Author: aurorarosena
Cast: Seventeen, etc.
Main pairing: VerKwan, VerChan
Rate: T
Genre: School-life, romance
Disclaimer: Casts aren't mine, storyline/plot is mine
Warning: typo(s), boyxboy, indonesian, bahasa amburadul/?, etc.
Please leave this story quickly if you don't like the casts, story, and author :)
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Author POV –
„Jinhong-ah! Apa kau masih punya dasi yang lain? Aku lupa mencucinya tadi malam."
„Aduuuh, kau kenapa tidak bertanya kemarin malam atau tadi pagi? Aku tidak bawa cadangan, nih."
„Psssh! Moonbin-ah, kau bisa pakai punyaku."
„Aigooo, Vernon, kau memang penyelamat hidupku. Gomawo, akan kukembalikan nanti saat pulang."
„Jangan dipikirkan. Sudah pakai saja!"
Tahun ajaran baru, semester yang baru, segalanya yang baru, teman pun mungkin akan mengalami perubahan. Siapa yang sangka, menjalani masa SMA selama setahun memberikan banyak perubahan bagi yang menjalankannya. Baik anak kelas satu, dua atau tiga, baik satu, dua atau tiga tahun, semuanya memiliki perubahan yang sangat spesifik. Tidak sedikit untuk disebutkan, tidak mudah juga untuk dikatakan.
Tetap saja, tidak akan bisa dilupakan.
Anak ini, semua orang memanggilnya dengan sebutan ‚Leonardo DiCaprio' versi Korea, meskipun semua orang juga tahu bahwa tidak salah satu dari orang tuanya berasal dari Korea.
Vernon, sejak ia memasuki North High School pada hari pertama di kelas sepuluh, semua orang sudah menyimpan banyak perhatian kepadanya, menandai bahwa Vernon adalah murid yang patut untuk diberi hati, cukup berharga untuk dicintai. Meski Vernon sendiri tidak tahu siapa yang menyukainya, tapi ia tahu bahwa ada tidak sedikit dari mereka menyimpan hati kepadanya.
Dan hari ini, hari pertama mereka resmi sebagai anak kelas dua. Berubah? Tentu, banyak sekali yang berubah dari mereka. Jinhong mengubah gaya rambutnya, Moonbin bertambah tinggi, dan Vernon… well, wajahnya semakin tampan, semakin terkenal di kalangan kakak kelas karena wajah western-nya yang menggoda, dan semakin disegani pula tentunya. Bahkan katanya sampai seorang guru pernah mengirimkan surat cinta lewat lokernya.
„Dengan ini, mari kita dengarkan sepatah, dua patah kata dari ketua OSIS kita, Joshua Hong."
„Hft, ini pasti akan membosankan." Keluh Moonbin.
Diiringi oleh tepuk tangan yang meriah dari para guru dan siswa, seorang namja tinggi berambut cokelat naik ke atas podium dengan senyumannya yang begitu menyegarkan. Ini hari Senin di pagi hari, dan senyuman namja itu membuat sebagian dari mereka bagai menemukan Oasis di tengah panasnya lapangan upacara.
„Gamsha hamnida." Kata namja itu setelah berada di atas podium. „Pertama-tama, biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Hong Joshua, aku adalah ketua OSIS SMA North, dan ini adalah tahun terakhirku, kuharap semua siswa kelas satu dan dua akan berbahagia karena kalian tidak akan melihatku lagi tahun depan."
Semua orang tertawa. Seorang ketua OSIS bernama Hong Joshua, siswa yang memiliki kepribadian lembut dan sopan, rajin dan berwibawa, baik hati dan murah senyum, semua orang mengaguminya—dan baru saja ia berkata akan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh semua orang, itu membuatnya terlihat konyol.
„Yang pasti aku akan mengucapkan selamat kepada semuanya, terutama para siswa. Selamat datang kepada anak kelas sepuluh yang resmi menjadi siswa SMA North, semoga kalian menjalankan tiga tahun kalian dengan baik di sini. Selamat datang kembali untuk siswa kelas sebelas dan dua belas, kalian masih betah di sekolah ini?"
„YAAA!"
„TIDAAK!"
„Yang jawab ,tidak' pasti siswa kelas duabelas. Jangan khawatir, sebentar lagi kita akan keluar, maka dari itu belajarlah dengan baik agar kalian dapat keluar dengan bahagia. Untuk siswa kelas sebelas, puaskanlah gairah kalian menjadi siswa nakal dan paling sok tahu di sekolah." Ada tawaan di sela-sela kalimat Joshua.
Untuk beberapa menit ke depan, Joshua melanjutkan pidatonya dengan wibawa seorang ketua OSIS, imej yang begitu mengagumkan dan gagah. Beberapa dari mereka sudah pasti bosan dengan hal seperti ini, tapi sisanya benar-benar menikmati acara berjemur masal pagi itu.
