Hidup ini terkadang begitu datar dan tak memiliki hal spesial yang begitu membuatku tersenyum. Entah karena aku memang tidak terlalu suka tersenyum … atau aku memang tidak menikmati hidup ini. Aku hanya sering melakukan hal-hal biasa yang mungkin tidak terlalu menyenangkan bagiku. Aku juga merupakan orang normal seperti halnya teman-temanku. Namun, mereka berbeda denganku yang selalu merasa lebih baik buat sendiri.

Banyak yang mengatakan bahwa aku merupakan orang yang tidak terlalu menerima kehidupan. Benarkah? Sepertinya tidak seperti itu juga. Aku hanya ingin menenangkan pikiran. Adikku mengatakan mungkin sebuah sekolah dengan asrama dapat membantuku untuk lebih membaur dengan orang-orang. Namun, kenyataannya sama seperti di awal. Aku memang hanya bisa bermain dengan orang-orang terdekatku.

Sampai … orang itu membuka penutup mata ini.

Disclaimer: Ryohgo Narita

Rating: M

Warning: YAOI, TYPO(S), FREAK, OOC, NEWBIE

Pairing: Shizuo Heiwajima & Izaya Orihara

.

.

Blinker

First page

.

.

Deru angin malam masih terdengar dengan jelas di kedua telinga setiap nara. Sayup-sayup embun dingin mulai menguap menjadi titik-titik awan yang membendung. Vegetasi basah yang masih berayun ke kiri dan kanan menyebabkan bunyi gesekan antara daun yang satu dengan daun yang lainnya. Bumi yang berputar pada porosnya tampak mengejar sang matahari pada lintasan elipsnya. Terasa begitu santai dan sejuk saat netra memandang ke luar jendela. Netranya yang masih lelah dan sayup tempak mulai terpejam. Namun, matanya terbuka lebar saat menyadari bahwa dia harus berangkat kerja di akhir minggu ini.

Dengan malas dia bangkit dari duduknya dan mengenakan seragam yang selalu dipakainya untuk bekerja. Sudah terbiasa baginya untuk berangkat kerja lebih awal. Suasana subuh yang diselimuti angin yang segar membuatnya sedikit semangat. Dengan helaan napas kecil dia berhasil keluar dari kamar yang cukup besar tersebut. Matanya menatap malas lorong yang terlalu panjang.

Ya, saat ini dia sedang di asrama sekolah. Sudah hampir dua tahun lebih dia tinggal di asrama ini. Namun, entah kenapa hal itu malah membuatnya semakin malas untuk mengunjungi sekolahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari asramanya. Dengan perlahan dia menuruni tangga yang ada untuk menuju lantai dasar. Sedikit raut kekesalan terpatri di wajahnya saat mengingat bahwa dia lupa untuk makan pagi. Rasa malasnya tampak lebih menang daripada rasa laparnya.

'TRAK'

Dia meletakkan skateboard-nya pada lantai dan menginjaknya menggunakan kaki kirinya. Dia tampak menggerakkan alat transportasi murah itu sembari menaikkan kaki kananya. Kacamata biru masih bertengger manis di hidungnya. Kaos putih dengan celana jeans hitam tampak begitu cocok di tubuhnya. Di kepalanya tampak sebuah kupluk hitam bertengger manis. Sesekali dia memperbaiki headphone yang digunakannya sembari terus berjalan.

Matanya memperhatikan kegiatan dunia yang masih pasif. Dimana para nara masih dapat dihitung dengan jari. Sesekali dia memperhatikan orang-orang yang sedang berjalan pagi bersama keluarganya. Ah, tidak heran hal itu terjadi di pagi buta ini. Akhir minggu dimana keluarga berkumpul dan bercerita bersama. Ha—ah, terkadang dia cukup iri dengan hal itu. Disaat orang bersenang-senang, dia harus berakhir di ruangan bernuansa coklat muda ini.

'KLANG'

"Ah, Shizuo-san, kau pagi seperti biasanya," ucap seorang wanita dengan rambut pendek dan mata yang indah. Senyuman manis terpatri di wajahnya saat sosok yang dipanggilnya Shizuo hanya mengangguk kecil. "Sepertinya kau harus minum ini terlebih dahulu."

'TRAK'

Shizuo mengangkat papan skateboard miliknya sembari menatap sebotol minuman yang diarahkan kepadanya. Mata karamelnya menatap botol itu dengan semangat. "Terima kasih," ucapnya sembari mengambil botol bertuliskan 'Strawberry Milk' tersebut. Dia memasuki ruangan kecil yang penuh dengan beberapa loker kecil sembari membuka tutup botol minuman tesebut. Shizuo mendudukkan dirinya di sebuah kursi kecil sembari meminum susu tersebut.

"Lucunya. Bocah laki-laki dengan gaya sepertinya menyukai susu yang manis," ucap wanita tersebut dengan pelan—sehingga tidak dapat didengar oleh Shizuo. Dia tersenyum tipis sembari bangkit dari duduknya dan membalikkan tulisan closed pada pintu menjadi open. Dia keluar dari toko tersebut sembari memandang papan besar yang terpajang di atas toko tersebut.

