fluff!, typo, ect.
This fic is dedicated ‒obviously‒ to our beloved crow setter.
Happy Birthday, Kags!
.
Athazagoraphobia : the fear of being forgotten and/or ignored by someone whom you strongly care about.
Duende : unusual power to attract or charm.
.
.
Athazagoraphobia
Kageyama tak tahu, apakah ini hanya perasaannya saja atau bukan. Tapi sepertinya, beberapa hari ini sejumlah orang yang ia kenal tiba-tiba bertingkah aneh. Terutama teman-teman dekatnya.
Dan lebih terutama lagi, kekasihnya.
Hinata Shouyou.
Bahkan, pemuda yang selalu penuh keceriaan itu memberi kesan seolah-olah ia seperti sedang menghindari Kageyama. Juga mengabaikannya.
Misalnya, ketika ia 'jauh-jauh' datang dari tempatnya bekerja sambilan menuju café tempat Hinata bekerja, semua staff di sana memberitahunya bahwa Hinata telah pergi sekitar 5 menit yang lalu.
5. Menit. Yang. Lalu.
Padahal Hinata tahu bahwa Kageyama selalu menjemputnya selesai jam kerjanya. Dan tak mungkin pemuda berambut oranye itu lupa, karena mereka telah sepakat dan bersusah payah untuk mencari jadwal kerja part-time yang sama―baik hari maupun jam.
Atau ketika di kampus saat Kageyama ingin mengajak Hinata untuk makan bersama seperti biasa, namun Hinata malah menolak dan beralasan bahwa ia harus menyelesaikan tugas dari dosen killer yang harus ia kumpulkan setengah jam lagi jika ia masih ingin selamat.
Meski Kageyama berkata bahwa ia bersedia makan sambil menunggunya menyelesaikan tugas itu, sang kekasih malah meminta maaf dan menyuruh Kageyama untuk pergi saja. Dengan alasan, "Kalau kau ikut menemaniku, bisa-bisa tugas itu tidak akan selesai, BaKageyama! Kau hanya akan membuat konsentrasiku menurun!"
Dan Kageyama hanya bisa mengutuk di sepanjang koridor karena ia yakin Hinata lebih memilih tugas terkutuk itu daripada makan bersamanya.
Memangnya sejak kapan Hinata diberi tugas seperti itu? Seingatnya, tadi malam ia kelihatan santai-santai saja saat menonton siaran voli bersamanya di apartemen mereka.
Dan juga, sejak kemarin Hinata sudah mulai menghilang entah kemana pada pagi hari, tanpa membangunkan ataupun memberi tahu Kageyama terlebih dahulu. Ia hanya meninggalkan catatan kecil di samping sarapan pagi yang dibuatnya.
'Ada beberapa hal yang harus kubeli, jadi aku tidak membangunkanmu karena aku sangat terburu-buru! :( \(; A ;)/
Maaf sleepyama-kun, tapi sebagai gantinya aku sudah membuatkan sarapan untukmu! d(^o^,)'
"…"
Percayakan pada Hinata ketika menyangkut pesan yang mengesalkan dengan emoji bertaburan dimana-mana.
Tapi untungnya, Hinata tak pernah bersikap aneh ketika mereka berlatih bersama.
Hinata tidak mengabaikannya ketika ia menjelaskan tentang teknik baru mereka.
Hinata tidak menghindari dirinya dan toss-nya sama sekali.
Hinata juga lebih memilih untuk berlatih bersamanya dibanding bersama dengan junior ataupun senior mereka.
Dan untuk hal itu, Kageyama sangatlah bersyukur.
Meskipun masih ada rasa takut dan khawatir jika sampai hal-hal buruk akan terjadi, Kageyama tahu lebih baik daripada meremehkan perasaan Hinata terhadap voli. Ia mungkin takut jika ia telah melakukan hal yang membuat Hinata murka padanya. Tapi setelah mereka kembali menjadi partner di dalam lapangan, rasa takut itu seketika saja lenyap.
Karenanya, Kageyama menyimpulkan bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang besar.
Mungkin.
.
Birthday
Hinata panik.
Sangat sangat sangat panik.
Mengapa?
Pasalnya, hanya kurang dari seminggu lagi dan ulang tahun Kageyama akan datang menyambutnya. Sementara ia sama sekali tak tahu harus memberinya hadiah seperti apa.
