Yasto aka You're still the one

School life / Drama

Rate M

.

.

.


.

-Yasto-

.

Interior gereja yang indah yang memiliki atap dengan rib-vault dengan berhiaskan kaca timah bergambar bunda Maria dan Yesus mendominasi bangunan gereja. Gereja mungil seperti versi mini dari Notre – dame Catheral Paris Prancis selatan, namun memiliki suasana yang berbeda. Ketika matahari menembus sisi barat gereja, sinarnya memancarkan kilau warna-warni dari jendela dan atap. Pernahkan kau menemukan gereja seindah ini? Gereja yang memberimu kesan mengenai keindahan bagaikan berada di surga.

Bunga mawar putih menghiasi setiap sisi karpet merah. Seorang anak laki-laki berdiri di altar dengan sepotong mawar putih di dadanya. Itu adalah mawar yang ia petik dari salah satu rangkaian bunga di altar. Anak laki-laki itu tersenyum melihat gadis cantik berambut hitam lurus sebahu yang berjalan dari pintu gereja untuk mendekatinya. Hiasan mahkota bunga dan buket mawar putih itu adalah hadiah yang diberikan kakaknya yang baru saja menikah. Gadis itu, dengan percaya diri berjalan cepat menuju altar, dan mendekat pada anak laki-laki yang tersenyum kepadanya. Mereka sedang bermain sebagai pengantin sekarang.

"Park Jimin-ssi! Saya Min Yoongi, menerimamu sebagai pasanganku. Saya berjanji akan selalu menjadi teman baik Park Jimin, selalu ada untuk bermain bersama Park Jimin, selalu menyayangi Park Jimin, dan menjadikan Park Jimin isteriku selamanya."

Jimin menyembunyikan tertawa kecilnya dibalik buket mawar yang ia pegang. "Min Yoongi-ssi! Saya Park Jimin, menerima oppa sebagai pasanganku. Saya berjanji akan selalu menjadi teman baik oppa, selalu ada untuk bermain bersama oppa, selalu menyayangi oppa, lalu,,, menjadikan Min Yoongi sebagai suamiku selamanya."

Yoongi maju selangkah, ia membuka veil yang menutupi wajah Jimin dan mengecup bibir gadis itu. Hanya sebuah kecupan manis sebagai simbol cinta kasih mereka.

Yoongi dan Jimin ingin menikah karena saling menyayangi. Mereka meniru apa yang paman dan bibik mereka lakukan di altar. Melakukan sebuah uacara yang orang dewasa bilang adalah upacara janji untuk hidup bahagia selamanya, seperti akhir cerita dalam buku dongeng. Mereka adalah dua anak yang saling mengerti perasaan masing-masing meskipun masih belum mengenal apa itu kata cinta.

.

-Yasto-

.

Jimin sedang duduk di dekat kakak sepupunya dengan mata berbinar bahagia. Ia sedang mengagumi kakaknya yang sedang berpakaian cantik seperti seorang puteri. Jimin sering melihat di film kartun yang dilihatnya, mengenai kisah puteri yang menikah dengan pangeran. Ia berfikiran sama terhadap Bami. Itu berarti, kakaknya akan hidup bahagia selamanya bersama pamannya, Wang Jackson. Seperti puteri yang hidup bahagia selamanya bersama pangeran. Ia akan ke altar untuk mendampingi sang puteri. Jimin merasa ada ribuan bintang berkilauan disekitar ruangan, membuat Jimin tak kuasa menahan tawa. Jimin memeluk boneka teddynya lebih erat dan tertawa kecil, ia bangga mendapati dirinya termasuk dalam kisah dongeng kakaknya.

"Bami eoni kau sangat cantik, eoni seperti tuan puteri!"

"Ne! eoni sedang menjadi tuan puteri yang akan dinikahi pangeran."

"Jimin melihat puteri hidup bahagia bersama pangeran. Apa eoni juga akan hidup bahagia selamanya dengan paman Jack?"

"Tentu saja!"

"Kalau begitu Jimin ingin menikah juga."

"Menikah?" Bami terkikik geli mendengar apa yang adik sepupunya katakan. Bami mengintip gadis itu dari pantulan kaca "Jika Jimin ingin menikah, Jimin harus memiliki pangeran. Apakah Jimin punya pangeran?"

