File of life
Beberapa kali kucoba mengerjapkan mata, tubuhku lelah. Aku lelah, sangat lelah. Tinggal diantara himpitan kota dengan gaya modern yang tak bisa kugapai.
Bekerja dengan sebuah alasan, aku masih punya tanggung jawab atas adikku. Tubuhku bersandar di sofa pantry kantor tempatku bekerja.
"Nona Park.. apa kau sakit?"tanya nona Kim menginterupsi pikiranku.
"Nona Kim... Aku minta maaf jika kerja ku hari ini tidak maksimal."aku merasa tak enak dengan keadaanku yang seperti ini.
"Jika kau mau kau bisa pulang. Semua pekerjaanmu kemarin sangat memuaskan Yoon hye-ah... "
Aku hanya tersenyum mencoba bangkit dari dudukku.
"Istirahat lah dirumah. Aku tahu kau lembur beberapa hari ini karena menggantikan pekerjaan tuan Cho sekaligus"nona Kim menepuk pundak ku halus.
Ah iya.. benar.. bahkan aku sudah lama tidak merasakan empuknya kasurku karena tertidur di sofa! Pikirku sudah dipenuhi oleh tidur.
"Gomawo"aku menunduk dan meninggalkan nona Kim di pantry. Bergegas keluar dari kantor dengan sejuta masalah yang tak henti.
Kakiku mengayun berjalan kearah halte bus yang tak jauh dari kantor.
I'm home! Hanya kata itu yang kuucapkan saat sudah memasuki bus yang menuju apartemen dimana aku hidup.
15 menit menempuh perjalanan yang sedikit membuatku menahan kantuk akhirnya sampai.
Apartemen peninggalan appa sebelum ia memutuskan untuk menikah lagi dan tinggal di Jepang bersama keluarga barunya. Terlihat masih terawat.
Beberapa digit passcode ku tekan dan berbunyi saat sudah tak terkunci.
Guk guk! Kedatanganku ternyata sudah disambut oleh Haru -anjing yang sengaja ku beli untuk menemani dongsaengku.
"Anyeong haru... Dimana Chanyeol?"aku mengusap kepala haru dengan gemas saat tanganku yang lain melepaskan heels yang tadi kupakai. "Dimana Chanyeol?"tapi yang kudapat hanya gonggongan.
Aku berjalan menuju ruangan dimana Chanyeol biasa menghabiskan waktu siangnya.
Aku melihat namja yang masih kuanggap kecil itu tertidur dengan laptop yang masih memainkan lagu Canon milik Johann pachelbel.
Tanpa kusadari mulutku sudah menyunggingkan senyum.
Tak ada penyesalan karena kau terlahir dengan kekurangan! Aku mengingat ucapan dr. Zhang
Saat appa dan eomma menantikan Chanyeol terlahir di dunia, aku juga ikut bahagia. Tapi saat Chanyeol berumur 2.5 tahun, namja mungil itu sudah menunjukkan hal-hal yang berbeda dari anak-anak kebanyakan. Terlambat bicara dan tak mau merespon ucapan appa dan eomma. Hingga mereka membawa Chanyeol kecil ke rumah sakit. Air muka mereka berubah ketika dokter mendiagnosis Chanyeol terkena syndrome autism.
Yang paling tidak terima kenyataan bukanlah appa. Tapi eomma, keadaannya memburuk dan sering marah terlebih pada Chanyeol saat anak itu menangis. Eomma mengajukan perceraian yang tidak pernah terpikirkan oleh appa.
Mereka memang berpisah, tapi mereka masih menghubungi kami. Sehingga perpisahan mereka tidak terlalu membuatku terpuruk.
Beberapa saat kurasakan Chanyeol mulai terusik tidurnya karena tanganku yang mengusap kepalanya.
"n-nuuna... Kau sudah p-pulang?"tanyanya saat sudah menyadari keberadaanku.
"Nde... Lanjutkan tidurmu Chan... Nuuna juga ingin tidur."ucapku lalu beranjak dari kamar Chanyeol.
Aku menuju kamar dimana aku juga menghabiskan waktu malam. Kamar minimalis yang hanya berisikan tempat tidur, nakas, meja kerja, dan wardrobe room.
Aku sudah merebahkan tubuhku. Rasanya mau langsung terbang ke alam mimpi.
Kriiiiiiing!
Suara itu mengganggu kehendakku. Kuraih ponsel yang tersimpan di saku blazerku. Menampakkan tiga suku kata berlafal Kim Jong-in.
Tuhan... Ada apa lagi ini! Rutuk sesaat sebelum menghentikan deringan keras ponselku.
"Yeobseo?"ucapku dengan suara malas.
"Kau dimana.. aku tak melihatmu dikantor, bukankah tadi pagi kau disana?"lelaki itu memberondongkan pertanyaan
"Nona Kim memberiku ijin untuk istirahat Jong-in"aku melontarkan alasan sesungguhnya.
