Disclaimer character by Masashi Kishimoto

.

Disclaimer story by Sayaka Boschonovitch

.

The Game Plan

.

Cast : Sakura H/ Sasuke U/ Sai/ Naruto U/ Tenten/ Neji

( chara bisa bertambah tiap chapter )

.

Warn : AU/ OOC/ typo(s)/ cerita semau Saya/ DLDR!

.

Chapter 1

.

Happy Reading!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

[ Sakura's POV ]

Akhirnya sampai juga di Konoha setelah menempuh perjalanan panjang dari Suna. Dan untuk pertama kalinya aku naik kereta, ternyata sangat menyenangkan. Lain kali harus kucoba lagi.

Oh ya, perkenalkan namaku adalah Sakura, untuk saat ini aku akan tinggal di rumah paman dan bibiku karena hanya merekalah saudaraku di Konoha. Di sini aku akan bersekolah di Konoha International High School. Aku beruntung, karena hanya dengan menyodorkan piagam kejuaraan karate tingkat internasional itu, aku berhasil masuk ke KIHS di kelas unggulan tanpa tes dan dengan beasiswa penuh.

Sungguh bangga rasanya bisa masuk sekolah elit seperti KIHS. Hmm, aku tidak sendirian loh, dari Suna ada dua orang sahabatku yang juga akan bersekolah di KIHS sepertiku. Mereka adalah Yamanaka Ino dan Uzumaki Naruto.

Sekarang ini aku sudah sampai di depan rumah pamanku. Sayangnya mereka sedang tidak berada ditempat karena sejak sebulan yang lalu, paman sudah dipindahtugaskan ke Iwa. Tapi aku sudah mendapat ijin dari paman dan bibi untuk tinggal dirumah mereka selama di Konoha.

Aku menyeret dua koper besarku memasuki halaman rumah yang dipenuhi oleh rumput-rumput liar yang tampak sedikit memanjang karena hampir satu bulan ditinggalkan oleh pemiliknya. Aku membuka pintu rumah itu dengan kunci cadangan yang diberikan oleh paman seminggu lalu saat aku dan kakak berkunjung ke Iwa.

[ Normal POV ]

Sakura menata barang-barang bawaannya di kamar tamu rumah itu. Memasukkan pakaiannya kedalam lemari pakaian yang terbuat dari kayu, tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung seluruh pakaian milik Sakura. Disamping lemari kayu itu terdapat rak buku tiga tingkat yang terbuat dari rotan. Sakura menata beberapa bukunya pada tingkat kedua dan ketiga rak tersebut, sedangkan bagian teratas ia letakkan beberapa barang pribadinya seperti ponsel, dompet, dan sebagainya.

Setelah selesai dengan kegiatan beres-beres barangnya, Sakura merasa lelah dan langsung tertidur di kasur yang hanya muat untuk dirinya sendiri.

Hari sudah sore ketika Sakura mulai terbangun. Ia langsung menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Tak ada salahnya membersihkan diri setelah menempuh perjalanan dari Suna ke Konoha selama kurang lebih lima jam dan masih dilanjut dengan menata kamar yang akan ia tinggali selama di Konoha.

Selesai mandi, ia baru merasa kalau perutnya benar-benar kosong. Dari tadi pagi ia hanya memakan sepotong roti tawar dan segelas susu cokelat sebelum berangkat ke stasiun kereta api.

Setelah memakai pakaian yang pantas, gadis yang memiliki warna rambut seperti gulali ini segera bergegas keluar rumah mencari makanan sekaligus belanja untuk keperluannya beberapa hari kedepan.

Area tempat tinggalnya sekarang ini tidak begitu ramai meski letaknya di tengah kota Konoha. Sakura berjalan menyusuri jalanan setapak menuju ke jalan raya. Sesekali ia menyapa beberapa orang yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Tidak apa supaya lebih akrab saja karena ia merupakan orang baru disini.