"Tentu saja. Yoongi oppa pangeran Jimin. Jimin akan menikah dengan Yoongi oppa!." Teriak Jimin penuh antusias, membuat orang-orang di ruang rias pengantin wanita tertawa. Mereka menganggap itu adalah lelucon yang biasanya anak kecil khayal tapi tidak dengan Jimin. ia benar-benar berfikir akan menikah dengan oppanya, Min Yoongi.

.

Tidak seperti ruang rias wanita yang penuh canda, ruang ganti Pria justru terlihat lebih tegang. Disana, Wang Jackson sedang dirias dengan kaki yang dihentak ringan tanpa henti. Ia sedang mengalami tegang seperti apa yang biasanya pengantin alami. Yoongi melirik wajah teman ayahnya dengan penasaran. Dalam fikiran Yoongi, gerak-gerik pamannya seperti orang yang tak ingin menikah.

"Kenapa paman menikah?"

"Karena paman ingin hidup bersama Bami, dan ingin dia menjadi isteri paman."

"kenapa harus dengan Bami noona?"

"karena Bami noona adalah pasangan paman. Dia adalah gadis yang tepat untuk dijadikan pendamping hidup paman."

"Apa itu pendamping hidup?"

"Orang yang akan menyayangimu, selalu ada untukmu, menjadi temanmu seumur hidup, dan orang yang akan selalu menyayangimu selamanya."

"Woah!"

Jackson menghela nafas, ia fikir yoongi akan bertanya lagi. Banyak orang yang bilang anak kecil itu kritis dan Yoongi termasuk anak yang terlalu kritis baginya. Untuk Jackson Yoongi bukan hanya Kritis tapi juga banyak tanya.

"Apakah dengan menikahi wanita yang paman sukai akan membuat gadis itu bersama paman selamanya?"

"tentu!"

"weo?!"

"Karena kami akan mengucapkan janji di depan tuhan untuk hidup bersama!"

"Aku ingin hidup selamanya dengan Park Jimin."

"Kalau begitu nikahi Jimin jika kalian sudah besar nanti"

"kenapa harus menunggu besar? Apakah sekarang tak boleh?!"

Jackson mengepalkan tangannya geram. Jika saja Yoongi bukan anak dari sahabat baiknya, Jackson akan melempar Yoongi dari jendela. Ia sedang gerogi dan sekarang Yoongi memberinya ribuan pertanyaan yang membuat hatinya semakin tak karuan. Jackson sudah malas jawab. Ia hanya memejamkan mata, pura-pura tidur.

.

Yasto

.

Jimin dan Yoongi adalah teman baik. Merka tak tau sejak kapan mereka menjadi sangat dekat, yang jelas Yoongi menganggap Jimin sahabatnya sejak gadis itu lahir. Yoongi berusia dua tahun saat jimin lahir dan Yoongi sangat menyukai bayi Jimin. Mereka seperti dua kubu magnet yang bertemu dan sulit sekali lepas. Bahkan sampai tidur dan mandipun harus bersama. Mereka sangat dekat sampai Jimin masuk sekolah yang sama dengan Yoongi. Yoongi dia menyayangi Jimin, melindungi Jimin dan selalu bersama Jimin. Sama halnya Jimin yang sangat bergantung pada Yoongi.

Bel sekolah tanda istirahat berbunyi. Ini adalah tahun pertama Jimin masuk Junior school dan Yoongi sudah kelas dua sekarang. Yoongi dan Jimin biasanya makan bersama tapi entah kenapa Yoongi merasa merasa Jimin terlalu lama membuat Yoongi menunggu. Merasa bosan Yoongi mendatangi kelas Jimin.

Jimin membawa makan siangnya menuju taman tapi ia dicegah segerombol anak nakal. Mereka merebut bekal Jimin, membuat gadis kecil itu menangis. Jimin ingin sekali melapor pada guru tapi, ia takut dengan ancaman kakak kelasnya untuk Jimin tutup mulut. Jimin hanya bisa menangis dalam diam, melihat kakak kelasnya melahap rakus bekal Jimin.

"Yah! Berikan bekal Park Jimin sekarang juga!" Yoongi berteriak.