Tidak terasa, upacara dan apel pagi pun akhirnya berakhir, semua siswa dan guru dapat kembali ke kelas mereka masing-masing untuk memulai kegiatan belajar mengajar mereka di hari pertama. Saat sedang kembali ke kelas, dengan begitu kebetulannya Vernon melihat Joshua sedang berbicara dengan beberapa temannya.
„Tunggu sebentar, ya!" kata Vernon lalu meninggalkan kedua sahabatnya. Ia berlari menghampiri Joshua, sedikit menginterupsi perbincangan Joshua dan teman-temannya. „Hey!" Vernon menepuk bahu Joshua.
„Jadi kita akan bicarakan lagi nanti saat istirahat, ya." Kata Joshua. Tidak, dia tidak sedang berbicara dengan Vernon.
„Baiklah, kami tunggu." Setelah teman-temannya pergi, Joshua pun baru dapat berbalik badan dan menghadap Vernon. „Ey, bro, sudah kelas dua ya sekarang?"
Mereka membuat sebuah high-five yang spesial.
„Tidak kusangka ini tahun terakhimu. Yak! Jadilah bodoh agar kau bisa menetap di sini setahun lagi." Kata Vernon.
„Nah kan, kelakuan siswa kelas sebelas." Joshua terkekeh.
„Jadi…" Vernon merangkul bahu Joshua, „….bagaimana?"
Joshua mengerutkan dahinya. „Bagaimana apanya?"
„Yaampun, Joshua Hong, hyung, please…"
„Kok aku? Kau sebaiknya memperjelas pertanyaanmu."
Vernon mempererat tangannya di bahu Joshua, seakan ia akan mengucapkan sesuatu yang benar-benar rahasia hingga hanya mereka berdua dan Tuhan yang boleh tahu. „Mmm," Vernon menelan salivanya, „ini kan sudah tahun ketigamu… terus kau masih jomblo?"
„Aaaaand?" Joshua menaikkan kedua alisnya.
„Kau ini bagaimana, sih!? Ini sudah tahun terakhirmu di SMA North dan kau masih saja belum menyatakan perasaanmu kepada Jeonghan?! Kau ini gentleman, bicaralah!" ujar Vernon seraya mengguncang tubuh Joshua gemas.
Seperti ada sesuatu yang meletup-letup di dalam hati Joshua, bagaimana bisa ia melupakan perasaannya terhadap namja berambut sebahu yang cantik itu secara tiba-tiba, sementara Joshua lah orang yang paling menyukainya selama ini?
Tentunya, terima kasih kepada Vernon karena ia telah menggali kembali perasaan yang sudah pernah ia kubur secara perlahan itu.
„Hey, Vernon." Joshua melepaskan dirinya dari rangkulan tangan Vernon. Meski suaranya terdengar begitu santai, namun tetap saja perasaan yang asing menyelubungi hati Vernon. „Apakah kau akan kecewa jika aku berhenti mengejarknya?"
„Mwo?"
„Kau tahu, kan? Tidak hanya aku yang menyukainya di sekolah ini, melainkan sangat banyak namja, terutama dari kalangan kelas duabelas. Kau tahu siapa saja yang menyukainya? Mereka adalah—„
„Wonho hyung, Donghyuk hyung, Nam Taehyun si orang kaya, Seungcheol hyung, lalu? Kau akan menyerah, begitu?" ucap Vernon panjang lebar. Sementara itu, Joshua hanya membungkam mulutnya. „Oh come on, hyung, kau ini tampan, kau ini ketua OSIS, harga dirimu jauh lebih tinggi ketimbang mereka para kecoa yang dilahirkan di bawah atap rumah mewah."
„Tidak hanya itu…" Joshua menatap mata Vernon lekat-lekat, „aku juga tidak dapat memaksakan diriku kepadanya, dan kurasa Jeonghan lebih tertarik dengan siswa kelas duabelas yang lainnya ketimbang aku."
„Haah… aku benci jika temanku patah semangat seperti ini." Desah Vernon. „Hey, tapi ingat ya! Meskipun rasanya tidak mungkin, kau harus berusaha untuk tetap mengejarnya selama kau masih punya perasaan untuknya, mengerti?"
„Apa kau baru saja memerintahku?"
„Demi kebaikanmu, hyung!"
„…."
„Aku akan pergi ke kelas. Kabari aku kalau ada kemajuan, oke?"
Vernon menepuk punggung Joshua beberapa kali lalu meninggalkannya seakan-akan segala masalah Joshua sudah teratasi hanya dengan motivasi Vernon—yang sebenarnya sangat tidak membantu. Begitulah Vernon, namja yang begitu setia kawan, benci jika salah seorang dari temannya terlihat begitu putus asa dan selalu mencoba untuk membantu mereka dengan usaha seberat apapun.