Ketika melewati sebuah taman di pinggiran kota, ia teringat kalau dulu semasa kecil ia juga pernah bermain di tempat itu bersama papa, mama, dan juga kakaknya. Ia sempat tergoda untuk bermain ayunan yang sedang tidak terpakai, namun rasa lapar diperutnya telah memaksanya untuk segera menemukan kedai makanan terdekat secepatnya.

Hanya berjalan beberapa langkah saja Sakura sudah sampai di kedai ramen 'Ichiraku'. Ia segera masuk dan duduk di tempat yang nyaman serta memesan seporsi besar ramen kesukaannya.

Kedai ramen 'Ichiraku' tampak tidak mengalami perubahan semenjak terakhir kali ia datang sekitar tiga atau empat tahun lalu. Sakura mengedarkan pandangannya ke sekeliling kedai tersebut dan tanpa sengaja manik emeraldnya menangkap sosok pemuda yang sangat ia kenal. Pemuda dengan rambut sewarna kulit jeruk lemon dengan tiga goresan di kedua pipinya. Tidak salah lagi itu pasti Naruto.

Tanpa ragu, Sakura memanggil nama pemuda yang sedang menyantap mangkuk kedua ramennya, "Naruto!"

Merasa namanya dipanggil pemuda itu pun berbalik memastikan siapa orang yang memanggilnya.

"Eh, Sakura-chan!" ucap Naruto terkejut melihat sahabat merah jambunya.

"Sedang apa kau disini, Naruto?" tanya Sakura yang telah menerima pesanannya berupa ramen dengan porsi jumbo.

"Kau tidak lihat aku sedang kelaparan? Kau sendiri kenapa ada disini coba kalau tidak kelaparan?!"

"Iya iya, kita sama-sama kelaparan." jawab Sakura seraya meniup-niup ramen yang masih panas itu.

"Itadaikimasu!" ucap Sakura lalu menyantap ramen tersebut hingga menimbulkan bunyi 'sluruuup'.


Setelah selesai makan Naruto memaksa Sakura untuk menemaninya berbelanja dan mengantarnya pulang. Sebenarnya Sakura sempat menolak, tapi karena kekeraskepalaan Naruto Sakura jadi memperbolehkannya.

Mereka mampir di sebuah supermarket yang letaknya di sebelah taman tadi. Sakura membeli beberapa keperluannya setelah selesai ia langsung membayarnya di kasir.

Naruto mengantar Sakura kerumahnya dengan Porsche warna kuning miliknya. Tidak heran kalau Naruto bisa memiliki mobil mewah dengan harga fantastis tersebut.

Ia tidak akan menyia-nyiakan uang orang tuanya yang berlimpah itu. Ayahnya adalah orang nomer satu di Suna sedangkan ibunya adalah seorang pengusaha restoran tersukses di dunia. Wajar saja kalau Naruto dapat memiliki mobil sport di usianya yang masih enam belas tahun.

Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Sakura. Sebelum turun ia berpesan kepada Naruto.

"Naruto, bisakah kau berjanji padaku?"

"Tentu! Janji apa itu, Sakura-chan?" tanya Naruto penasaran dengan maksud Sakura.

Sakura menghirup oksigen dan menghembuskannya pelan. Sekarang ia siap dengan apa yang akan dikatakannya pada Naruto. "Mulai besok kau akan mengenalku sebagai Haruno Sakura seorang siswi beasiswa yang berasal dari Suna," jelas Sakura.

Naruto menganggukkan kepalanya pertanda ia paham maksud dari sahabatnya, "Hm, baik aku mengerti." ucapnya kemudian.

"Dan satu lagi," ucap Sakura seraya mengarahkan pandangannya pada Naruto menatapnya serius. Sakura tidak main-main kali ini, " berhubung kita satu kelas, berpura-puralah kau tidak saling kenal denganku. Apa kau mengerti, Naruto?"