Sayangnya anak-anak nakal itu tak ingin memberikan bekal Jimin. Mereka Justru melahapnya habis seluruh makanan milik Jimin. Merasa geram Yoongi merebut kotak bekal Jimin dan mengajak Jimin makan makanannya. Tapi sayang, kakak kelas mereka sepertinya tak ingin membiarkan Yoongi dan Jimin pergi begitu saja. Salah satu dari mereka menarik Yoongi dan dari situlah timbul perkelahian. Meskipun Yoongi cukup kuat tapi ia tak mungkin melawan tiga orang sekaligus. Yoongi bukanlah ironman yang bisa mengalahkan mereka sekaligus. Pada akhirnya Yoongi kalah, ia terkapar lemas dengan hidung dan bibir yang berdarah. Sedangkan Park Jimin hanya bisa menangis melihat oppanya terluka.

Di rumah sakit, Jimin terus menangis melihat yoongi diobati. Jimin merasa Yoongi terluka karena mencoba melindunginya, dan Jimin sangat merasa bersalah. Ia bahkan tak mau pergi dari ruang inap Yoongi dan memilih tidur disamping Yoongi.

"A!" Yoongi berteriak kesakitan saat sebuah cairan di dalam kapas itu menyentuh bibir Yoongi.

"hiks Hiks,,, Oppa mianhae!"

"Gwencahan Jimin-ah! Jangan menangis lagi"

"Oppa aku minta maaf, sunguh-sungguh minta maaf!"

"Shhh A Appo!" Yoongi kembali teriak saat sebuah jarum masuk kedalam kulit lengannya

"Hweee!"

Yoseob membekap bibir anknya "Jimin-ah berhenti menangis kau mengganggu orang lain yang sedang istirahat! Jangan menangis hm?!"

Jimin menarik tangan ibunya dari mulutnya untuk protes. "oppa sedang sakit karena Jimin. Hiks,,, bagaimana Jimin tidak menangis ?."

Yoongi tiba-tiba merasa ngantuk dan mulai tertidur, Jimin yang khawatir mendekati Yoongi dan naik ke ranjangnya.

"Oppa gwenchana?"

"Oppa mengantuk Jimin-ah!"

"Appo?"

Yoongi menggeleng. Merasa anaknya menggangu Yoongi. Yoseob menarik anaknya turun dari ranjang dengan hati-hati.

"Jimin-ah berhenti! Oppa sedang tidur. Jangan menganggunya! Ayo kita pulang!"

"Shiro! Jimin ingin disini bersama oppa"

"oppa harus istirahat Jimin-ah!"

"Jimin janji tak akan menggangu oppa!"

"Jika kau terus disini Yoongi oppa tak akan bisa tidur dan dia akan lama sembuh." Jimin terdiam, ia terlihat berfikir dan Yoseob mulai mendapat lampu hijau untuk membujuk anaknya pulang. "Kita bisa datang lagi besok. ya?"

"Shiro!" ucap Jimin pelan.

Yoseob hilang kesabaran, ia menatap Jinyoung dengan tatapan penuh sesal.

"Tak apa! Biarkan saja Jimin tidur disini."

"tapi Jimin bisa menggangu Yoongi istirahat!"

"Jimin akan diam oema! Jimin janji!"

Jimin terlihat akan menagis lagi dan mau tak mau Yoseob harus mengabulkan permintaan anaknya.

.

Sudah dua hari Jimin tidak mau sekolah, ia tak mau meninggalkan Yoongi dan ia juga takut akan dikerjai seniornya lagi. Dengan bujukan ibunya dan Yoongi, Jimin akhirnya mau pergi ke sekolah sendirian. Sayangnya, Hari pertama Jimin sekolah lagi, kakak kelas yang membulinya datang membalas dendam karena skorsing mereka. Jimin hendak melapor tapi mereka mengancam akan ke rumah sakit dan memukuli Yoongi lagi. Mengingat bagaimana Yoongi dipukuli mereka, Jimin bukannya takut justru ia merasa marah dan berani melawan mereka. Dengan menggunakan tasnya, Jimin mencoba memukul mereka. Alhasil perkelahian itu kembali membuat Yoseob datang lagi ke sekolah. Jimin di ruang guru sekarang, bersama wali kelas dan ibunya. Jika kemarin Jimin dibawa ke ruang guru karena menjadi korban, sekarang Jimin menjadi pelakunya.

"Kenapa kau melakukan ini hm?"

"Sunbae sering ambil bekal Jimin dan meminta uang Jimin."

"Kau bisa melapor pada gurumu!"

Jimin menggeleng "Sunbae bilang mereka akan memukul oppa lagi jika bilang pada seosangnim. Jimin tak mau oppa dipukuli lagi."

