"Hoseok-ah! Cepat bangun!"

Dingin..

"Hoseok!!"

Berisik..

Kemana selimut ku?

"Jung Hoseok!!"

Ah..

Suara itu..

Suara yang selalu menggema dikamarku setiap pagi. Suara nyaring yang selalu menusuk telingaku.

Aku terbangun dari tidur nyenyak ku karena suara itu.

"Ne.. eomma!"

Teriak ku dari dalam kamar.

"Bukankah kau harus pergi ke rumah Taehyung hari ini? Ibu akan menyusul setelah mengantarkan Jungkook ke sekolah dan membereskan rumah"

Suara nyaring itu berhenti. Ya, itu suara ibuku.

Rasa kantuk masih mengganggu ku, namun dengan paksa ku usap mataku hingga kesadaran ku terisi seratus persen.

Aku terdiam beberapa menit sampai akhirnya melangkahkan kaki menuju kamar mandi, agak sedikit gontai saat kakiku menapak lantai menuju kamar mandi yang letaknya hanya lima meter dari ranjangku.

Kulihat sebuah kalender meja di atas nakas, ada salah satu tanggal yang sengaja ku tandai disana.

7 Januari..

"Hoseok-ah.."

Baru beberapa anak tangga yang ku lewati, suara nyaring itu kembali memanggilku. Ibuku dengan sebuah kotak makan ditangannya.

"Bawa ini untuk Seokjinie, kalian bisa makan bersama dan bilang padanya ibu khusus membuatkan ini untuknya" Ibu ku tersenyum memberikan kotak makan berwarna biru padaku.

Tentu saja aku membalas senyumannya. Ia memang baik pada Taehyung dan Seokjin. Ya. Mereka bersaudara.

Tapi aku lebih sering bermain dengan Taehyung.

"Eomma.. aku berangkat dulu. Aku tidak ingin terlambat" aku memeluknya, dan beberapa detik kemudian aku menghampiri adikku -Jungkook- yang sedang asik menyantap sarapannya.

"Makan yang banyak, Kookkie" seru ku sambil mengusap surai coklatnya.

"Nee!" Ia menjawab dengan semangat.

Tanpa berlama-lama lagi, aku segera melangkahkan kaki keluar rumah.

Jarak rumahku dan Taehyung tidak terlalu jauh. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki 15 menit.

Pagi ini cukup sepi. Tidak terlalu banyak masyarakat Seoul yang berlalu lalang di hari minggu, apalagi salju yang masih turun sejak semalam.

Kurapatkan jaket hitam yang menghangatkanku. Syal tebal pun tampaknya tidak cukup untuk menahan angin dingin yang menyentuh kulitku.

Sudah kurang lebih 4 lagu menemani setiap langkahku. Salah satu lagu yang aku dengarkan adalah lagu favoritku dan Taehyung. Lagu ini bercerita tentang bahagianya saat menjadi anak-anak, tidak ada beban dan masalah hidup. Begitu bebas.

Tidak terasa sebuah rumah sederhana mencuri perhatian dari kedua manik ku.

"Akhirnya sampai"

Rumah sederhana berwarna kecoklatan. Itu rumah Taehyung dan Seokjin.

Dengan hati-hati tangan ku mendorong knop pintu berwarna emas itu, sedikit memunculkan kepalaku mencoba melihat apakah orang-orang sudah berkumpul atau belum. Oh, Orang-orang yang sedang berbincang-bincang spontan menatapku.

Karena malu menjadi pusat perhatian dalam beberapa detik, senyumku tidak luntur saat melewati sekumpulan orang orang paruh baya itu.

Author POV

Hoseok berlari kecil ketika ia melihat seorang pria berbahu lebar sedang berbicara dengan pria tua berambut putih.

"Hyung!"

Hoseok melambaikan tangan, dan jangan lupa senyum cerahnya.

Mendengar teriakan Hoseok, pria tua yang sedang berbicara dengan Seokjin terlihat beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Seokjin.

Hoseok yang melihat hal itu merasa tak enak hati. Ia merasa karena dirinyalah pria tua itu pergi.

"Kenapa orang itu pergi?"

Sekarang Hoseok sudah berada didepan Seokjin.

Seokjin hanya tersenyum, sedikit mengacak-acak rambut Hoseok sampai si pemilik rambut berdecak pelan.

"Oh yaa! Ini Gimbap dari ibu"

Hoseok memberikan kotak makan biru -yang dari tadi di pegangnya- pada Seokjin.

"Bilang pada Imo, terimakasih atas Gimbapnya. Aku akan sering mampir ke rumah untuk melihat Jungkook"

Seokjin tidak ragu membuka kotak makan itu ketika wangi sedap masuk kedalam indra pernafasannya. Ia mengambil dan memasukan gumpalan nasi itu kedalam mulutnya. Kemudian Seokjin mengambilnya lagi dan dengan paksa ia sodorkan gimpab itu kemulut Hoseok.

"Acaranya sedikit terlambat, mungkin akan mulai 30 menit lagi. Sambil menunggu apa kau mau melihat-lihat kamar Taehyung?"

Sesaat tubuh Hoseok sedikit menegang, entah kenapa jika menginjakkan kaki di rumah ini, nama itu seperti jarum yang menusuk telinganya.

"Ne" Jawab Hoseok sambil mengikuti langkah Seokjin menaiki anak tangga.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih

Buat Sider dan yang dengan setia meninggalkan jejak.

Fanfic ini oneshoot tapi karena kepanjangan jadi aku bagi tiga hehe