Padahal, kelemahan terbesar Vernon adalah; ia tidak dapat mengenali dirinya sendiri dalam keadaan terburuknya. Siapa yang tahu, Vernon sendiri sebenarnya membutuhkan semangat terbesar di dalam hidupnya—tentunya selain orang tua dan para fansnya.
Vernon POV –
Hal paling sulit untuk dilakukan di dunia ini adalah… menentukan sesuatu untuk dirimu sendiri. Siapa yang dapat menentukannya? Tentu diri kita sendiri. Apakah opini orang lain berlaku? Sebenarnya berlaku, hanya saja orang lain tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya, apa yang ada di dalam kepala dan hatimu, apa kemauanmu. Maka jalan terbaiknya adalah menentukan segala jalan bagi dirimu sediri, untuk dirimu sendiri, oleh dirimu sendiri. Dan itu merupakan hal yang tidaklah mudah.
Joshua hyung sudah menjadi temanku sejak pertama kali aku masuk ke North High School, dia satu-satunya kakak kelas yang begitu baik dan mudah berbaur denganku. Well, sebenarnya masih banyak, bedanya adalah… aku dapat mempelajari banyak hal dari Joshua hyung, sayangnya dia bodoh dalam hal percintaan.
Setiap kali aku melihatnya putus asa, atau siapapun temanku yang kehilangan jalan mereka, itu membuatku ingin masuk ke dalam masalah yang sedang mereka hadapi dan melawan segala rasa sakit di hati mereka. Itu saja. Aku sendiri tidak tahu jelas apa yang mereka rasakan, namun wajah-wajah itu sangat berharga bagiku.
„Tidakkah dia imut?" wajah Moonbin seketika berubah, bagai dihipnotis oleh sesuatu yang tidak kasat mata. Itu membuatku dan Jinhong bingung, matanya tefokuskan kepada satu hal, tentunya bukan kami.
„Nugu?"
„Itu… yang sedang berdiri di dekat mobil berwarna putih." Moonbin memperjelas kalimatnya. Aku dan Jinhong segera menggeser pandangan kami tepat ke arah ,sesuatu' yang Moonbin maksud.
Ah, namja itu rupanya.
„Namanya Eunwoo." Kataku.
„Kau tahu dia?"
„Kemarin dia minta tanda tanganku. Kecewa?"
Moonbin menatap wajahku dengan sinis seraya menjilat bibir bawahnya. „Imutnya berkurang hingga minus, kau tahu itu, Vernon Tuan?"
„Yak! Kau tidak bisa marah begitu saja kepadaku. Kau menyukainya? Sebaiknya kau mengejarnya sebelum ada orang yang mendahuluimu."
„Kurasa Vernon benar." Jinhong setuju. Benar, anak itu selalu setuju dengan apapun yang kukatakan. „Lagipula, Vernon tidak menyukainya, berhubung ia sedang tidak meyukai siapapun, sebaiknya kau segera menyatakan perasaanmu kepada Eunwoo."
„Memangnya aku bilang kalau aku menyukainya?" Moonbin mengerlingkan mata. „Sudahlah, aku lelah. Ayo kita pulang sebelum fansnya Vernon menyerbu lagi."
x
x
x
x
x
„I'm home!" aku berjalan melewati ruang tamu dan melihat eomma sedang membaca buku di sofa. Kurasa aku mengganggu konsentrasinya karena dia langsung menutup buku dan berjalan menghampiriku.
„Bagaimana hari pertama di kelas dua?" tanyanya sambil mencium dahiku.
„Hari ini menyenangkan, kecuali di bagian saat Moonbin melempar tatapan mautnya kepadaku."
Eomma tertawa. Kupikir itu benar-benar menyeramkan. Namja menyukai namja, itu adalah hal yang paling normal dalam hidupku, jadi bukan itu masalahnya, melainkan jika kami harus melewati sebuah masalah paling berbahaya di dunia; cinta ketiga di antara sahabat sendiri.
Eunwoo itu hanya seorang fans yang kemarin minta tanda tanganku.
„Kenapa Moonbin melakukan itu?"
„Entahlah, dia sedang jatuh cinta mungkin, makanya jadi protective." Jelasku.
„Bagaimana dengan siswa kelas sepuluh yang baru?"
„Tidak tahu!" aku menjawab dengan cepat. Sambil mengobrol santai dengan eomma, aku sedikit menyicipi kue tart keju yang kemarin ibunya Jungkook ahjussi bawakan untuk kami. „Wajah mereka terlihat membosankan."
„Kelakuanmu benar-benar mirip seperti appa."
Aku memicingkan mata ke arah eomma, „aku kan anaknya."