Keterangan Jimin membuat semuanya jelas. Jimin hanya mencoba bertahan. Gurunya meminta kakak kelasnya mengakui kesalahan mereka. Meskipun Yoseob menyelesaikannya dengan damai, tapi seniornya akan tetap diberi skorsing lagi.

Semingu setelah skorsing kakak kelas pembuli Jimin, Yoongi juga sudah masuk sekolah lagi. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tetapi, mereka sepertinya diam-diam merencanakan menyerang Yoongi dan Jimin. Mereka mencari celah dimana Yoongi dan Jimin sedang berduaan saja. Pada hari sabtu, disaat anak-anak lain sedang di kantin, Yoongi dan Jimin istirahat berdua ditaman belakang sekolah. Mereka datang lalu menyerang Yoongi dan Jimin. Yoongi bisa melawan tapi tidak dengan Jimin, dia tak punya senjata dan ia tak bisa apa-apa ketika tubuhnya dipeluk begitu kencang dari belakang. Jimin berusaha mengelak ia mendorong tubuhnya ke kolam ikan. Tapi naas. Jimin kesleo dan mereka jatuh dengan tubuh seniornya menimpa Jimin. Beruntung guru datang dan menarik Jimin dari kolam. Guru mereka terkejut dengan darah di kepala Jimin. Saat kakak kelasnya ikut terjatuh menimpa Jimin, kepalanya terbentur cukup keras pada batu besar di tengah kolam.

"JIMIN-AH!"

Melihat darah dikepala Jimin, Yoongi naik pitam. Ia langsung menendang seniornya hingga jatuh ke kolam. Yoongi masuk ke kolam dan hendak memukul seniornya lagi, tapi guru lain datang dan memisahkan Yoongi.

"Min Yoongi berhenti!" Teriak sang guru.

Yoongi tak peduli dengan gurunya, ia tetap berusaha mengelak untuk memukul seniornya. "Yack! Aku tak akan memaafkanmu! Aku akan memukulimu lagi untuk Jimin."

.

Kepala sekolah menatap lelah para ibu yang sebulan belakangan sering ia temui dengan khasus yang sama. Ia melirik sang ibu dari senior Jimin "Eomonie! Ini kedua kalianya mereka melukai Jimin dan Yoongi."

"Tapi mereka hanya anak kecil, bagaimana bisa hanya karena masalah kecelakaan yang tak disengaja, anak kami dikeluarkan ?." Jawab sang ibu pembuli tak terima anaknya disalahkan.

"Hanya? Kau bilang hanya? anakku kritis kau bilang hanya?" Yoseob memandang mereka tak percaya.

"Itu kecelakaan! Anakku tak memiliki niat melukai anakmu! Anak kami juga cidera!."

"Anak kalian jelas membully anak kami!"

"Kau punya bukti?"

Yoseob menghela nafas shock. Ini pertama kalinya Yoseob berurusan dengan orang yang sangat tidak tau diri. Puterinya kritis karena anak dari ibu-ibu yang ada di depannya. Mereka mengelak dan malah bertindak seperti korban pula.

"Jika seorang ibu tak memiliki rasa tanggung jawab, tak heran anaknya menjadi kriminal." Ucap Jinyoung tanpa menatap mereka.

Brak! Ibu itu memukul meja "Apa katamu?!"

"Aku bilang anakmu gila seperi ibunya!"

"Yack! Jaga bicaramu!"

"kaulah yang harusnya tutup mulut!"

Yoseob memegang lengan Jinyoung, memintanya untuk berhenti berdebat. Karena kesabarannya sudah habis, Yoseob meletakan sebuah map ke tengah meja.

"Sepertinya masalah ini akan lebih baik jika kami selesaikan lewat hukum."

Para ibu terdiam. Jinyoung tersenyum meremehkan orang tua dari pembully Jimin dan Yoongi. Jinyoung yakin mereka kalah telak.

Para senior pembully itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Meski keadaan membaik, tapi akibat kejadian itu juga, Jimin mengalami sedikit trauma dengan sekolahan, kolam dan air. Jimin bahkan tidak mau mandi kecuali ada Yoongi. Ia hanya merasa semua akan baik-baik saja jika ada Yoongi disisinya. Begitu takutnya ia tanpa Yoongi, Jimin bahkan mengamuk jika Yoongi berangkat sekolah. Ia takut oppanya akan dijahati lagi.

