So... How can We End This One by Izumi Akita Suzuki
Sumarry : Golden Trio merupakan nama sebuah tim detektif terkenal di seantero universitas, kali ini misteri pembunuhan beberapa siswa membuat mereka harus kembali beraksi.
Harry Potter belongs to J.K Rowling and as always I only have the storyline of the fic.
Fanfic ini mengandung unsur Alternate Universe, apabila anda tidak berkenan akan adanya unsur ini, maka saya persilahkan anda menekan tombol back sebelum menyesal.
Keadaan di Universitas Hogwarts di pagi itu terhitung sangat normal karena sama sekali tak ada kabar burung yang menyebar. Majalah resmi milik Universitas yang bernama Daily Prophet sepertinya belum berhasil dicetak -mungkin sosok Rita Skeeter alias sang ketua redaksi dari majalah itu sedang malas mencari kabar terbaru-. Mungkin beberapa mahasiswi seperti Lavender Brown -yang sangat menikmati kabar burung yang beredar- merasa pagi mereka tidaklah normal karena well, orang seperti dia suka membahas kabar burung yang beredar di lingkungan universitas jadi tentu saja jika tak ada kabar burung yang beredar mereka akan merasa kesulitan untuk mencari topik.
Namun, bagi Golden Trio hari ini adalah hari yang sangat normal. Tak ada hal aneh yang terjadi dan itu artinya mereka bebas tugas. Tim yang terdiri dari tiga mahasiswa semester 4 ini sedang menikmati hari mereka di salah satu area kantin lingkungan kampus. Well, mereka jarang menikmati hari yang santai dan mereja tak akan melewatkannya ketika ada kesenpatan.
Hermione Granger -anggota tertua, sekaligus satu satunya wanita dalam keompok ini- nampak sedang membaca buku yang ada di genggamannya sembari memperhatikan satu persatu kalimat yang tercetak di sana. Sementara itu Ron Weasley -salah satu anggota lainnya dalam kelompok ini- sedang menikmati makanan yang tersaji di hadapannya dan terakhir sang ketua alias Harry Potter sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Twidwakkwah kwau mwau mwakwan, mwatwe?"
Sebuah pertanyaan diajukan oleh seoranb Ron Weasley yang masih mengunyah makanannya yang mana menghasilkan sebuah tatapan sinis dari Hermione.
"Harusnya kau telah makananmu itu dulu baru bicara."
Sang gadis segera meletakkan buku yang tadi dipegangnya di atas meja yang ada di hadapan mereka bertiga. Ia kemudian melirik kepada sosok Harry yang nampak melamun -entah memikirkan hal macam apa-.
"Harry, apa kau baik - baik saja?"
Pemuda berkacamata itu menghela nafasnya ketika mendengar pertanyaan itu. Dia bahkan tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh dirinya.
"Kurasa begitu. Oh ya, kelas kalian di mulai jam berapa? Aku rasa kelasku akan mulai setengah jam lagi dan itu artinya aku harus segera ke sana.Bye!"
Saat itu juga sang pemuda bermarga Potter meninggalkan kedua temannya yang kini saling tatap karena rasa bingung yang tengah menghampiri kepala mereka mengenai sang ketua dari Golden Trio tersebut.
Ada beberapa hal yang sedang menganggu pemikiran pemuda dengan tanda lahir berupa kilat di dahinya ini dan dia sama sekali tak dapat menjelaskan semua hal itu. Pemuda bernama Harry ini bahkan tahu tadi pikirannya tidak benar - benar ada di sana ketika dirinya sedang berkumpul bersama kedua sahabatnya.
Helaan nafas lolos dari dirinya, kelihatannya hari ini akan menjadi hari yang panjang dan juga melelahkan. Ia terus menyeret kakinya untuk menuju ke kelasnya. Namun, sebuah teriakan berhasil ditangkap oleh inderanya dan saat itu juga Harry segera membelokkan arahnya menuju ke tempat asal teriakan tadi.
Salah satu staf cleaning service bernama Argus Filch berdiri di depan pintu kamar mandi laki - laki bersama seorang mahasiswi berwajah oriental.