"Ke-kenapa begitu?" tanya Naruto heran.

"Sudahlah kau ikuti saja perintahku!" Sakura memaksa. Naruto pun akhirnya menerima keputusan yang dibuat oleh sahabat cantiknya ini.

Sebuah ide muncul dikepala Naruto, ia menyeringai dan membuat sebuah syarat pada Sakura, "Baiklah, dengan satu syarat."

"Hmm, apa syaratmu?" Sakura mengangkat alisnya bingung.

"Kau kenal Hyuga Neji?"

"Sangat kenal."

"Aku ingin kau membuatku dekat dengan adiknya, bisa kan?" tanya Naruto.

"Hinata maksudmu?"

Naruto tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepala membenarkan siapa yang dimaksud oleh Sakura.

"Baiklah. Kau tunggu saja." ucap Sakura sembari membuka pintu mobil itu dan keluar dari sana. Setelah menutupnya kembali, ia melambaikan tangannya pada Naruto yang telah memacu supercarnya itu dengan kecepatan sedang.


[ Sakura's POV ]

Huuh! Akhirnya hari yang kunanti datang juga. Hari pertamaku di KIHS. Memang dasar sekolah elit. Hampir semua siswanya diantar dengan kendaraan pribadi yang super mewah. Kebanyakan siswi disini memiliki sopir pribadi, seperti gadis rambut merah berkacamata yang baru turun dari sebuah sedan warna hitam.

Yah, itu hanya sebagian saja. Bahkan aku baru saja melihat sebuah Lamborghini LP710 berwarna hitam yang konon katanya hanya terdapat 5 unit saja diseluruh dunia. Hebat! Dan selanjutnya dua orang pemuda dengan seragam khas KIHS turun dari supercar tersebut.

Kalau aku tidak perlu repot-repot bawa yang seperti itu ke sekolah. Percuma! Jarak dari rumahku ke KIHS saja cuma lima menitan meski ditempuh dengan berjalan kaki apalagi kalau aku lari mungkin bakal lebih cepat dari mereka yang naik supercar sekalipun. Tapi setidaknya aku bisa menikmati suasana pagi hari yang masih alami dengan berjalan kaki. Karena ini Konoha aku yakin kalau udaranya pasti lebih sejuk dibandingkan kota tempat asalku yang tiada hari tanpa debu itu.

Aku telah sampai di depan gerbang KIHS, kulangkahkan kakiku memasukinya. Satu kata untuk sekolah baruku 'mewah'. Halamannya penuh dengan bunga-bunga yang bermekaran indah sekali. Gedung sekolah itu bergaya eropa kuno. Tepat ditengahnya terdapat sebuah jam besar berangka romawi yang saat ini telah menujukkan pukul delapan lewat empat puluh lima menit.

Lima belas menit menuju bel masuk kelas. Itu yang kupikir, tapi ternyata, belnya berbunyi lebih awal. Gawat! Aku bisa terlambat. Ini hari pertamaku. Aku tidak boleh terlambat.

Aku berlari dari depan gerbang KIHS ke ruang kelas 1A yang sialnya berada di lantai tiga.

Kudengar ada suara langkah kaki yang begitu cepat dibelakangku. Tidak! Tidak melangkah tapi berlari. Ya! Ada yang sedang berlari juga dibelakangku. Kusempatkan untuk menengok ke belakang, dan ternyata... Naruto.

Bocah itu lari sambil terengah-engah begitupun denganku. Jangan heran! Sewaktu masih di bangku menengah pertama pun kami sampai dijuluki 'duo telat' itu karena hampir setiap hari kami berlomba lari memasuki ruang kelas. Dan hal tersebut terjadi lagi saat ini.

Lantai dua, aku masih berlari tergopoh-gopoh dan Naruto masih dibelakangku. Dekat! Hampir menyalipku.

Lantai tiga, nafasku sudah terasa panas, tenggorokanku kering, dan keringatku sudah bercucuran dimana-mana.