Belum selesai masalah psikis Jimin, Doojoon dan Yoseob mendapat masalah lain. Berita duka datang dari Ansan. Ibu Park Doojoon meninggal. Ibunya mewariskan rumah di Ansan untuk Doojoon. Secara bersamaan rumah kontrak park sudah habis dan orang tua Jimin lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk psikis Jimin. keputusan akhir, keluarga park memilih pindah.

Keluarga min sangat tak yakin memisahkan anak-anak mereka, mengingat kedekatan mereka. Tapi kondisi mengatakan lain. Doojoon harus ke Ansan tapi ia juga tak berani mengatakan pada anaknya bahwa mereka akan pindah. Tapi sayangnya Yoongi mendengar percakapan para orang tua. Yoongi yang tak rela sahabatnya pergi lalu memberitahu Jimin masalah itu. Alhasil Jimin mengamuk dan marah pada ayah dan ibunya karena tidak ingin pindah. Sedangkan Yoongi, ia memohon pada keluarga Park untuk tidak membawa Jimin. keluarga mereka mau tak mau berbohong, bahwa Jimin akan tinggal. Sampai barang-barang keluarga Park dibawa pergi, Jimin dan Yoongi menyadari kalau mereka dibodohi. Tapi orang tua mereka mengiming-masing Yoongi dan Jimin ke taman hiburan di seoul dan mereka memisahkan Jimin dan Yoongi tanpa anak mereka sadari.

Keluarga Min membawa pulang Yoongi ke Daegu dan Jimin dibawa pulang ke rumah baru dengan mengatakan Yoongi pergi. Ini menjadi masalah besar, merasa di jebak Yoongi menjadi seorang yang pendiam. Ia bahkan menjadi kinka sekolah meskipun nilainya selalu tinggi. Ia belajar giat agar bisa sekolah di seoul lalu ia bisa lulus dan bekerja untuk mendapatkan uang untuk pergi ke seoul.

Berkat terapi sikolog setidaknya, Jimin tak merusak barang-barang karena ibunya sedang mengandung. Serta iming-iming liburan ke Daegu setiap tahun, Jimin bisa dikontrol. Ia mau sekolah karena lingkungan yang lebih ramah. Meski perilaku Jimin lebih baik tapi ia masih merindukan yoongi bahkan ia sakitpun nama oppanya selalu disebut ketika ia mengigau. Sampai adik Jimin lahir dan memiliki wajah yang mirip sekali dengan Yoongi. Jimin mencintainya seperti ia menyayangi Yoongi. keluarga park sangat bersyukur dengan kelahiran putera keduanya Park Woozi.

.

-Yasto-

.

Liburan sekolah, Jimin ke Daegu untuk berlibur ke keluarga min seperti yang orang tuanya janjika. Tapi dua tahun adalah waktu yang cukup lama. Yoongi sudah dewasa ia menginjak kelas satu middle school dan Jimin kelas empat junior school. mereka bertemu tapi waktu membuat mereka canggung. Yoongi yang menjadi pendiam dan Jimin yang terlihat menyayangi adiknya membuat jarak bagi mereka berdua.

Yoongi mulai menganggap Jimin sudah berubah karena merasa Jimin tak lagi bergantung padanya seperti dulu. Sedangkan Jimin, ia menganggap Yoongi menjadi pendiam. Ia tak lagi merasa bahwa Yoongi adalah oppanya yang dulu lagi, meskipun kenyataan bahwa itu adalah oppanya. Jimin masih tetap mendekati Yoongi dengan canggung, terlebih bagaimana Yoongi berkomunikasi. Jimin merasa Yoongi sangat dewasa, terlalu jauh untuk ia gapai.

"Yoongi terlihat lebih dewasa dan pendiam. Padahal dulu dia tipe yang sangat banyak bertanya"

"ha ha ha. Ya. Dulu dia anak yang terlalu banyak tanya."

"Aku ingat bagaimana tampang Jackson ketika sering dibanjiri Yoongi banyak pertanyaan. Sejak kapan Yoongi jadi pendiam seperti itu?"

"Sejak ia berpisah dengan Jimin."

Yoseb terdiam sejenak. Ia merasa sangat bersalah sekarang. mengingat siapa yang membawa Jimin pergi. "Aku tak tau dampaknya sangat besar bagi mereka ketika berpisah. Maafkan aku Jinyoung-ah!."