Ah! Harry mengenali mahasiswi itu, mahasiswi itu ialah seorang bernama Cho Chang yang berasal dari fakultas Kedokteran. Sang gadis nampak sedang menjerit histeris dan Harry segera memberanikan diri untuk mendekat ke arah kedua insan tersebut.
"Tidak! Bagaimana bisa ini terjadi? Bikankah keamanan universitas ini begitu tinggi? Satu - satunya kemungkinan tersangkanya orang dalam!"
Erangan dan tangisan dari Cho terdengar sangat miris dan itu membuat Harry semakin penasaran.
1.
2.
3.
Matanya terbelak sempurna ketika mendapati seorang mahasiswa tergeletak di lantai kamar mandi. Darah berserakan di mana - mana. Anehnya, seluruh luka tersebut nampak membuat motif. Hmmm, mungkin ini waktunya dia menghubungi teman - temannya.
Ia segera merogoh saku celananya guna meraih ponsel yang disimpannya di sana sebuah pesan singkat ia tulis dan kemudian dikirimkan kepada Ron beserta Hermione.
Ponsel itu kembali diletakkannya di dalam saku. Ia harus melakukan sesuatu sekarang ini seperti menenangkan sosok Cho Chang, mungkin?
Harry mendekati sang gadis dan meraih pinggangnya membiarkan Cho menangis di bahunya. Ia kemudian menepuk punggung milik sosok itu.
"Tenangkan dirimu dulu."
"Apakah jika aku tenang itu dapat membawa Ced kembali? Aku tak mau tenang sampai pembunuh Ced terungkap!"
Lagi isakan yang dikeluarkan oleh kekasih dari Ced itu semakin kencang. Harry sendiri tak tahu cara menenagkan mahasiswi ini. Hell, kenapa teman - temannya tak segera datang kemari? Apa yang mereka lakukan sekarang?
Ponsel milik Ron dan Hermione berdering secara bersamaan dan hal itu membuat mereka saling pandang. Pasti dari Harry, mengingat tak ada orang yang akan mengirim pesan kepada mereka secara bersamaan selain pemuda itu.
"Kau yang buka pesannya dulu, Mione. Ingat bahwa orang - orang sering mengatakan bahwa perempuan harus duluan."
"Aku sama sekali tak paham kenapa pada akhirnya aku mengencanimu."
Ah, sepertinya tadi dalam bagian perkenalan belum sempat disebutkan bahwa Hermione Granger adalah kekasih dari Ron Weasley-dan mereka sudah mulai berkencan sejak 4 tahun yang lalu-.
Dengan malas Hermione membuka ponselnya dan seperti dugaan mereka pesan yang mereka terima berasal dari Harry.
'Cepat temui aku di kamar mandi laki - laki di dekat kelas yang akan kudatangi.'
Alis sang gadis terangkat memandang isi pesan singkat itu. Lalu ia segera berucap kepada sang kekasih yang ada di depannya.
"Harry ingin kita ke kamar mandi laki - laki di dekat kelas yang akan didatanginya."
Kamar mandi laki - laki? Yang benar saja! Apa yang membuat seorang Harry-bloody-Potter menyuruh dirinya dan Hermione datang kesana? Hermione! Ron Weasley ingin sekali menekankan kata itu, Hermione harusnya tak diajak ke dalam lokasi semacam itu.
"Kau serius, Mione? Harry ingin kita ke kamar mandi?! KITA?!"
Penakanan serta nada syok nampak terdengar jelas keluar dari mulut Ron. Sementara Hermione memilih untuk mengangkat bahunya.
"Mungkin ada sesuatu yang berkaitan dengan urusan kita sebagai Golden Trio."
"Awas saja kalau si Harry-bloody-Potter itu hanya mau mengerjai kita."
Ron menampakan wajah yang dipenuhi dengan emosi dan Hermione secara diam - diam tersenyum. Hell, dia selalu suka memandang wajah sang pemuda keturunan Weasley itu ketika ia sedang marah.
"Cmon, Ron. Kita tahu Harry tak akan mengerjai kita."
Helaan nafas terlontar dari sang gadis dan Ron mengangguk setuju. Setelah itu kedua insan segera menuju ke tempat yang diberitahukan oleh ketua mereka.