Dan lagi, ini akan menjadi ulang tahun Kageyama yang ke-20.
20 tahun, dan Kageyama pun resmi memasuki usia legal. Jadi, bagi Hinata itu adalah hal yang sangat spesial. Karena ada banyak hal yang bisa dilakukan Kageyama ketika ia memasuki usia legal! Seperti minum sake, atau yang lainnya… Meski teman-temannya berkata bahwa ia sedikit berlebihan mengenai hal itu.
Jadi tahun ini, Hinata meminta banyak sekali saran dari temannya. Baik teman-temannya saat SMA dulu, maupun yang sekarang. Bahkan ia sudah mendapat lebih banyak saran dari Sugawara-san jika dibanding yang lain. Namun dari semua saran dan ide yang telah ia terima, Hinata hanya bisa menyimpulkan satu hal.
Buat kejutan untuk Kageyama, dan jangan sampai ia tahu maupun curiga sedikit pun.
Dan untuk hal itu, terpaksalah ia menghindari kekasihnya itu untuk beberapa kali.
Ia terpaksa meminta teman-temannya di café untuk berbohong kepada Kageyama sementara ia bersembunyi di ruang ganti pria dan meminta maaf di dalam hati berkali-kali.
Saat itu ia sudah mempunyai janji bersama Yachi-san untuk memilih kado untuk Kageyama. Meski pada akhirnya ia tak menemukannya.
Ia juga terpaksa berbohong mengenai tugasnya saat ia diajak makan siang bersama. Karena ia ingin meminta pendapat teman-teman di kelasnya mengenai kejutan ulang tahun Kageyama. Bahkan saking paniknya, ia malah mengusir setter menyeramkan itu dengan alasan 'bisa mengganggu konsentrasinya'.
Meski dalam beberapa kejadian hal itu memang benar, sih. Karena godaannya bukan hanya datang dari makanannya saja. Tapi juga dari Kageyama itu sendiri, yang sama sekali tak peduli dengan posisi duduknya yang tak mengenal ruang privasi di samping Hinata. Dengan wajah yang didekatkan guna melihat apapun itu yang tengah dikerjakannya, dan sebelah tangan yang hamper melingkari bahunya pula.
Sudah cukup bagi Hinata untuk mengalami hal itu di apartemen mereka. Ia tak perlu sampai memberi teman-temannya 'tontonan gratis' di tengah kelas.
Bahkan ia sampai terpaksa bangun sejam lebih awal dari biasanya dan berusaha keras agar tak membangunkan Kageyama ketika ia membuat sarapan di dapur. Dan setelahnya ia harus mengendap-endap untuk keluar dari apartemen.
Ia ingin memberi Kageyama kue ulang tahun buatannya sendiri. Dan meskipun Hinata pandai memasak (disebabkan oleh factor survival instinc-nya), ia belum pernah membuat kue selain cookies dan pancake karena dinilainya terlalu merepotkan.
Jadi ia sekali lagi meminta tolong Yachi-san untuk mengajarinya. Dan karena di apartemen mereka hal itu terlalu beresiko (di apartemennya, bisa ketahuan oleh Kageyama dan di apartemen Yachi-san, juga beresiko karena Kageyama bisa datang ke sana kapan saja untuk mengecek keberadaan Hinata), mereka sampai meminta tolong pada Shimizu-senpai.
Untung saja Hinata sudah berpacaran dengan Kageyama, dan sangat mencintainya pula. Jika tidak, mungkin ia sudah pingsan terlebih dahulu sebelum sempat membuat adonan kuenya.
Atau mati terbunuh ketika melangkahkan kaki keluar apartemen Shimizu-senpai, oleh 2 orang spesifik yang merupakan 'anjing penjaga' mantan manager voli itu.
'Berterima kasihlah, Kageyama. Aku sampai mempertaruhkan nyawa hanya untukmu! Kalau kau tidak menghargai semua ini nanti, akan kupastikan kau akan berlatih voli seorang diri, dan tanpa peluk cium ketika kita sedang sendirian selama seminggu penuh!'
Dan Hinata tak pernah main-main dengan sumpahnya sendiri.
.
Cat
Karena sibuk dengan persiapan kejutan, Hinata jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada bersama Kageyama―kecuali saat latihan. Dan sepertinya itu berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya (atau Kageyama).