Kulihat papan kayu bertuliskan 1A, tak kuduga ternyata Naruto tidak mau kalah dariku. Ia mempercepat larinya sampai tepat berada disampingku. Aku pun tidak tinggal diam, kupercepat lariku supaya tidak kalah dari Naruto.

Namun ternyata lantai tempat kami berpijak itu baru saja dipel oleh cleaning service sekolah dan lantainya tentu masih basah.

Sruuuuuuuuuttt!

Gubraaaaak!

Alhasil, kami berdua terpeleset dan jatuh tepat di depan ruang kelas kami yang sudah ramai dengan suara tawa seluruh siswa di dalamnya. Sungguh tidak elit sekali.

Kulirik Naruto yang tadi sempat menabrak pintu. Pasti lebih sakit meskipun aku juga merasa sakit juga di bagian pantat, tapi untungnya kepalaku tidak terterbentur ke pintu kayu yang besar itu seperti Naruto. Aduh, aku jadi kasihan juga padanya. Ya sudahlah, toh dia sendiri juga tidak protes padaku sekarang.

Aku berdiri dari posisi jatuhku, kulihat pria disampingku ini juga tengah melakukan hal yang sama denganku. Aku masuk kelas duluan dan ternyata hanya ada dua bangku kosong yang tersisa. Tempatnya di pojok belakang dekat jendela dan satunya lagi nomor dua dari belakang tepat di depan bangku kosong yang pertama.

Tampaknya si kuning ingin duduk dipojok belakang, jadi ya biarkan saja. Berarti aku harus duduk didepanya, yah meski tidak rela tempat incaranku ditempati olehnya.

Aku duduk ditempatku yang berada tepat didepan Naruto dan meletakkan tasku dibawah meja. Tenggorokkanku kering dan rasanya haus sekali. Kuambil botol air mineralku dan meminum airnya hingga tandas setengahnya.

Tak lama kemudian seorang lelaki dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya masuk ke kelas kami.

"Ohayou minna," sapa lelaki tersebut "perkenalkan namaku Hatake Kakashi, disini aku sebagai wali kelas kalian, jadi mohon bantuannya." ucapnya ramah.

"Hai' Sensei." jawab kami serempak.

"Baiklah. Karena ini adalah kelas unggulan, tentunya kalian adalah siswa-siswi terpilih dengan kemampuan yang sudah tidak diragukan lagi." kurasa Sensei akan membuka kelas dengan ceramah pagi. Yah! Semoga saja tidak terlalu panjang.

"Disekolah ini ada beberapa peraturan yang perlu kalian ketahui dan taati. Tidak akan kujelaskan karena kalian semua anak-anak yang hebat, tentunya kalian tidak akan keberatan untuk membacanya sendiri karena peraturannya sudah tertempel didinding itu." jelasnya seraya menunjuk sebuah pigura disamping kirinya. Pigura itu berisi peraturan dan tata tertib sekolah yang tertulis.

"Ya sudah kalian berkenalan saja dulu dengan teman baru kalian, karena saya ada perlu, jadi silahkan kalian berkenalan sendiri. Sampai nanti anak-anak." wah dasar Sensei, baru hari pertama saja sudah sebebas ini. Dan wali kelas yang tampak masih muda namun sudah ubanan itu pergi meninggalkan ruang kelas.

Seketika ruangan ini berubah menjadi pasar ayam. Sepeninggal Kakashi-sensei, seluruh siswi dikelas ini sudah berebut ingin mewawancarai seseorang. Orang itu duduk dibangku paling belakang, disebelah Naruto tepatnya.

"Sasuke-kun~"

"Prince Sasuke~"

"Tuan muda Uchiha~"

Ah berisik! Anak-anak perempuan itu histeris sekali. Hampir seluruh anak perempuan dikelas ini berebut untuk bisa dekat disebelah orang yang duduk disamping Naruto. Pengecualian untukku dan seorang gadis dengan rambut dicepol dua.