„Itu menyebalkan, tahu!" kata eomma. Ia mengambil ransel sekolahku dan membukanya. Kebiasaan protective eomma yang justru lebih menyebalkan daripada kelakuanku; membuka tasku dan mengecek segala yang ada di dalamya tepat setiap saat aku pulang sekolah.
Apakah aku terlihat seperti anak yang menggunakan narkoba?
„Vernon!"
„Ne?"
„Kau tidak menghabiskan bekalmu?"
„Mianhae, aku benar-benar tidak nafsu makan tadi siang."
„Kalau besok tidak habis lagi, tidak ada uang jajan!"
„Hm, terserah."
Siapa yang peduli dengan ancaman eomma? Appa memberiku uang jajan setiap hari dan itu sudah lebih dari cukup.
„Vernon!"
„Neeee?"
„Kau dapat surat cinta, ya?"
„Hah?"
Maksudku… aku memang selalu mendapatkan surat cinta, nyaris setiap hari, tapi aku tidak pernah menerimanya di dalam tas ranselku. Aku selalu menemukan surat cinta nyaris di semua tempat pribadiku di sekolah; loker, kolong meja, atas meja, sepatu olahragaku, tapi tidak pernah di dalam tas karena ranselku memiliki kode kombinasi tersendiri (berhubung eomma selalu mengontrolnya setiap hari, jadi appa membelikanku tas dengan sebuah kode kombinasi).
Aku menghampiri eomma, memastikan bahwa ia hanya salah melihat atau semacamnya. Namun, ternyata tidak, amplop berwarna biru dengan gambar hati di kedua sisinya benar-benar menunjukkan bahwa itu adalah surat cinta.
Dear Vernon Sunbae-nim,
Annyeong sunbae-nim ^^ kuharap kau membaca suratku.
Sunbae-nim, aku adalah penggemar rahasiamu, kau tahu sejak kapan? Sejak kita masih di SMP, dan sekarang aku berada di SMA yang sama denganmu. Semoga kau cepat menyadari keberadaanku dan mengetahui bahwa aku menyukaimu sejak lama.
Have a nice day ^^
DC.
„DC?"
„Dia adik kelasmu?" tanya eomma.
„Mana kutahu. Dia tidak menyebutkan namanya di sana."
„Bagaimana bisa dia memasukkan sesuatu ke ranselmu? Kau lupa menguncinya?"
„Aku selalu menguncinya kok! Aku juga bingung kenapa ada surat cinta di dalam tasku."
„Kau punya pacar?"
„ANIYO!" emosiku meluap seketika. „Sudah jelas tertera di sana bahwa dia adalah penggemar rahasiaku sejak SMP, jadi aku tidak tahu siapa orang ini."
„Sebaiknya kau menjaga tasmu lebih ketat mulai sekarang. Bukan karena surat cinta ini, jika seseorang memasukkan barang berbahaya ke tasmu bagaimana?"
„Arraso."
„Hmmm," eomma memasukkan secarik surat kembali ke dalam amplopnya, „eomma rasa ada yang jatuh cinta dengan anak eomma."
„Ini bukan yang pertama kalinya."
„Kau harus berhati-hati, kau bisa menyakiti hati banyak orang."
„Salahkan appa, dia membuatku menjadi tampan seperti ini." Aku mengambil ranselku lalu berlari ke kamar sebelum eomma melanjutkan pertanyaan yang lebih aneh tentang percintaan.
„VERNON!"
„HAH?!"
„JANGAN SAKITI HATI SESEORANG SEPERTI YANG APPAMU LAKUKAN!"
„Terserah. Dialah alasan kenapa aku jadi keren seperti ini."
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
- To be continued –
Haii semuanyaa :3 author kembali dengan satu FF lagi nih hehe. Sebenernya beberapa hari yag lalu author udah ngeshare FF yang lain, cuma sengaja author hapus karena menurut author itu terlalu pasaran dan author mentok ide Naaah, semoga readers tertarik dengan FF keempat yang author bawakan ini yaaa ^^ jika mau baca terima kasih, kalau mau meninggalkan review juga author lebih berterimakasih lagi
Buat yang bingug siapa itu Jinhong dan Moonbin, ini author kasih info yaa ^^
Jinhong itu maknae nya 24K, sedangkan Moonbin itu membernya ASTRO (boyband yang baru debut). Naah, Vernon, Jinhong sama Moonbin itu semuanya sama sama line 98. Mungkin masih belum banyak yang tau, tapi intinya mereka imut imut deh ^^
Okee, karena ini masih part1, jadi author cuma bikin partnya pendek aja. Kalau mau yang lebih panjang, review dulu jangan lupa karena review kalian lah yang menentukan hehe:* okeee sampe segini dulu, semoga bisa ketemu di part selanjutnyaaa. Amiinn.