Bahkan Hinata bisa bersumpah Kageyama sampai memperhatikannya dengan tatapan layaknya predator, ketika ia memergoki Hinata tengah bercerita dengan semangat bersama teman-temannya.
Tak terkecuali kepada Sugawara-san yang hari ini berkunjung ke café, sementara Kageyama hanya berdiri mematung selama beberapa detik di pintu masuk ketika mendapati mereka tengah asyik berbincang saat itu.
Lalu ketika mereka akhirnya pulang bersama untuk pertama kali setelah 4 hari, Kageyama tak bersuara sama sekali selama di perjalanan. Bahkan ia tak merespon celotehan panjang Hinata yang mencoba untuk mengalihkan perhatian Kageyama agar tak bertanya apapun mengenai Sugawara-san.
Meskipun akhirnya Kageyama memang tak bertanya sedikit pun.
Dan selama malam itu Kageyama hanya menggumam saja ketika ia berkomunikasi dengan Hinata. Atau lebih tepatnya ketika Hinata bertanya sesuatu padanya.
Hinata sudah kesal karena sikap Kageyama malam itu. Ia bahkan sudah hamper berteriak dan menghajarnya agar Kageyama merespon dengan 'kata-kata'. Namun ia tak tega melakukannya setelah melihat ekspresi setter-nya yang tengah duduk menonton tv di atas sofa.
Bukan hanya tak tega, tapi Hinata juga hamper memekik histeris saat itu.
Karena wajah Kageyama benar-benar persis seperti kucing yang sedang merajuk. Dengan mata sedikit menyipit dan alis yang menukik ke bawah, juga bibir yang sedikit maju dengan ujung yang tertarik ke bawah.
Astaga, dan apakah ini hanya perasaannya saja atau pipi Kageyama memang terlihat sedikit lebih gembung?
Akhirnya, Hinata hanya tertawa kecil sehingga membuat Kageyama merasa heran.
"Apa yang kau tertawakan, dumbass?"
"Ehehe… kau penasaran ya, Kageyama-kun~"
Sebelum Kageyama sempat menumpahkan sumpah serapahnya pada Hinata, pemuda berambut oranye itu sudah terlebih dahulu memeluknya dengan erat. Kageyama pun hanya kaget, dan saat ia ingin balas memeluk erat kekasihnya itu, Hinata malah berlari menuju kamarnya dan langsung menutup pintu. Meninggalkan Kageyama yang terlihat kebingungan sekaligus kesal.
Hah? Apa maksudmu, mereka tidak tidur sekamar?
Tentu saja tidak! Siapa yang tahu, apa yang akan dilakukan Kageyama pada Hinata jika mereka sampai tidur sekamar―apalagi seranjang?
Tidak, terima kasih. Hinata sama sekali tak ingin menghadapi resikonya walau hanya sekali.
.
Duende
Sejak awal, Hinata memang memiliki kemampuan untuk menarik perhatian.
Dari penampilan, misalnya.
Siapa yang tidak akan tertarik untuk memperhatikan pemuda dengan sarang burung berwarna oranye menghiasi kepalanya, yang memiliki senyum secerah matahari dan suara seberisik anak burung yang baru lahir?
Intinya. Dari penampilan saja Hinata sudah dikategorikan 'manis' dan 'memikat'. Kageyama dapat menjamin hal itu.
Belum lagi kepribadiannya yang secara alami bisa membuat orang-orang yang baru ia kenal menjadi temannya dalam waktu singkat. Seakan-akan ada aura di sekitar tubuhnya yang menarik orang-orang agar ingin mendekat dan mengenalnya.
Dan jujur, itu bisa membuat Kageyama menjadi sangat cemburu.
Tidak, ia tidak cemburu pada Hinata yang selalu dikelilingi orang-orang. Justru sebaliknya. Ia akan cemburu karena perhatian kekasihnya teralihkan darinya, karena terlalu banyak orang yang mencoba mencuri perhatian Hinata.
Sebagai akibatnya, Kageyama hanya bisa memperhatikan dengan tatapan setajam elang (atau gagak?). Mengawasi jika ada yang berani berbuat sesuatu pada Hinata di depan matanya. Meski pemandangan di mana kekasihnya itu selalu dikelilingi banyak orang adalah hal yang lumrah, Kageyama tetap tak bisa melakukan apapun selain mengintai dengan seksama.