Sepertinya anak itu tidak asing bagiku. Aku penasaran, siapa dia sebenarnya dan kuhampiri dia yang sedang asyik membaca novel.

"Permisi." ucapku sopan.

"Waaaaaaaa, Sakura-chan!" teriak gadis itu dengan suara overloud.

"Ternyata benar, Tenten!" aku tidak menyangka ternyata Tenten satu kelas denganku.

"Kau pikir aku siapa, eh?"

"Tidak, aku hanya memastikan saja. Ternyata benar, apa kabar Tenten, sudah jadian dengan Tuan Hyuga?" ucapku memberondong Tenten dengan pertanyaan yang sangat ingin kutanyakan.

"Hei! Tidak adakah pertanyaan lain? Kenapa kau selalu menanyakan hal itu!" sepertinya Tenten kesal atas pertanyaanku barusan. Haha biar saja, aku suka sekali menggodanya.

"Tidak! Karena aku sel-"

"PERGI! PERGI KELIAN DARI SINI!"

Hah? Suara siapa itu? Nadanya angkuh sekali. Suara itu yang memotong perbincanganku dengan Tenten. Kami menoleh ke sumber suara. Ternyata dia yang duduk disebelah Naruto itu sedang mengusir para gadis yang tengah mengerumuninya.

"Tenten, siapa dia?" tanyaku.

"Oh, dia itu Uchiha Sasuke putra bungsu dari direktur sekolah. Dia bisa melakukan apapun disini. Jadi kuperingatkan padamu untuk tidak dekat-dekat dengannya." ucap Tenten dengan nada memerintah.

"Hmmm, baiklah." ucapku bosan "jalan-jalan yuk!" aku mengajak Tenten jalan-jalan keluar kelas.

"Ayo!"

"Sebaiknya kita kemana?" tanyaku basa-basi.

"Kemana lagi? Kau yang tahu kita akan kemana!"

"Oh ya?"

Tenten mengangguk seraya menarikku keluar kelas.

"Kantin?" tanyaku.

"Tentu. Ayo cepat, aku sudah lapar, Sakura!"


[ Naruto's POV ]

Haaaaah sial! Baru hari pertama saja nasibku sudah seperti ini. Datang hampir terlambat sampai harus balapan lari sama Sakura-chan pula. Balapan larinya sih tidak apa-apa tapi jatuhnya itu lho yang bikin, uuuggh! Maluuu! Sudah jatuh tertimpa tangga, sudah terpeleset, jatuh, pake nabrak pintu lagi. Sakitnya tuh dimana-mana, apalagi mukaku, mau ditaruh dimana coba? Dihadapan teman baru malah kesannya seperti orang konyol begini, gimana Hinata mau sama aku kalau seperti itu.

Penderitaanku tidak hanya sampai disitu. Sekarang ditempat baru ini aku benar-benar seperti orang asing. Hampir semua anak dikelas ini tidak ku kenal. Ya, kecuali Sakura-chan tentunya. Tapi dia bilang aku harus pura-pura tidak kenal, sekarang dia sudah dapat teman baru dan hilang entah kemana. Malang sekali aku ini.

Menyebalkan itu jika orang disampingmu benar-benar sangat tidak ramah sama sekali. Seperti dia, yang duduk disebelahku ini. Baru hari pertama saja sudah setenar artis papan atas. Yah, kuakui mukanya bukan muka pas-pasan, mukanya itu sekelas personil boyband Super Junior. Tapi sayangnya tidak pernah tersenyum apalagi tertawa. Dan para gadis dikelas ini mengidolakannya. Aneh! Untuk apa orang seperti itu dipuja-puja. Semoga Sakura-chan tidak terperdaya olehnya.

Daripada bengong tidak jelas seperti ini lebih baik tidur saja sambil mendengarkan musik. Toh mereka juga sedang sibuk dengan urusan pribadinya. Huft!