"Kau sakit?"nadanya mulai berubah
"Aniya... Aku hanya lelah, aku ingin istirahat.. anyeong!"aku memutuskan telepon sepihak. Laki-laki itu terkadang sangat cerewet saat keadaannya terancam. Posisiku memang sangat dibutuhkan.
Tring!
Tak lama sebuah pesan masuk.
From : Kim Jong-in
Aku khawatir dengan keadaanmu, jangan sampai sakit. Aku mencintaimu
Aku hanya tersenyum dan memejamkan mata, berharap aku sudah terbawa ke alam mimpi hingga jam makan malam tiba.
Mentari kini sudah turun, warna jingga yang khas menyeruak dengan indah. Tubuhku masih tertidur pulas hingga sepasang tangan mencoba membangunkan ku.
"Nuuna... Ireonna"panggil Chanyeol yang masih bersikeras membangunkan ku.
"Eungh?"dengan sekuat tenaga kucoba membuka mata.
Chanyeol berdiri didepanku. Dengan tampilan yang sudah rapi. Aku baru ingat jika hari ini dia ada jadwal kelas khusus anak autis.
"Kau sudah makan? Sebaiknya kau libur hari ini.. nuuna ingin menghabiskan waktu denganmu, otte?"ucapku yang sedang melirik jam di nakas dekat tempat tidurku.
"T-tapi apa boleh nuuna?"
"Aku akan menelepon Kang seonsaengnim untuk ijin."aku meraih ponsel dan menekan nomor milik guru Chanyeol.
Chanyeol segera melepaskan tas punggungnya dan duduk di kursi kerjaku.
Memainkan pensil warna yang memang selalu ada di mejaku.
Kucoba menelepon guru Chanyeol dengan alasan aku ingin mengajak Chanyeol ke dokte
"Chan... Tunggulah diluar. Nuuna akan bersiap, ne?"
Ucapanku seperti perintah mutlak. Chanyeol segera beranjak keluar dari kamarku.
Aku dan Chanyeol kini berjalan menuju supermarket yang tak jauh dari apartemen.
"Ambillah apa yang kau butuhkan."
Chanyeol hanya mengerti kata butuh dibanding ingin. Dengan anggukan kecil yang sekilas membuatku tersenyum, aku hanya mengikuti langkah Chanyeol. Tubuhnya tinggi, bahkan tinngiku saat memakai high heels pun masih kalah dengan ukuran tubuhnya.
Aku tak menanggapi komentar di foto Chanyeol. Tanganku sibuk mendorong troli belanjaan. Mengikuti langkah Chanyeol.
"N-nu-una apa kau sakit?"tanya Chanyeol.
"Gwenchana... Apa aku terlihat sakit eum?"tanyaku sembari menyodorkan wajah kearah Chanyeol.
"Aniya..."dan kau melanjutkan belanja dan bergegas pulang.
Sinar matahari mulai menyeruak dari celah kamarku. Alarm yang ku atur setiap hari selalu membuatku terjaga on time.
Seperti kebiasaan yang tak bisa hilang. Bukan untuk sibuk dikamar mandi, tanganku sudah meraih ponsel untuk mengecek pesan masuk yang biasanya pesan tiba-tiba dari kantor.
From : Taeyeon unnie
Aku sedang sakit, gantikan aku untuk rapat dengan Joon Myeon-ssi. Data untuk rapat kau bisa minta pada Jong-in.
Ah.. rapat! Rutuk dalam hati dengan senyum sinis. Kudengar suara gaduh di ruang keluarga. Yang kutahu itu pasti Chanyeol yang sedang bermain dengan Haru.
Langkahku gontai dengan rambut serba acak-acakan. Tapi pagi ini kurasa lebih mengejutkan dibanding pagi pagi sebelumnya.
Chanyeol bermain dengan Jong-in.
Namja itu melihat sekilas penampilanku yang super berantakan.
"Pfffttttt... Hahahahaha"tawa jongin pecah. Membuat Chanyeol yang melihat menjadi heran.
"N-nu-una.. namjachingu mu datang." dengan polosnya Chanyeol menyebut Jong-in sebagai namjachingu. Pasti Jong-in yang sudah meracuni pikiran dongsaengku.
"Yakkkk... Kkamjong... Sejak kapan kau menjadi namjachingu ku."protes ku terhadap Jong-in.
"Cepatlah mandi.. aku akan menunggumu" ucapnya yang terus melihatku dari atas ke bawah.
Sadar dengan penampilan saat ini akupun lekas masuk ke kamar lagi untuk bersiap. Tak sampai 15 menit aku sudah siap dengan tatanan kantorku
"Yippeuda... Kajja, kau harus makan"Jong-in sudah berdiri diambang pintu. Reflek tubuhku berbalik kearah suara.
"Yakk... S-sejak kapan kau disana?Kenapa tak mengetuk pintu"
"Baru 10 detik."bibirnya menampakkan smirk yang biasa ia tampakkan didepan wanita.