Harry masih membiarkan Cho Chang memeluk dirinya dan hal itu membuat Filch menampilkan wajah kesal. Dan tanpa diduga dan dikira oleh Harry yang datang kepada dirinya bukanlah Hermione dan Ron melainkan 3 orang guru besar yang sangat terkenal di seantero Hogwats. Albus Dumbledore diserta dengan Minerva McGonagall dan Severus Snape.
Severus Snape sebenarnya yang paling mengerika di antara ketiga guru besar itu karena ekspresi wajahnya yang selalu dingin dan muram.
"So, Mr. Potter and Mrs. Chang...Can you explain what did happen here?"
Hell, Kenapa yang bertanya padanya malah sosok Severus Snape? Bukankah yang harusnya pertama bertanya padanya adalah Ron atau Hermione dan mereka memecahkan kasus ini bersama lalu semua berakhir damai? Harry menelan ludahnya mendengar pertanyaan itu bahkan ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada seorang mahasiswa yang diketahui bernama Cedric Diggory yang telah menjadi mayat itu.
"Tidak? Kurasa Cho lebih tahu detail-nya."
Severus memandang Harry dengan tatapan sedikit sinis sebelum akhirnya berpaling ke sang gadis berwajah oriental-yang kini telah lepas dari pelukan Harry-
"Apa yang bisa kau jelaskan, Mrs. Chang?"
"A-aku t-tak t-ahu! T-tiba - tiba s-aja a-ku m-elihat Ced b-egini!"
Isakan yang dikeluarkan masih terdengar jelas dan sang Profesor hanya mengangguk sembari memperhatikan mayat yang terpampang jelas di depan pintu kamar mandi laki - laki itu. Severus Snape sepertinya memiliki petunjuk untuk perkara satu ini.
"Ada sesuatu yang telah terjadi di sini, Albus. Pengamanan perlu ditingkatkan."
Ucapan sang pria berambut lepek itu jelas tertuju kepada sosok Albus Dumbledorr yang mengangguk. Para guru besar itu mempunyai sebuah ide atas peristiwa ini. Sayangnya, mereka akan memilih untuk menyembunyikan ini dari para siswa mereka.
"Maaf, apabila aku lancang. Bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Profesor?"
Harry menatap Severus berharap dia bisa menemukan sebuah jawaban dari pria berwajah muram dan kusut tersebut. Sayangnya, yang didapatkannya ialah sebuah jawaban yang sama sekali tak menyenangkan.
"Keep guessing, Potter. I won't tell you anything since they said your gang is the best detective out of here."
Yang membuat hal itu semakin menyebalkan adalah Severus sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa - apa.
Sebuah keberuntungan ketika ketegangan melanda Harry, kedua kawannya langsung datang dan menghampiri sosok tersebut.
"Apa yang terjadi, Harry? Oh. Jangan bilang kau membuat Mrs. Chang menangis."
Hermione yang langsung melakukan analisis kepada keadaan sekitarnya langsung mengajukan sebuah tuduhan kepada pemuda berkacamata itu. Sayangnya, tuduhan itu langsung terhapus begitu sebuah teriakan 'Bloody Hell' lepas dari mulut Ron. Mata milik Hermione langsung menangkap pemandangan yang membuat Ron berteriak.
"My God. Apa - apaan ini? Harry kau punya sesuatu untuk dijelaskan?"
"Sama sekali tak ada, Mione. Tak ada petunjuk untuk yang satu ini."
Harry masih menatap pintu kamar mandi itu dan juga ketiga guru besar yang ada bersama mereka. Severus Snape akhirnya kembali bicara.
"Kita harus segera lakukan identifikasi. Mayat ini harus segera disingkirkan dari sini."
Oh. Oh. Sepertinya Severus tak akan membiarkan Golden Trio memecahkan kasus ini. Namun, sebuah ide telah tersebit di kepala Harry Potter dan ia segera membisikkan idenya kepada Hermione yang hanya dianggapi oleh senyuman beserta anggukan oleh Hermione.
~To Be Contiued~
A/N : Halo, akhirnya setelah lama batang hidung saya ga keluar di fandom Harry Potter ini saya kembali ke sini mana sekarang bawa genre-nya mystery lagi XD. Uh ya seperti biasa saya mengharpkan komen ya XD