"Ani eoni! Bagaimanapun mereka akan dewasa dan berpisah. Mereka masih berteman setidaknya."

Semua diam dalam rasa sedih.

"Tapi, Jimin. Dia masih ceria seperti dulu" ucap Jinyoung memecah keheningan.

"Ne! Tahun itu adalah pukulan berat bagi keluarga kami. Jimin menjadi pemarah dan suka sekali menghancurkan apapun ketika kesal. Sampai Woozi lahir, Jimin mulai berubah. Woozi bukan hanya mirip Yoongi tapi juga mampu menggantikan Yoongi dihatinya."

"Benar, aku heran bagaimana Woozi bisa sangat mirip dengan Yoongi"

"Enathlah!"

"Aku yang berdoa agar anak kita mirip Yoongi" Doojoon tiba-tiba muncul dan duduk disamping isterinya.

"Mwo?!"

"Aku fikir jika dia punya adik yang mirip Yoongi Jimin akan berubah."

Jinyoung tertawa. "Jenius! Doamu dikabulkan."

Woozi sudah satu tahun dan ia semakin mirip dengan Yoongi, bahkan Woozi memiliki sifat seperti Yoongi kecil. Jimin bahagia dengan hadirnya Woozi. Ia ingin menceritakan pada oppanya bahwa adiknya sangat mirip dengan Yoongi. sampai libur tiba, Jimin merasa harus menjauh dari Yoongi. Liburan kali ini adalah pukulan untuk Jimin. Oppanya benar-benar sudah dewasa dan memiliki sahabat, membuat Jimin merasa ia tak memiliki ruang lagi disisi Yoongi.

Pertama Jimin datang Yoongi bahkan pulang terlambat karena bermain basket dengan sahabatnya itu. Bahkan sahabatnya yang bernama Yongjae itu menginap di kamar Yoongi. membuat Jimin merasa posisinya sudah ditempati orang lain. meski Jimin mencoba mendekat dan berbaur dengan Yoongi tapi terkadang Yongjae membicarakan hal-hal yang Jimin belum mengerti. semakin mereka bertambah usia, semakin mereka merasa jauh. Waktu membuat mereka berubah,waktu semakin membuat jarak diantar mereka, Waktu membuat benteng diantara mereka semakin tinggi, dan waktu juga membuat hati mereka sama-sama kosong.

.

-Yasto-

.

Yoongi memegang sebuah brosur dan formulir dengan logo SIA (Seoul Institut of Art). Ia teringat kembali masalalunya, tentang usahanya untuk kuliah di seoul, dan sekarang keinginannya sudah ditangan. Tapi Yoongi ragu karena semua hal menjadi sangat berbeda. Ia dan Jimin sudah tak dekat lagi, meskipun Yoongi menyadari arti perasaannya pada Jimin, tetapi entah mengapa hatinya terus berkata Jimin dan dirinya memiliki benteng yang tak bisa Yoongi hancurkan. Ia tak tau bagainman perasaan Jimin sekarang, dan Yoongi tak percaya diri. Ia berfikir bahwa hanya ia yang mencintai Jimin.

Yoongi pulang dan langsung pergi ke kamarnya, mengabaikan orang tua mereka seperti biasa. Yoongi melihat lagi brosur dan surat pendaftaran yang kepala sekolahnya tawarkan. Ia akan mendaftar dengan jalur khusus dari sekolahnya. Kepala sekolahnya berkata kemungkinan ia akan masuk adalah 99%. Yoongi ingin kesana tapi ia masih memikirkan tempat tinggal dan lain-lain. Yoongi memang punya tabungan dari beberapa kejuaraan basket dan kerja paruh waktu sehingga ia tak perlu cemas. Tapi ia kembali teringat Jimin, ia tak yakin bisa bertemu gadis itu lagi. Terakhir kali mereka bertemu adalah dua tahun lalu, ketika Jimin masih middle school.

"Apa kau sudah memutuskan untuk lanjut sekolah dimana?"

Yoongi melahap nasinya dan diam sejenak. "Institut seni seoul! Kepala sekolah menjanjikanku 99% masuk ke sana"

"wah! Itu luar biasa Yoongi. eoma tau kau anak yang jenius. eoma mendukung apapun pilihanmu!"

"Kau akan ambil jurusan apa?"

"Photography!"