Dia tahu pasti bahwa Hinata menganggapnya lebih penting dari orang-orang itu, karena itulah ia tak pernah mengintervensi.
Jadi hari ini, ia pun meminta izin untuk pulang 10 menit lebih cepat agar Hinata tak bisa kabur 5 menit sebelum ia datang.
Namun pemandangan yang ia saksikan justru lebih membingungkan. Di mana Hinata tengah duduk bersama dengan Sugawara-san, asyik bercerita sehingga wajahnya yang sudah bersinar itu malah semakin menyilaukan―jika itu memungkinkan.
Dan jujur, meskipun ia tak boleh merasakannya, Kageyama tetap saja cemburu. Lagipula, sudah berapa lama sejak ia melihat Hinata berwajah seperti itu ketika mereka sedang bersama?
4 hari yang lalu?
Jadi, pada akhirnya Hinata menangkap sosoknya yang mungkin terlihat lebih mengintimidasi dari biasanya, berdiri di depan pintu café sambil menatap mereka dengan tatapan penuh kecemburuan.
Atau mungkin hanya Sugawara-san saja yang menyadari, mengingat betapa 'tebal kepala' kekasihnya itu.
Dan ia pun hanya memutuskan untuk diam sepanjang perjalanan, hingga mereka sampai di apartemen. Ia tak merespon sama sekali terhadap apa yang dicelotehkan Hinata, dan hanya menggumam tidak jelas ketika ditanyai sesuatu yang penting seperti, "Kageyama, bagaimana kalau menu makan malam hari ini adalah kare? Tadi Sugawara-san datang berkunjung dan memberiku daging yang banyak!"
Kageyama biasanya tidak pernah mengakuinya, tapi untuk kali ini ia tidak peduli.
Ia memang sedang merajuk.
Bahkan tak ada satupun siaran televisi yang bisa mengalihkan pikirannya. Lalu tiba-tiba saja, Hinata terkikik geli dan Kageyama menjadi sensitive akan hal itu. Karena mungkin saja Hinata memang sengaja membuatnya cemburu hanya untuk menertawakannya ketika ia bersikap kekanak-kanakan seperti ini.
Tapi setelah sepasang tangan kurus melingkari bahunya, dan helaian rambut oranye menggelitik dagu dan lehernya, Kageyama pun merasa tersesat untuk beberapa saat. Karena tubuh yang lebih kecil darinya itu terasa sangat hangat, sampai-sampai Kageyama lupa bagaimana caranya untuk bernapas―untuk berpikir.
Ketika pelukan itu semakin mengerat, ia pun mencoba untuk membalasnya juga. Namun sebelum ia sempat mendaratkan tangannya di punggung dan ubun-ubun kekasihnya, tiba-tiba kehangatan itu menghilang begitu saja.
Dan sementara ia menyaksikan Hinata berlari ke kamarnya dan menutup pintu, Kageyama menyadari satu hal.
Ternyata ia juga merupakan korban dari pesona Hinata yang terlalu kuat itu.
.
Endurance
Kageyama sudah tak tahan lagi.
Ini adalah hari kelima dan kecurigaan Kageyama sudah sampai pada batasnya. Ia tak bisa lagi berdiam diri sementara kekasihnya sudah sibuk di pagi hari―bersiap untuk pergi ke luar. Lagi. Untungnya kali ini nasib lebih berpihak pada Kageyama. Kampus sudah diliburkan sejak 2 hari yang lalu dan hari ini―baik ia maupun Hinata, tidak memiliki shift kerja sama sekali. Ia bangun lebih pagi dari biasanya, tepat saat Hinata sedang di tengah proses membuat sarapan.
'Calon istri yang baik.'
Dan hari ini Kageyama berencana untuk memata-matai si calon istri tersebut. Tentu saja tanpa sepengetahuan sang korban.
Ia langsung mandi dan setelahnya menghidupkan televisi, ketika Hinata selesai memakan sarapannya dan bersiap-siap untuk pergi.
"Kageyama, aku akan keluar sebentar! Sarapanmu ada di atas meja, oke? Ah, dan jangan lupa mencuci piring!" Teriaknya tepat sebelum menutup pintu masuk.