"Milk Bakery"

Dia menghela napas lelah sembari kembali masuk dan menghampiri Shizuo. "Jika kau sudah selesai, kau boleh mulai memanggang di belakang," ucapnya sembari memberikan sebuah apron hitam kepada bocah pirang tersebut. Shizuo hanya mengangguk dan mengambil apron tersebut. Dengan perlahan dia berjalan menuju dapur yang lumayan besar yang terletak di belakang toko tersebut.

Dia tampak mulai merapikan barang-barang yang ada di sana dan mengambil beberapa bahan makanan dari dalam lemari yang ada di dekatnya.

'TRAK'

Shizuo meletakkan adonan roti yang ada di hadapannya dengan perlahan. Wadah yang digunakannya cukup besar. Dia mengambil sedikit adonan tersebut dan meratakannya dengan menggunakan gulungan perata. Tangannya dengan lihai meratakan adonan tersebut menjadi sangat tipis. Setelah itu dia melipat adonan tersebut menjadi dua dan memipihkannya lagi. Kemudian dia kembali melipatnya menjadi dua dan meratakannya menjadi tipis. Begitulah yang dikerjakannya sampai beberapa kali. Setelah dirasanya cukup, Shizuo membentuk adonan tersebut menjadi beberapa buah bulan sabit.

Dia menyusun adonan yang sudah terbentuk tersebut di atas sebuah loyang besar dan meletakkannya ke dalam sebuah pemanggang besar yang sudah dinyalakannya sebelumnya. Sementara menunggu roti tersebut matang, Shizuo menaruh beberapa buah anggur di dalam sebuah wadah kaca kecil dan menghaluskannya. Dia menambahkan sedikit cream dan mengaduknya dengan rata.

'TING'

Shizuo meletakkan mangkuk tersebut dan membuka pemanggangnya dengan perlahan. Dia mengambil loyang besar tersebut dan meletakkannya di bawah. Shizuo tampak menusuk-nusuk roti tersebut agar tidak melengket pada loyang. Dia mendiamkannya sampai dingin sementara dia masih membuat selainya. Shizuo membawa selai tersebut mendekati roti yang sudah lumayan dingin dan mengoleskan selai di atasnya sedikit demi sedikit.

Shizuo melakukan itu semua secara perlahan sampai semua roti tampak sudah dihiasi. Dia menghela napas lega dan membawa roti tersebut keluar dari dapur. "Manager, rotinya sudah jadi," ucapnya seraya menyerahkan Loyang tersebut. Sang Manager hanya mengangguk dan mulai menyusun roti-roti tersebut. Shizuo kembali ke dapur dan mulai memanggang beberapa jenis roti lainnya. Croissant yang tadi sepertinya sudah cukup banyak.

-VargaS. Oyabun-

Seorang bocah dengan rambut hitam tampak menerawang ke sekelilingnya. Matanya menyiratkan kebingungan saat kakinya menapak di sebuah jalan sempit. Dia menghela napas lelah sembari mengacak rambutnya dengan kasar. "Sekarang aku ada dimana? Ya, Tuhan. Aku benar-benar tidak mengerti jalanan di kota ini," ucapnya sembari terus berjalan menelusuri jalanan kecil tersebut. Dia menatap kakinya dengan intens. Entah kenapa, kaki itu tidak pernah lelah untuk mencari jalan yang benar. Sulit sekali ketika kau baru pindah ke sebuah kota yang masih sangat asing buatmu. Dia tampak mengambil kopi yang ada di kantung belanjaannya dan membuka tutupnya.

'BRUK'

Dia terkejut dan menjatuhkan kopinya saat merasakan sebuah tubuh besar menabraknya. Matanya berkedip beberapa kali sampai akhirnya dia menatap kesal pada sosok yang baru saja menabraknya. "Ganti kopinya!" ucapnya sembari memplototi sosok tersebut.

"What? Menggantinya? Kau yang menabrakku!" balas sosok berambut pirang tersebut dengan kesal. Dia tampak menunduk dan mengambil gelas kopi yang sedang tergeletak di lantai. "Aku hanya menjatuhkan gelasnya. Kopinya tumpah sendiri. Berarti bukan salahku," ucapnya seraya meletakkan gelas tersebut di tangan sosok berambut hitam tersebut.

Hah?

Izaya memasang tampang cengo saat mendengar jawaban sosok pirang itu. Dengan kasar dia mengambil gelas tersebut. Dia menatap ke dalamnya. "Masih ada sedikit," batinnya sembari membetulkan bentuk gelas tersebut. Dia tersenyum kesal ke arah Shizuo. "Aku tidak membutuhkannya. Buatmu saja."

'CURRR'

Shizuo membulatkan matanya saat cairan hitam pekat yang pahit membasahi rambut pirangnya. Matanya berkedip beberapa kali sampai akhirnya dai menatap sosok yang sedang tersenyum puas di hadapannya. "Kau! Dasar sialan!"

'PRANG'

Shizuo mengambil loyang yang ada di dekatnya dan memukulkannya ke kepala orang tersebut.

