Ha ha hai!! Ini adalah fanfic One Piece pertamaku, setelah sekian lama akhirnya aku dapat ide one-shot apa yang harus kutulis. Ya, aku memang mau mencoba menulis one-shot terlebih dahulu, untuk sekedar melatih tulisanku agar lebih berkembang atau semacamnya lah. Oke, selamat membaca! Oh ya, disclaimer. Untuk hal ini kuserahkan pada calon bajak laut kita. Luffy!

Shoojo : Hei, Luffy!

Luffy : (mulut penuh makanan) Apwaw swih? Wauw mwuau apwa?(makanannya muncrat-muncrat)

Shoojo : Ya, ampun, Luffy, bisakah berhenti untuk bicara sambil makan(mengelap muka)? Habiskan dulu makanan itu.

Luffy : Ogwe. Gwomu gwomu mwualluw(gomu-gomu swallow)!! (Luffy melebarkan tenggorokannya agar makanan cepat masuk). Oke, sekarang kau mau apa?

Shoojo : Kau menjijikkan sekali. Sekarang ucapkan disclaimer untuk pembaca kita(memberikan secarik kertas).

Luffy : Daging dulu, baru baca.

Shoojo : Apa? Sial! Oke, baiklah, sekarang cepat baca.

Luffy : (mengambil kertas disclaimer) Uhm…Shoojo…tid…tidak…me..mem….bu…..a–

Shoojo : Argh! Aku lupa kau itu bodoh. Lupakan yang tadi, biar aku yang lakukan sendiri!

Disclaimer : Aku bukanlah Oda-sensei, ataupun asistennya, bahkan bukan orang Jepang. One Piece © Eiichiro Oda.

Catatan : Di sini Vivi masih ikut dalam anggota bajak laut Mugiwara. Untuk alasan apa, lihat aja sendiri.

Setting : Di dunia baru (yah, tentu semua nakama berkumpul lagi dan melewati pulau duyung)


xxxxxxxxxxxx Prologue xxxxxxxxxxxx

Prang! Bruak! Blam!

"Luffy sialan! Kali ini kau tidak akan lolos!"

"Sudah kubilang, bukan aku pelakunya. Pasti ada pencuri yang mencurinya tadi malam…"

"Kau kira aku percaya? Sekarang diam atau kupastikan akan kutenggelamkan kau di dalam laut!"

Nami yang terbangun dari tidur karena ribut-ribut di pagi hari keluar kamar, bermaksud menuju ke ruang akuarium. Di tengah perjalanan di halaman luar dia melihat Luffy sedang dikejar oleh Sanji. Dia lalu menghampiri Usopp yang sedang memancing dengan Chopper.

"Luffy mencuri makanan dari gudang penyimpanan lagi, ya?" Nami bertanya.

"Begitulah." jawab Usopp.

Nami menghela nafas. "Yah, tampaknya kita benar-benar akan kelaparan lagi." gerutu dia.

"Karena itulah kami sekarang sedang memancing untuk persediaan makan besok. Kita beruntung masih ada persediaan untuk hari ini. Kau melewatkan sarapan tadi. Tadinya Sanji ingin membangunkanmu, tapi Chopper melarang karena kau masih butuh istirahat."

Mendengar namanya disebut, Chopper berpaling kearah Usopp. Dia melihat Nami dan berkata, "Hai Nami, bagaimana keadaanmu? Kau harus istirahat, penyakit Gaggou yang menyerangmu bisa kambuh lagi,"

A/N : Penyakit Gaggou yang dimaksud adalah penyakit dimana tubuh penderita naik mencapai 400C dan menyebabkan kaki menjadi serasa lemas. Yah, penyakit ini ciptaan sendiri.

"Tenang saja, Chopper, aku baik-baik saja kok." kata Nami, berusaha agar tidak terdengar lelah.

"Tidak, tidak, penyakit itu butuh minimal seminggu untuk sembuh, dan kau baru 5 hari istirahat, dan…" Chopper tiba-tiba terdiam melihat tatapan tajam dari Nami. Chopper akan melanjutkan omongannya ketika Sanji, yang masih berusaha mengejar Lufy, melihat Nami.

"Aaahhhh, Nami-swan. Kau mau sarapan?" Sanji tampaknya melupakan Luffy.

"Terima kasih Sanji, aku baru mau mengambilnya." jawab Nami.

"Jangan. Nanti kau jatuh sakit lagi jika harus berjalan. Biarkan aku mengambilkannya untukmu."

Sanji bergegas ke dapur mengambilkan sarapan untuk Nami. Chopper lalu melanjukan perkataannya. "Nah, sekarang kau lebih baik kembali ke tempat tidur."

"Nani?"

"Kembalilah ke tempat tidur dan istirahat. Kau tidak ingin sakitmu tambah parah, kan?"