"Naruto?!" saat hendak memasang earphone, kurasakan ada yang memegang pundakku dan menyebut namaku. Aku menoleh memastikan siapa orang itu.

"Ah, Sai!" seingatku dia itu adalah putra tunggal walikota Konoha, namanya Shimura Sai. Kami sering bertemu saat ada pertemuan antar walikota.

"Apa kabar?" tanyanya. Seperti biasa, Sai itu murah senyum, sangat murah senyum. Sampai-sampai aku mengiranya orang stres saat baru pertama kali bertemu.

"Aku baik, kau sendiri?" tanyaku ramah.

"Aku juga." jawabnya singkat, masih dengan senyum anehnya. Ia duduk di meja anak sebelahku yang tidak ramah itu. Sepertinya mereka berteman.

"Naruto, kenalkan dia sahabatku, Uchiha Sasuke." oh jadi, namanya Uchiha Sasuke. Kenapa malah Sai yang mengenalkan kami, dasar sombong.

"Oh, hai Sasuke! Aku Uzumaki Naruto." ucapku ramah seraya mengulurkan tanganku untuk menjabatnya.

"Hn." heee? 'hn' itu apa? Aneh sekali jawabannya. Tapi dia membalas jabatan tanganku. Yah, kurasa harga dirinya terlalu tinggi untuk sekedar berbicara padaku.

"Disini kau tinggal dimana, Naruto?" tanya Sai.

"Hmm, aku tinggal di apartemen dekat taman kota. Kapan-kapan mainlah ke tempatku Sai, aku sendirian disana." aku menawarkan pada Sai.

"Tentu. Kami akan main ke tempatmu, Naruto."

"Sai, kita ke kantin saja aku lapar." Sasuke beranjak dari tempatnya untuk mengajak Sai ke kantin.

"Oke! Aku juga sudah lapar."

"Kau mau ikut juga, Naruto?" wah! Dia mengajakku, ternyata ada sisi positifnya juga toh.

"Baiklah, aku ikut." akhirnya aku pun bersama mereka ke kantin. Lagipula aku juga bosan di kelas terus.


[ Normal POV ]

Dua orang gadis tengah bergembira, mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Tampak akrab sekali. Tapi siapa yang menyangka kalau sebenarnya tahun lalu mereka adalah lawan. Ya, mereka dipertemukan di kumite internasional yang diadakan di Iwa.

Tenten yang saat itu mewakili Konoha bertemu dengan Sakura sebagai wakil dari Suna di pertandingan final. Dan pada akhirnya Sakura yang memenangkan pertandingannya. Mereka sama-sama berjuang keras waktu itu. Tenten juga mengakui kehebatan Sakura yang memang luar biasa. Baginya Sakura adalah lawan yang tangguh.

Tapi sekarang mereka dipertemukan lagi di kelas yang sama. Kali ini bukan sebagai lawan melainkan sebagai seorang kawan.

Mereka telah sampai ditempat tujuan mereka. Yak, kantin! Tidak terlalu ramai karena sekarang masih jam pelajaran belum waktunya istirahat. Tapi tetap saja ada sebagian anak disana meski hanya untuk mengobrol saja.

Kantin disini tidak seperti di sekolah lain. Namanya juga sekolah elit. Semua makanan pun dibuat oleh seorang Chef ternama Konoha. Tempatnya juga sangat nyaman. Berada di lantai tiga dan kebetulan sekali dekat dengan kelas Sakura dan Tenten.

Tenten memesan seporsi spaghetti dan segelas jus jeruk. Sedangkan Sakura hanya memesan segelas jus apel saja.

"Sakura, kamu tidak makan?" tanya Tenten.

"Tidak. Makanan disini harganya mahal nanti uangku bisa cepat habis."

"Ya ampun Sakura! Kupikir kau itu or- hmmmpp" Sakura membekap mulut Tenten yang hendak mengatakan sesuatu tentangnya.