Langsung saja Kageyama memulai aksinya. Pertama ia memasukan sarapannya ke dalam kulkas, lalu mematikan televisi. Lalu ia segera memakai jaket dan topinya yang tergantung di dekat pintu masuk dan membuka pintu secara perlahan. Dan setelah memastikan Hinata sudah tak lagi berada di koridor, ia pun menutup dan mengunci pintu.
Karena apartemen mereka berada di lantai 3, Kageyama bisa mengintip dengan jelas saat Hinata sudah mulai berjalan keluar gerbang. Ia lalu melihatnya berbelok ke kanan. Tak ingin menunggu lift yang masih berada di lantai dasar, ia pun berlari―atau meloncat melewati anak tangga dengan kakinya yang panjang.
Selanjutnya, ia berjalan ke arah jalur yang dilewati Hinata tadi, dan menemukan sosok yang dicarinya berada agak jauh di depan. Memuji dirinya di dalam hati, Kageyama pun berjalan mengikuti sosok yang sangat mencolok itu.
Syukurlah ia tidak jadi memakai kaca mata hitamnya, sehingga kali ini tak ada pejalan kaki yang memberinya tatapan aneh.
'Tunggulah Hinata, aku akan mencari tahu hal apa yang kau lakukan selama ini!'
.
Found
Hinata sangat bersyukur ketika Kageyama tidak bertanya macam-macam padanya. Ia awalnya memang terkejut, ketika mengetahui bahwa Kageyama bangun lebih awal dari biasanya. Bahkan ia menjadi sedikit cemas karenanya.
Pagi ini dia akan bertemu dengan Yachi-san untuk mencari kado Kageyama. Lagi. Untungnya saat pulang bersama Kageyama kemarin, ia sibuk melihat sekitarnya untuk mencari hal yang bisa dijadikan topik pembicaraan. Dan secara kebetulan, ia menemukan sebuah toko yang menjual benda yang belakangan ini menarik perhatiannya.
Sebuah kalung perak yang berhiaskan gantungan bola voli berwarna silver, dan terukir angka '9' di permukaannya.
Tentu saja, itu adalah kalung untuk pria.
Namun sebenarnya Hinata juga ingin satu untuk dirinya, jadi ia memutuskan untuk membeli sepasang. Perbedaannya hanya ada pada nomor yang tertera di gantungannya. Meski pun saat ini mereka bukan lagi duo bernomor punggung 9 dan 10, kedua angka tersebut tetap tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
"Jadi Kageyama tidak bisa komplain kalau menurutnya hadiah ini terlalu feminim, karena aku juga membelinya untuk diriku sendiri!" Ujarnya dengan semangat pada Yachi tepat setelah mereka menginjakkan kaki keluar toko itu.
Yachi hanya mengangguk-angguk antusias, mendukung penuh ide Hinata tersebut. Lalu ia pun melihat jam tangannya yang menunjukkan bahwa mereka masih memiliki banyak waktu sebelum jam makan siang.
"Hinata, bagaimana kalau kita sekalian membeli hadiah untuk natal nanti? Sebelum toko-toko di sini tutup!"
Wajah Hinata berbinar-binar mendengarnya. "Uwohh! Ide bagus, Yachi-san!" Balas Hinata tak kalah semangat.
Dan begitulah. Mereka pun melanjutkan perjuangan dengan pergi berburu hadiah natal di salah satu mall yang berada tak jauh dari sana.
Namun entah kenapa, sejak tadi Hinata tak bisa berhenti merinding. Seakan-akan ia merasa seperti sedang diawasi. Awalnya ia hanya mengabaikannya dengan menyalahkan cuaca yang memang sangat dingin. Namun ketika mereka sudah memasuki mall, perasaan itu tetap ada dan menjadi semakin kuat. Saking kuatnya, Hinata secara tidak sadar menjadi was-was terhadap orang-orang di sekitarnya.
Bisa dibilang, instingnya sangatlah kuat ketika menyangkut hal seperti ini.
'Jangan-jangan, kami memang diikuti!? Atau mungkin, orang itu ingin mencuri barang-barang kami saat kami pulang nanti!?' Pikirnya histeris. Ia menoleh pada Yachi yang masih sibuk memilih-milih hadiah untuk teman-teman wanitanya. Namun sepertinya gadis itu sama sekali tidak terganggu, berbeda dengan Hinata yang semakin lama menjadi semakin panik.
