My second poetry fic about FT !!! Yeahhh.... *diembat rame2*
Ouh... Silver gi jatuh cinta sama pair ErzaxGerald~ rasa cinta yang melahirkan poetry fic macem ni, hehehe... Maaf, mungkin bakal sulit banget buat memahami fic ga masuk akal ini...
but, RnR please ^^
Mine
By : Argentum Silver-chan
Bukit yang menyimponikan kelembutan irama alam. Desau yang tercipta dari hembus angin yang teramat perlahan menciptakan aura luar biasa.
Rambut Erza kecil bergoyang bersama semilir angin. Tangan lembutnya bergerak mengikuti awan berarak. Mata kananya terpejam sesaat. Mata cacat itu tak sedetikpun mengganggunya. Ia tetap bisa menyesapi kenikmatan yang diberikan alam padanya.
"Erza?" Suara itu menegurnya. Suara lembut yang Ia kenal. Suara lembut yang mendamaikan.
Anak lelaki kecil dengan rambut birunya. Sahabat yang lebih dari seorang sahabat bagi Erza.
"Gerald, kemarilah! Kemarilah!" seru Erza ceria, "Kita main bersama!"
Angin menari bersama rambut mereka, bersama tawa mereka, bersama kebersamaan dan senyum mereka, dan ikut larut dalam dunia kanak-kanak mereka berdua...
Cahaya kuat berpendar hebat, tepat diatas tubuh mereka. Rambut merah Erza berkibar pelan, tangan kokohnya gemetar dalam dendam dan ketakutan. Ujung katana panjangnya habya berjarak setipis kertas dari leher lelaki berambut biru itu.
"Bunuhlah aku Erza, itu tujuanmu kan?" tanya Lelaki itu. Suara datar dalam sebuah senyuman, "Sudah kubilang, aku adalah alat yang rusak. Bunuhlah aku, Erza,"
Merah
Darah juang dalam amarah
Biru
Tersekap rindu dalam tunggu
Abu-abu
Jiwa padu dalam sorak dan seru
Aku
Bidak semu
"Kematian ada di hadapan kita, tak ada alasan lagi untukku membunuhmu, Gerald," Serak suara Erza. Suara yang secara paksa Ia keluarkan dari tenggorokanya. Selang beberapa detik, katana di tanganya terjatuh, terhempas pelan diatas lantai.
"Kau takut..." desis sang Lelaki, lalu menghembuskan nafasnya bersamaan dengan Erza, lalu tersenyum. Kematian ada di depan mereka.
Sepucuk surat dari akhirat
Sayap pelan terkepak dalam sukma retak
Lenyap dalam senyap
Mati dalam ambisi abadi
Cahaya itu menampar pandangan. Terang dan semakin terang. Membawa takdir sadis dalam kehangatan mautnya.
Ragu
Dekap harap dalam sendu
"Erza, berjanjilah, kau akan menjadi sahabatku selamanya,"
"Ya Gerald, aku akan menjadi sahabatmu selamanya,"
Jemari mereka bertaut dalam keikhlasan rasa. Rasa serupa cinta. Persahabatan untuk kini dan selamanya.
"Aku menyayangimu, dan akan tetap berada di sisimu Erza. Kuharap kau juga,"
"Tentu Gerald, aku juga menyayangimu. Sekarang..."
"... sampai selamanya..."
Kilat pedang menerjang dendam
Perseteruan batin yang takkan redam
Tangan Erza terulur, meraih tubuh yang Ia rindukan. Rambut biru milik seorang yang Ia sayang. Pelukan itu ada hanya untuknya. Gerald yang kini Ia cintai seutuhnya. Gerald yang hanya ada untuknya.
"Terimakasih, Erza, kau selamatkan aku dari kegelapan Zeref,"
"I... itu gunanya teman," Mata cacat Erza terpejam. Mata yang tak pernah meneteskan air mata itu basah.
"Aku akan menebus dosaku. Maafkan aku untuk semuanya," suara itu bergetar pelan. Bukan tangis sedih, bukan bahagia, bukan pula paksa.
Tanda yang mengikat semua
Ego, janji, tekad juga cinta
Serpih pedih yang masih ada
Dari segala yang sirna
Cahaya itu semakin kuat, satu jengkal diatas mereka. Menebar maut langit dari keserakahan laknat.
"Akulah yang menciptakan kematian itu..." desis Gerald.
Terang dan semakin terang. Akankah cinta yang baru saja mereka sadari akan terpisan karena mati?
TBC
(Dan akan disambung segera)
Thanks dah baca ^^