Hal ini bersamaan dengan datangnya Naruto, Sai, dan Sasuke ke tempat itu. Sakura meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. Memerintahkan supaya teman bercepolnya itu tidak mengatakan sesuatu tentang dirinya.

Tenten meronta minta dilepaskan oleh Sakura. Dan Sakura pun melepaskannya setelah Tenten tampak lebih tenang.

"Apa maumu sih Sakura?" tanya Tenten yang tampak sangat kesal.

"Kau jangan katakan apapun tentang diriku!"

"Memangnya kenapa?" Tenten heran dengan mantan lawannya di pertandingan karate ini.

"Aku hanya ingin bermain-main saja Tenten."

"Hah, maksudmu?"

"Nanti kau juga akan tahu."

"Jadi, apa kau sedang merencanakan sebuah permainan, Ha-ru-no Sa-ku-ra?" tanya Tenten dengan penekanan saat mengucap nama 'Haruno Sakura'.

"Kau akan tahu jika sudah waktunya." ucap Sakura santai.

"Ini pasti menyenangkan."

"Hmm, semoga saja."

Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Tenten sudah tidak sabar melahap makanannya. Sedangkan Sakura hanya tersenyum samar melihat tingkah temannya yang tampak sekali sangat kelaparan.

Di meja sebrang ada Naruto, Sai, dan juga Sasuke. Mereka tampak akrab, dengan Sai yang sedang bersenda gurau bersama Naruto. Sedangkan Sasuke lebih terlihat fokus dengan makanannya. Namun sesekali ia juga menyimak perbincangan Sai dan Naruto.

"Naruto," Sai memanggil Naruto yang sibuk menghabiskan seporsi besar ramennya.

"Haha hapfa Khai?" (ada apa Sai) tanya Naruto dengan mulut terisi penuh ramen panas.

Tapi sepertinya Sai paham dengan yang dikatakan Naruto, "Kau sudah punya pacar?" tanya Sai.

Naruto menelan paksa ramennya untuk menjawab pertanyaan Sai, "Belum, tapi sudah ada gadis yang kusuka."

"Oh ya, Boleh aku tahu siapa gadis itu, mungkin saja aku bisa membantumu mendapatkannya?" tawar Sai.

"Oh tentu, terima kasih Sai." ucap Naruto.

"Jadi, siapa nama gadis itu?" tanya Sai bersemangat. Sedangkan Sasuke hanya menyimak percakapan mereka saja.

"Namanya Hinata, Hyuga Hinata. Adik dari Hyuga Neji. Bagaimana Sai, kau masih berniat membantuku?" Naruto tersenyum mengejek. Karena Sai sudah keburu pucat mendengar nama Hyuga Neji.

Memang Hinata itu gadis yang baik tapi Neji adalah kakak yang sangat overprotective pada adiknya. Kalau memang berani sudah sejak dulu Naruto menytakan perasaannya pada Hinata.

Siapa yang berani pada Hyuga Neji seorang ketua OSIS sekaligus ketua klub karate KIHS. Neji juga pemegang sabuk hitam karate. Dan kabarnya ia juga telah menjuarai kumite tingkat nasional tahun ini.

"Sai," panggil Naruto pada Sai yang masih bengong "Bagaimana, kau masih mau membantuku?" tanyanya.

"Ehm, Hinata ya." Sai cengengesan tidak jelas.

"Iya!" seru Naruto.

"Apa tidak ada yang lain?" ucap Sai menawar.

"Heeeh?! Maksudmu?"

"Yaaa, seperti Shion mungkin atau Tayuya. Aku lumayan dekat dengan mereka." ucap Sai mengusulkan.

"Tidak! Terima kasih, mereka untukmu saja." ucap Naruto seraya menghabiskan ramennya.

"Hn, kalian sudah selesai ngobrolnya?" akhirnya Sasuke buka suara.