Akhirnya, ia memutuskanuntuk bersembunyi di balik kaca toko, sambil menyapukan pandangan ke sekitar penjuru mall itu dengan hati-hati.
Lalu ia menemukannya. Orang yang sangat mencurigakan, yang tengah berdiri di samping salah satu tiang. Dengan posisi membelakangi toko tempatnya berada saat ini.
Hinata pun menyipitkan matanya, mencoba menganalisis ciri-ciri fisik orang tersebut agar ia bisa melaporkannya kalau-kalau mereka memang diapa-apakan nanti.
Orang tersebut sudah jelas berjenis kelamin pria, dengan tinggi badan sekitar 185 senti. Ia memakai jaket navy dan topi hitam yang hampir menutupi seluruh helai rambut pendeknya yang berwarna hitam.
"…"
Tunggu.
Rasanya Hinata sangat familiar dengan ciri-ciri orang itu. Karena orang yang sedang tinggal bersamanya saat ini juga memiliki ciri-ciri yang sama.
Dan seakan tersentrum listrik secara tiba-tiba, Hinata pun membulatkan matanya.
"Oh, sial."
Mereka ketahuan.
'Oke. Saatnya melarikan diri, Yachi-san.'
.
Game
Semakin lama Kageyama menguntit Hinata, semakin gelap aura yang terkumpul di sekitarnya.
Bayangkan. Kekasihmu meninggalkanmu seorang diri di rumah, sementara ia pergi dengan teman wanitanya ke toko perhiasan dan mall!? Dan lagi, wajahnya terlihat begitu bahagia di sepanjang waktu.
'Untuk apa kau pergi membeli barang-barang itu, hah, Hinata-dumbass!?'
Kageyama hampir saja lepas kendali dan menyerbu kekasihnya itu ketika ia dan Yachi-san mulai menenteng banyak tas belanjaan. Tapi karena suasana natal yang begitu jelas di seluruh penjuru mall, ia pun teringat bahwa sebentar lagi akan natal dan sudah wajar jika seseorang membeli hadiah natal sebelum toko-toko mulai tutup.
Sebenarnya Kageyama juga sudah melakukannya beberapa hari yang lalu, ketika Hinata pertama kali pulang tanpa dirinya. Ia juga sudah berencana mengajaknya untuk membeli hadiah natal, namun karena mood-nya sudah terlanjur buruk ia pun tak punya niat lagi untuk mengajaknya. Jadi sudah jelas bahwa kini Hinata pergi membelinya bersama dengan Yachi-san.
Yang lagi-lagi membawanya pada kemurkaan yang lain.
'Kenapa kau tidak mengajakku, atau setidaknya memberi tahuku, DUMBASS!?'
Tapi sepertinya emosi-emosi itu membuatnya sedikit lengah, sehingga ketika ia berpaling ke belakang, dua orang yang menjadi objek pengawasannya itu sudah menghilang dari toko aksesoris wanita yang mereka kunjungi beberapa saat lalu. Padahal beberapa detik yang lalu Yachi-san masih asyik memilih barang yang akan ia beli. Bahkan kelihatannya mereka akan sedikit lama berada di sana.
Ini berarti satu hal.
Mereka sudah menyadari keberadaannya.
Sesaat ia ragu, harus segera mencari Hinata atau malah berbalik pulang dan berpura-pura tak tahu apapun. Namun dengan segera, penglihatannya yang tajam (terlebih terhadap Hinata) langsung menangkap bayangan warna oranye dan pirang yang menghilang dengan cepat ke balik tembok yang tak jauh dari toko sebelumnya.
Tanpa pikir panjang Kageyama pun langsung menyusul mereka.
Mau bagaimana pun, ia tak akan kalah dalam 'permainan kecil' ini.
.
Hiding
Setelah Hinata berbisik dengan nada panik pada Yachi bahwa sepertinya mereka sudah ketahuan oleh Kageyama, Yachi pun membatalkan membeli satu barang lagi di toko itu. Mereka pun segera mengendap-endap pergi sebelum sosok yang diyakininya sebagai Kageyama itu berbalik dan menyadari bahwa mereka sudah menghilang.