"Kenapa kau begitu memaksa?"

"Aku ini dokter!"

"Bukan berarti kau bisa memaksaku. Aku masih bisa berjalan. Lagipula, siapa yang akan menjalankan navigasi kapal ini kalau bukan aku?"

"Kita cukup mengikuti arah log pose, kan?"

"Kalau ada badai, bagaimana?"

"Lupakan soal badai, yang penting kau harus istirahat!"

"Kenapa aku harus istirahat?" tantang Nami.

"Karena kau itu sedang sakit! Ya ampun, kau mirip sekali dengan Zoro."

"Apa katamu?"

"Kubilang, kau mirip sekali denga Zoro. Sama-sama tidak bisa disuruh istirahat."

Nami melirik ke arah pendekar pedang yang sedang tertidur, badannya disandarkan ke pagar kapal, tiga katana miliknya ditaruh di sampingnya. Sontak Nami merasa kejijikan mengetahui dia disamakan dengan orang idiot seperti Zoro. Merasa tidak ada gunanya melanjutkan debat dengan Chopper, Nami berjalan kembali ke kamar perempuan. Di dalam dia bertemu dengan Vivi.

"Ohayou, Vivi." kata Nami.

"Ohayou, Nami. Bagaimana keadaanmu?"

"Baik, kau sedang apa?"

"Oh, aku sedang memperbaiki ini." Vivi menunjukkan kujaku slasher miliknya. "Tampaknya ada rantai yang putus. Tapi untunglah tidak terlalu parah."

Nami hanya menganggukkan kepala. Lalu mereka berdua mendengar pintu kamar diketuk. "Masuk." teriak Nami, tidak terlalu keras.

"Halo, Nami-swan, Vivi-chwan." Sanji masuk dengan "love hurricane" miliknya. "Ini sarapanmu. Selamat menikmati, mademoiselle (bhs Prancis : nyonya)."

Sanji berlutut di depan Nami, piring sarapan diangkat tinggi-tinggi. 'Sanji benar-benar menyedihkan, apa saja demi perempuan' batin Vivi. Nami, sementara itu, mengambil makanannya, meletakkan piring di atas meja, lalu berkata, "Aku punya hadiah untukmu, Sanji." Sanji bangkit berdiri, namun tiba-tiba membatu atas apa yang terjadi selanjutnya. Nami menarik muka Sanji ke arahnya, mencium dia singkat di pipinya, lalu berbisik di telinganya, "Arigatou, Sanji". Setelah diam beberapa saat, Sanji sontak langsung berputar-putar gembira, mukanya menjadi merah padam, keluar kamar sambil bersenandung, tampak gembira sekali.

Vivi menutup pintu, menghampiri Nami, yang tidak menunjukkan rasa malu atas apa yang dilakukannya, bahwa dia baru saja memberikan ciumannya kepada salah satu penggemar beratnya, atau fakta bahwa Vivi menyaksikan "adegan itu". "Tampaknya kau sudah mulai girlie. Apa kau suka dia?"

"Tidak, hanya saja dia berhak atas itu, setelah semua yang dilakukannya kepadaku."

"Sungguh?" Vivi mulai agresif, senyum nakal mengembang di wajahnya.

"Tentu saja. Kau ini kenapa?" tanya Nami dengan heran, pipinya mulai memerah sedikit. 'Semoga dia tidak bertanya yang aneh-aneh' harap Nami dalam hati.

"Kalau memang iya kau tidak ada perasaan dengan Sanji, kenapa baru sekarang kau menciumnya? Maksudku kalian kan sudah lama saling mengenal. Kalau itu Cuma ciuman-tanda-terima-kasih, seharusnya kau sudah melakukannya dari dulu." goda Vivi.

"Kuberitahu ya, aku hanya melihatnya sebagai sesama nakama, tidak lebih." Nami mulai gugup.

"Ayolah, jujur saja. Pastinya kau ada perasaan kepadanya, walaupun hanya sedikit." Vivi mendekatkan wajahnya ke arah Nami, membuat Nami menjadi gelisah, garis merah di pipinya mulai tampak jelas. "Katakan kepadaku, ini akan menjadi rahasia kita berdua. Aku teman baikmu, ingat?"

"Su-sungguh? Kau janji?" tanya Nami terbata-bata.

"Tentu saja. Kau bisa memegang janjiku." kata Vivi penuh kemenangan.

Nami menghela nafas. Dia duduk di tempat tidurnya, kepala sedikit tertunduk ke bawah, lalu mulai berbicara denga suara pelan. "Ya, kau benar. Aku memang ada sedikit perasaan suka kepadanya. Dia baik sekali kepadaku. Awalnya kukira menyebalkan, dia melakukan itu semua hanya karena aku ini wanita, tapi setelah semua perjalanan yang kami lalui, aku merasa dia melakukannya dengan tulus, bukan lagi karena aku seorang wanita. Entah kapan aku mulai merasa suka kepadanya, mungkin saat di Thriller Bark, waktu dia mati-matian melindungiku dari pernikahan konyol dengan Absalom."