"Sudah!" jawab mereka barengan. Naruto dengan wajah kesalnya dan Sai dengan muka polosnya yang selalu tersenyum dalam berbagai keadaan.

"Ayo kembali, biar aku yang bayar semuanya."

Sasuke beranjak dari tempatnya untuk membayar semua pesanan mereka. Disana Sasuke berpapasan dengan dua orang gadis teman sekelasnya. Sakura dan Tenten, mereka juga hendak kembali ke kelas.

"Tenten, lihat itu!" seru Sakura bersemangat seraya menunjuk pada seorang anak laki-laki yang sedang melintas di depan kantin.

"Apa?" Tenten tidak tahu yang dimaksud oleh Sakura karena posisinya membelakangi objek yang ditunjuk.

"Ada si cantik."

"Si cantik siapa?" Tenten penasaran.

"Ah, biar kupanggil saja," ucap Sakura kemudian memanggilnya "Tuan muda Hyuga..." teriak Sakura.

Seketika Tenten melotot sampai matanya mau copot dan langsung membekap mulut lebar gadis merah muda dihadapannya kini, "Diam! Jangan panggil dia! Awas kalau sampai dia kemari!" ancam Tenten.

Tapi terlambat, orang itu sudah berjalan menghampiri mereka. Tenten kesal sekali pada Sakura dan mendorongnya keras sekali.

Sakura merasa kehilangan keseimbangan karena didorong oleh teman bercepolnya. Ia tidak bisa mempertahankan keseimbangan dan akhirnya malah jatuh dan menimpa orang yang berada dibelakangnya. Orang itu ternyata adalah Uchiha Sasuke.

"Hei! Apa-apaan kau ini?" seru Sasuke marah. Ia sekarang masih terduduk dilantai dan tertimpa oleh tubuh Sakura.

"Aaaah, maaf. Aku tidak sengaja." ucap Sakura seraya berdiri dari posisi jatuhnya.

"Kau pikir tidak sakit apa?" tampaknya amarah Sasuke masih belum mereda.

"Aku kan sudah bilang tidak sengaja! Memangnya kau tidak lihat aku tadi didorong olehnya!" Sakura membela diri seraya menunjuk Tenten sebagai pelaku utama.

"Enak saja, itu kan gara-gara kamu Sakura!" ucap Tenten tidak terima.

"Tapi kau mendorongku!"

"Ada apa ini?" Ketua OSIS datang menengahi pertengkaran mereka.

"Tenten mendorongku sampai jatuh dan menimpanya, senpai." jelas Sakura menunjuk Sasuke yang sudah berdiri dari posisi jatuhnya.

"Kau mengadu, eh?!" seru Tenten.

"Tidak. Aku hanya menceritakan apa yang terjadi saja."

"Sudah cukup!" bentak Neji sang ketua OSIS. "Sekarang kalian kembali ke kelas kalian masing-masing!" perintahnya.

Tenten sudah melesat dulu kembali ke kelas meninggalkan Sakura dan Sasuke yang masih saling tatap penuh kebencian.

"Urusan kita belum selesai, pingky. Aku akan membalasmu!" ancam Sasuke.

"Oh ya, baiklah kutunggu pembalasanmu." ucap Sakura dan pergi begitu saja menyusul Tenten kembali ke kelas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc


A/N : Moshi-moshi minna :) Saya kembali dengan fic sasusaku lagi :) ini adalah ff MC pertama Saya. Jadi, mohon di maafkan ya jika masih banyak kekurangannya, dan apabila reader sekalian berkenan memberikan kritik/saran silahkan sampaikan melalui review saja :)

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk sekedar membaca ff ini :)

Oh ya, cerita akan Saya lanjutkan sesuai dengan review yang kalian berikan lho! Mungkin kalau reviewnya tidak memenuhi target, cerita akan Saya hapus. So, berkenankah kalian memberikan review?

See u next time :)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sayaka Boschonovitch.