Setelahnya mereka memilih keluar dari mall itu melalui tangga darurat, tak ingin mengambil resiko didapati oleh Kageyama lagi. Meski Hinata sendiri panik karena bagaimanapun, ia akan tetap bertemu kekasihnya itu lagi di apartemen mereka. Jadi sebaiknya ia mulai mengarang alasan dan 'serangan balik' untuk Kageyama nanti.
Ketika sampai di basement, keduanya pun berhenti sejenak untuk mengambil napas. Karena, setelah ini mereka masih harus berlari lagi. Kageyama mungkin sudah sadar bahwa Hinata dan Yachi telah hilang dari toko tadi, dan ada 2 kemungkinan yang akan dilakukannya: mencari ke seluruh penjuru mall atau segera pergi dan pulang ke rumah sebelum Hinata kembali.
Apapun pilihannya, mereka berdua harus berhati-hati keluar dari sana agar tak berpapasan dengan Kageyama. Jadi tentu saja, jika nanti mereka tak mendapati sosok Kageyama di manapun, maka mereka akan segera berlari secepat mungkin.
Namun sepertinya pilihan untuk pergi melalui basement adahal hal yang buruk.
Karena sebelum mereka sempat untuk mulai bergerak, ada 2 orang mencurigakan lainnya yang berjalan mendekatinya dan Yachi.
Dan Hinata yakin 100 persen, bahwa kedua pria mencurigakan itu bukanlah orang yang sama dengan yang tadi.
Baik Hinata maupun Yachi sama-sama memucat, dengan jantung yang berdetak 2 kali lipat dari sebelumnya.
'Sepertinya menghadapi Kageyama jauh lebih aman daripada ini.' Pikir keduanya.
.
Impuls
Ketika menyadari bahwa kedua targetnya sudah menghilang ke basement, Kageyama pun merasa yakin bahwa keberadaannya benar-benar sudah diketahui. Tentu saja ia tak peduli terhadap apapun komentar Hinata terhadapnya, karena ia sendiri juga memiliki alasan kuat untuk melakukan semua ini.
Jadi jika Hinata pulang mendahuluinya, Kageyama tak perlu terlalu cemas lagi.
Ia pun memperlambat larinya, karena merasa tak perlu terlalu membuang-buang tenaga lagi. Karena kedua mangsanya sudah mulai tersudut.
Namun beberapa saat setelah ia memasuki area basement, ia mendengar suara langkah kaki yang agak banyak disertai tawa mengancanm dari dua orang pria yang berbeda. Dan kemudian perasaan tidak enak mulai menggelayut di dalam hati Kageyama, sampai ia pun menjadi lebih peka terhadap lingkungannya.
Lalu ia mendengar suaranya.
"A-apa yang kalian inginkan dari kami!?"
Kedua matanya pun membola, dan akhirnya ia mengerti tentang perasaan tidak enak yang ia rasakan saat ini.
Hinata!
Tanpa sadar, kedua kakinya pun sudah bergerak menuju arah suara itu.
.
.
A/N:
Ah…malah nggantung di bagian yang ngeselin ya *lmao*
Saya sebenarnya juga pengennya ini jadi oneshot aja sih…tapi setelah anda baca, pasti langsung ngerti kan kalau cerita ini digerakkan oleh satu kata yang disusun berurutan sesuai alfabet? Yep. Karena di chap ini baru sampai huruf i, berarti masih ada 17 huruf lagi di chap depan ;_;
Padahal disini baru 9 huruf dan panjangnya udah 3k+ *tawamiris* kalau saya sempetin bikin ke 26 alfabet di sini mah,,bisa-bisa words-nya jadi 8k lebih… dan saya nggk sanggup menulis sepanjang itu dalam satu malam *dead*
Jadi, kemungkinan ini bisa jadi 2chap minimal (kalau saya bisa bangun pagi), atau 3 chap maksimal (kalau saya lagi males) tapi karena ini fanfic special untuk ultahnya kageyama, saya kayaknya harus selesaiin besok deh *uhuk*
Ngomong2, ini fanfic haikyuu pertama saya… jadi tolong maklumi saja keanehannya ya :3 apalagi saya udah 2 tahun nggk publish2 cerita LoL
Kalau begitu, saya sudahi dulu untuk saat ini…tolong review nya jangan lupa yah *wink*
Dan sekali lagi… Happy birthday Kageyamaaa~
Sign,
MeganeD