Kedua ortunya Yoongi langsung terdiam dan menatap puteranya. "Ayah fikir kau lebih mahir bermain piano dan menciptakan musik!"

"Aku ingin mengembangkan bakatku yang lain!"

"Sekolah bukan hanya tentang bakat! Kau juga harus memikirkan prospeknya! Fikirkanlah lebih matang lagi!"

"Ne appa! Maaf!"

"Dimana tempatnya?! Jauh tidak dari Ansan?."

"Weo?"

"Keluarga park disana dan kau bisa tinggal disana sementara kau kuliah"

"Bukankah keluarga Park di Anyang?"

"Mereka pindah lagi setahun yang lalu karena Jimin sekolah di Danwon."

"Itu bagus, tapi apa tidak merepotkan?"

"Kita akan membayar sewanya. Lagipula mereka akan senang jika kau bisa tinggal dirumah mereka. Omo tunggu" Jinyoung meletakan sendoknya. "sekolahmu di Ansan?"

"Ne!"

"Great! Aku akan menelfon keluarga Park!"

.

",,,Yoongi akan kuliah disini. Itu bagus."

Mendengar nama Yoongi disebut-sebut, Jimin yang sedang menonton Tv langsung mengecilkan volume dan mendengar lebih seksama.

"Ada dua kamar kosong di lantai bawah, Yoongi bisa memilihnya.,,,, eeeyyy! Mana bisa aku menerima bayaran.,,, Aku senang Yoongi bisa kesini. Keluarga kita akan semakin ramai. ,,, bagaimana bisa merepotkan? Tentu saja tidak!,,, ne! Kabari lagi jika Yoongi akan datang. Aku akan siapkan kamar dulu.,,, sudah aku bilang itu tidak merepotkan!,,, ne!"

Yoseob menutup panggilan dan Jimin langsung mematikan tv. "Yoongi oppa akan kemari?!" Jimin bahkan tak bisa menyembunyikan nada antusiasnya.

"Yoongi akan kuliah disini. Hebatkan?!"

"Wanjon daebak! Kapan oppa akan kemari?"

"Entahlah, mereka akan mengabari secepatnya begitu Yoongi diterima!"

.

Waktu menunjukan pukul 00.53 KST. Jimin memegang dada kirinya. Ia tak bisa tidur karena jantungnya terus berdetak kencang. Jimin gelisah, ia akan bertemu Yoongi lagi setelah tiga tahun tak bertemu. Mereka mungkin terkadang masih chating tapi tak begitu sering, hanya sekedar menanyakan kabar masing-masing. Jimin membuang nafas panjang, mencoba membuang rasa gelisahnya.

"Ini membuatku gelisah! Fiuh,,, oppa akan tinggal disini. Satu rumah denganku?"

Jimin membalikan badan jadi tengkurab. Ia meredam teriakannya ke dalam bantal lalu memeluk bantal itu kencang. Jimin merasa ia belum siap menerima kenyataan bahwa Yoongi akan di rumahnya, berada satu atap dengan pria yang Jimin sukai. Jimin merasa seperti mendapat nilai sempurna begitu saja. Ia masih terkejut. Jimin melihat foto masa kecilnya dengan yoongi. Jimin mengambil foto mereka yang selalu terletak dimeja belajar. Jimin menatap foto tersebut sambil tersenyum lalu Jari telunjuknya ia mainkan di foto wajah Yoongi.

"Apa tidak apa-apa kalau aku masih menyukai oppa?"

Jimin memeluk foto tersebut dan tersenyum. Ia memejamkan mata untuk melihat bayangan wajah Yoongi di dalam otaknya.

"Oppa~!" Jimin memanggil Yoongi dalam khayalan.

.

.

Tbc

.

.


Chapter 1

BTS, GOT7, BEAST

Jika ada 1 sampai 5 bintang, berapa bintang yang akan Readers beri sejauh ini? dan tolong beri alasan.

Kritik dan saran sangat diperbolehkan. Ingat ya! Kritik dan disertai saran. Kalau mau ngasih kritik pedas tanpa saran boleh-boleh aja, tapi Yoo akan abaikan. LOL.


siapa yang download FFN dari Playstore? kalian tau gif monyet lucu lg ngetik pas loading? Fikiranku melayang bahwa author ffn itu monyet ha ha ha dan aku ngerasa jadi monyet yang lagi ngetik buat share ff ke reders. (Ngelantur Mode on)


see you guys later.

.

.