"Dan itu berarti, kau…jatuh cinta kepadanya?" tanya Vivi, mengharapkan jawaban yang memuaskan.

"Baka, tentu saja tidak." Nami buru-buru menjawab. "Aku bilang aku hanya suka kepada dia, bukan berarti aku jatuh cinta kepadanya."

"Oh, tapi kadang-kadang dari suka bisa berubah menjadi cinta. Aku berharap saat itu tiba."

"Dan aku berharap tidak" jawab Nami. Lalu dia berbaring di tempat tidurnya, selimut diletakkan menutupi tubuhnya. "Aku butuh istirahat. Bisa tinggalkan aku sebentar?"

"Oke" kata Vivi. Dia lalu berjalan ke arah pintu . Ketika membuka pintu, dia berhenti sebentar, berpaling ke belakang dan berkata "Mimpi yang indah ya, Nami." lalu berjalan keluar, meninggalkan Nami yang mukanya memerah lagi.

Di luar, Vivi terkejut melihat Robin berdiri di samping pintu, wajahnya terlihat gembira seolah baru saja menerima "gosip" pedas. "Kau mendengar semuanya, ya?" bisik Vivi kepada Robin, berharap Nami tidak mendengar suaranya.

"Tentu saja ya." jawab Robin.

~Flashback~

Robin sedang berjalan menuju kamar. Dia terkejut ketika dia mengintip dari pintu yang terbuka, Nami sedang mencium Sanji. Robin buru-buru bersembunyi di samping pintu, bersyukur Sanji terlalu sibuk dalam kegembiraannya sehingga tidak memperhatikan Robin. Pintu kamar lalu ditutup.

'Tampaknya ada yang menarik di sini.' Entah kenapa, alih-alih masuk ke dalam kamar, Robim menumbuhkan telinganya di belakang leher Nami, mendengarkan semua percakapan di dalam.

~End of Flashback~

"Kau tidak berubah, suka mencuri-dengar." kata Vivi.

"Menurutmu dia suatu saat akan menyatakan perasaannya kepada Sanji?" tanya Robin penuh keingintahuan.

"Kemungkinan besar tidak, tapi siapa tahu." jawab Vivi. "Ayo kita ke halaman, kita berbicara di sana saja."

Mereka berdua berjalan ke halaman luar, sambil membicarakan berita terhangat dan berspekulasi apa yang aka terjadi selanjutnya.

------------di dapur------------

"Kutangkap kau, bocah!"

Sanji berhasil menangkap Luffy, Luffy dijatuhkan dan ditelungkupkan ke lantai, tangannya dipegang oleh Sanji.

"Tolong" teriak Luffy. "Aku ditangkap oleh–mfhhh"

"Diam dan nikmati saja saat-saat penderitaanmu." Sanji melemparkan tatapan dingin dan jahat ke arah Luffy, senyum jahatnya tambah jelas. Luffy merasakan aura setan di sekitarnya. "Nah, kita mulai…"

"GYYAAAAAAAAAAAA……….."

------------di halaman-----------

"Menurutmu kita harus menolongnya, Usopp?" Chopper bertanya dengan khawatir.

"Tidak perlu. Dia pasti bisa melaluinya dengan selamat." Usopp tetap fokus pada pancingannya. Chopper merasa sedikit lega, melanjutkan acara memancingnya.

xxxxxxxxxxxx bersambung xxxxxxxxxxxx


Wheew, akhirnya satu chapter selesai. Jangan lupa review ya. Aku tidak bisa jamin kapan chapter selanjutnya akan muncul tapi yang penting pasti tidak akan lama.

Dictionary:

-kun : partikel pada nama untuk pria yang lebih muda atau sebaya, kadang-kadang dipakai juga pada wanita

-chan : partikel pada nama untuk wanita yang lebih muda atau sebaya (biasanya sesama wanita). Bisa juga dipakai pada pria yang lebih muda.

-san : partikel pada nama yang menunjukkan kesopanan/ bahasa formal, bisa berarti tuan atau nyonya juga.

-swan dan -chwan : plesetan Sanji untuk –san dan –chan. Dipakai pada Nami, Robin, dan Vivi (kira-kira begitu)

mugiwara : topi jerami

nakama : teman

ohayou : selamat pagi

arigatou : terima kasih

baka : idiot

Cerita berikutnya :

Kelompok topi jerami menerima 'insiden' kecil di laut sebelum sampai ke pulau baru. Usopp dan Chopper jatuh ke laut, Luffy mengincar makanan, Nami dalam bahaya! 3 tebakan siapa yang selamatin Nami!