"That hurt, dammit!" ucap sosok itu sembari memegangi kepalanya yang sebentar lagi tampak membenjol. Dia meringis sembari menatap Shizuo dengan kesal. "Kau yang salah kenapa kau yang memukulku?"

"Itu salahmu karena lewat di tempat sempit seperti ini! Kau kira kau kutu yang bisa lewat seenaknya"

"Aku tidak tahu jalan, sialan!"

He?

Shizuo menatap sosok itu dengan tatapan tak percaya sembari membersihkan tumpahan kopi yang ada di kepalanya dengan kasar. "K-kau tersesat? Apa kau anak kecil?"

Izaya menatap Shizuo dengan tajam dan menginjak kaki Shizuo. "Aku orang baru disini. Mana aku kanal dengan jalanan kecil seperti ini. Eh, sepertinya aku mencium bau gosong?"

Shizuo menghilang dari pandangan Izaya.

.

.

.

Izaya tidak dapat menahan tawanya saat mengetahui masakan orang tersebut sudah hitam pekat. Hampir seperti kopi yang tadi tumpah. Saat ini mereka sedang duduk di pinggir jalanan sempit tersebut. Izaya tampak menunduk untuk menahan tawanya. Shizuo yang melihat hal tersebut hanya mampu mengeram kesal dan mengambil roti yang ada di tangan Izaya. "Hei, kau tidak boleh mengambil apa yang sudah kau berikan!" ucap Izaya nyaring.

Izaya tersenyum dan menepuk punggung Shizuo dengan perlahan. "Hahaha aku tidak tahu jika kau seorang pemanggang roti. Tidak ada tampang. Tapi … buatanmu lumayan enak," ucapnya seraya bangkit dari duduknya. Izaya mengerling ke arah Shizuo dan mengambil roti yang ada di tangan Shizuo dan segera berlari dari tempat tersebut.

"Tung-tunggu! Hei!" Shizuo menghela napas lelah saat sudah tak melihat sosok yang baru saja duduk di sebelahnya. "Ah, aku lupa menanyakan namanya. Cih! Tidak perlu! Buat apa aku bertanya soal namanya. Dia itu orang asing yang seenaknya! Larinya saja cepat sekali seperti kutu! Magic flea!"

-VargaS. Oyabun-

Malam yang cukup melelahkan bagi Izaya yang baru saja dapat menemukan tempat yang dicarinya. Dia menghela napas lelah sembari memasuki sebuah ruangan yang cukup besar. "Permisi, Orihara Izaya ingin menyerahkan surat pemindahan," ucapnya seraya memberikan surat tersebut kepada seorang pria dengan rambut gimbal, Tanaka Tom.

Tom tampak membaca surat tersebut dan memasukkannya kembali. "Aku sudah mendengar tentangmu. Kau sudah bisa mulai sekolah lusa. Kebutuhanmu akan diurus oleh sekertarisku. Kau boleh ke kamarmu. Ambil kunci kedua dari kanan yang ada di lemari kaca tersebut," ucapnya sembari menunjuk sebuah lemari kaca yang penuh dengan kunci yang tergantung rapi. "Oh iya, sekolah ini memiliki aturan untuk menempatkan dua orang dalam satu kamar. Jadi, kuharap kau bisa akur dengan teman sekamarmu."

Izaya hanya mengangguk mengerti dan pergi dari ruangan tersebut. Beruntung suasana malam itu cukup terang. Jadi, tidak sulit bagi Izaya untuk mencari kamar yang dicarinya. Dia tersenyum lega saat menemukan kamar yang dicari-carinya.

Kamar nomor 404.

'CKLEK'

Izaya membuka pintu itu dengan perlahan. Mengingat waktu sudah cukup larut, Izaya berusaha untuk tidak membangunkan sang penghuni kamar yang sudah ada terlebih dahulu.

Dan?

Izaya membulatkan matanya saat melihat hal yang ada di hadapannya.

Pria berambut pirang sedang berdiri dalam keadaan tak mengenakan pakaian, hanya handuk yang melingkar di pinggangnya.

Sosok itu menatap Izaya balik. Rambut pirangnya yang masih basah tampak begitu sexy di mata Izaya. Dan Izaya menyadari wajah yang sangat familiar tersebut.

"KAU!"

"KAU!"

Teriak mereka bersamaan. Baik Shizuo maupun Izaya saling pandang sebelum sebuah suara menginterupsinya.

"Shizuo, kau mau membuat teman sekamarmu ketakutan karena melihat tubuhmu atau kau sengaja menggodanya~"

'BRAK'

Dan sosok yang menggunakan kacamata tersebut tampak berlari kencang meninggalkan tempat berbahaya tersebut. Shizuo terengah-engah saat melemparkan sebuah kursi tepat di dinding kamarnya.

'SYUT'

Akibat gerakan yang terlalu ekstrim tersebut … handuk Shizuo terlepas. Dan Izaya hanya mampu memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau! Dasar tukang roti mesum!"

BERSAMBUNG….

Hehehe ini fic Shizaya yang lebih nyantai dan tidak menggunakan heavy theme. Semoga ada yang berminan untuk membacanya. Salam Oyabun.

Saa, Mind to Review?